Apa arti wallahu a’lam? Berikut ini ulasan tentang pengertian, makna, maksud, dan penulisan wallahu a’lam bish-shawabi yang benar.
PENULIS artikel keagamaan (Islam) atau media Islam lazimnya mengakhiri tulisan dengan kalimat Wallahu a’lam ( والله أعلمُ) yang artinya “Dan Allah lebih tahu” atau “Dan Allah Yang Maha Mengetahui”.
Sering ditambah dengan bish-shwabi. menjadi Wallahu a’lam bish-shawabi yang artinya “Dan Allah Mahatahu yang benar/yang sebenarnya”. Shawabi = benar/kebenaran.
Hal itu untuk menunjukkan, Allah Swt-lah yang mahatahu atau lebih tahu segala sesuatu dari kita. Hanya Allah yang Mahabenar dan Pemilik Kebenaran mutlak.
Kebenaran yang kita tuliskan itu relatif, nisbi, karena kita manusia tempat salah dan lupa.
Namun coba perhatikan, banyak yang keliru dalam penulisannya, yaitu dalam penempatan koma di atas (‘).
Catatan: sebutan “koma di atas” untuk tanda baca demikian sebenarnya tidak tepat, tapi disebut “tanda petik tunggal” juga tidak tepat karena petik tunggal itu begini ‘…’ dan bukan pula “apostrof” (tanda penyingkat untuk menjukkan penghilangan bagian kata) karena dalam kata itu tidak ada kata yang dihilangkan/disingkat. Kita sepakati aja deh ya, namanya “koma di atas”.
Penulisan yang benar, jika yang dimaksud “Dan Allah Mahatahu” adalah wallahu a’lam (tanda koma di atas [‘] setelah huruf “a” (alif) atau sebelum huruf “l” (lam). Tapi sangat sering kita jumpai penulisannya begini: Wallahu ‘alam (koma di atas [‘] sebelum huruf a).
Pengertian Wallahu a’lam
Jelas, Wallahu a’lam dan Wallahu ‘alam berbeda makna:
1. Wallahu a’lam artinya “Dan Allah Mahatahu/Maha Mengetahui atau Lebih Tahu”.
2. Wallahu ‘alam artinya “Dan Allah itu alam”, bahkan tidak jelas apa arti ‘alam di situ? Kalau ‘alamin atau ‘aalamin, jelas artinya alam, seperti dalam bacaan hamdalah –alhamdulillahi robbil ‘alamin.
Jadi, kalau yang kita maksud itu “Dan Allah Mahatahu/Lebih Tahu”, maka penulisan yang benar adalah wallahu a’lam, bukan wallahu ‘alam.
Mari kita bedah. Eh, tunggu dulu… Saya bukan ahli bahasa Arab nih, cuma tahu dikit banget. Yang jago bahasa Arab, mohon koreksinya ya…
A’lam itu asal katanya ‘alima artinya tahu. Dari kata dasar ‘alima itu kemudian terbentuk kata ‘ilman (Isim Mashdar, artinya ilmu/pengetahuan), ‘alimun (fa’il/pelaku, yakni orang yang berilmu), ma’lumun (pemberitahuan, maklumat), dan sebagainya, termasuk a’lamu/a’lam (lebih tahu).
(Bandingkan, misalnya, dengan kata fadhola [utama] – afdholu [lebih utama]; karoma [mulia] – akroma [lebih mulia]; hasan [baik] – ahsan [lebih baik])
Tanda petik tunggal atau koma di atas (‘) dalam a’lam itu transliterasi Arab-Indonesia untuk huruf ‘ain dalam bahasa Arab (seperti Jum’ah, Ka’bah, Bid’ah, Ma’ruf, dan sebagainya).
Kata a’lam artinya “lebih tahu”. Jadi, kian jelas ‘kan, penulisan yang benar: Wallahu a’lam, bukan Wallahu ‘alam.
Tentu, kesalahan penulisan itu tidak disengaja, salah kaprah aja alias kesalahan yang sering dilakukan, secara sadar atau tidak sadar, merasa benar –padahal salah—karena tidak ada yang mengoreksi.
Saya yakin, maksudnya wallahu a’lam, “Dan Allah Mahatahu”. Jadi, Hati-Hati Menuliskan Wallahu A’lam ya…!
