Hindari membuat judul berita dengan Kalimat Tanya karena judul berupa pertanyaan merupakan jurnalisme tidak bertanggung jawab (irresponsible journalism).
WARTAWAN sebaiknya tidak membuat judul berita berupa kalimat tanya.
Pasalnya, fungsi berita itu ‘kan menginformasikan atau memberitahu pembaca, lha… ini malah nanya sama pembaca! Bijimane urusannye….?
Iya sih, judul berita berupa kalimat tanya bisa bikin penasaran, tapi itu menjadikan (judul) berita yang disajikan tidak efektif karena masih memerlukan proses –pembaca “dipaksa” membaca berita. Itu pun kalo beritanya menarik dan pembaca mau dipaksa.
Iya sih, wartawan masih ragu akan kebenaran sebuah informasi, tapi tidak harus bertanya juga ke pembaca! ‘Kan bisa menuliskannya dengan, misalnya, dengan menggunakan kata “dikabarkan”, lalu dalam isinya disebutkan “menurut kabar yang beredar”, atau “menurut kabar yang belum bisa dikonfirmasi sumbernya”. Bisa gitu ‘kan?
Contoh judul berita berupa kalimat tanya:
- Is New CIA Chief a Muslim? (onislam.net)
- Calon Direktur CIA John Brennan Muslim? (hidyatullah.com)
- Presiden PKS Dipecat? (CyberSabili)
Ketiga judul itu tidak mengandung informasi, justru malah “lucu”, karena tidak memberikan informasi kepada pembaca, tapi malah tanya.
Nah, nanti pembaca bisa menjawab begini: yaaaa…. Gak tau gue, ente kan wartawan, yang bikin berita, kok malah tanya sama gw, gue buka situs ente itu mau tau informasi, lah…. Ini malah ditanya!
Jadi, dalam konteks “reader behaviour” atau “user habit” (perilaku atau kebiasaan pembaca) yang “ingin segera tahu” dan “dalam keadaan tergesa-gesa”, sebaiknya judul berita tidak berupa kalimat tanya.
Ketiga judul berita di atas akan lebih informatif dan efisien, juga memenuhi kaidah jurnalistik yang baik, jika diubah menjadi:
- New CIA Chief Is a Muslim, Says Analyst
- Calon Direktur CIA John Brennan Dikabarkan Seorang