Dalam kitab Shahih Bukhari kita menemukan sebuah hadits tentang ucapan wallahu a’lam sebagai berikut:
Abdullah bin Mas’ud ra berkata:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، مَنْ عَلِمَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ بِهِ، وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ فَلْيَقُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ، فَإِنَّ مِنَ العِلْمِ أَنْ يَقُولَ لِمَا لاَ يَعْلَمُ اللَّهُ أَعْلَمُ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ المُتَكَلِّفِينَ}
“Wahai sekalian manusia, siapa yang mengetahui tentang sesuatu, sampaikanlah. Dan jika tak tahu, ucapkanlah, ‘Allahu a’lam’ (Allah Mahatahu). Karena, sungguh, termasuk bagian dari ilmu, jika engkau mengucapkan terhadap sesuatu yang tidak kau ketahui dengan ucapan: ‘Allahu a’lam’. Allah berfirman kepada Nabi-Nya: ‘Katakanlah (hai Rasul): ‘Aku tidak meminta upah sedikit pun pada kalian atas dakwahku dan bukanlah Aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. ” (QS. Shad: 86) (HR. Bukhari)
Demikian ulasan tentang arti, maksud, dan cara menulis wallahu a’lam bish-shawabi yang benar menurut kaidah bahasa Indonesia. Wallahu a’lam bish-shawabi. Wasalam. (www.romeltea.com).*
trimaksih utk penjelasannya…
Sama-sama…
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam kenal mas. Izin bertanya deh soal cara baca: Allahu a’lam.
Jangan2 karna salah baca menyebabkan banyak yg jadi salah tulis. Soalnya masih aja banyak yg baca Allahu ‘alam ketimbang Allahu a’lam. Makanya orang jadi “‘memaklumkan” cara penulisannya.
Harusnya sih secara logika grammarnya Arab, cara baca nya mirip dengan membaca a’uthubillah.. alias ‘ain nya di u dana tetap dibaca a biasa. Jadi: cara baca a’lam harus a biasa dulu baru ditekan ‘ain pada lam nya.
Dan itu letak tricky nya. Kalau dibaca dengan kecepatan normal, telinga akan mendengar ‘alam ketimbang a’lam.
Hal yg sama juga ketika kita mendengar a’uthubiillah.. yg sering terdengar ‘authubillah.. jadi si ‘ain berasa “duluan” yg mana jelas2 ini salah.
Mohon tanggapannya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Wa’alaikum sala warahmatullahi wabarakatuh. Iya benar demikian, mirip baca ta’audz, hanya saja dalam a’lam ‘ainnya mati.
Bkankah dlm ejaan kbbi, penilisan koma dihilangkan dlm bhsa Indonesia. Misal Jum’at yg bemar Jumat tanpa koma.
Iya, tapi KBBI sering tidak konsisten. Kini ada kok koma di atas, yaitu kata baku Ka’bah dan Al-Qur’an
Apabila tulisan arab dirumikan, ia hanya simbol. Ia tak boleh dieja dgn rumi kerana huruf rumi makhraj tak sama dgn huruf arab. Maka tidak salah pun tulis macam mana gayapun asalkan yg membacanya faham dan sebut ikut ejaan arab yang sebenar. Jadi tulisan itu hanya simbol dan boleh ditulis macam mana gayapun. Tak salah.
Bermanfaat sekali infonya terima kasih
Yg benar pake huruf Arab
Karena tiap negara berbeda dalam phonetic
Kalau pake huruf Arab tidak perlu ada tulisan ini 🙂
Anda menulis (‘) setelah huruf (a) shg tulisan lengkapnya menjadi wallahu a’lam, tetapi kenapa anda menuliskan (‘ain) dengan (‘) di depan huruf (a) ….?
Mangga disimak lagi ulasannya, Pak. Lafadz WALLAHU A’LAM itu terdiri dari Alif, ‘Ain, Lam, dan Mim. Jadi, tetap pake tanda petik satu.
Kalau (‘) setelah (a) itu benar, sebagai bukti tulisan a’lam itu d awali alif baru ‘ain (اعلم). Begitu juga (‘ain) harus diawali dengan (‘) karena (‘ain) tidak memakai alif, sebagai bukti (عين) / bisa juga ditulis (ع).
Bermanfaat sekali buat saya,semoga bermanfaat juga buat yg lain. Terimakasih ilmunya….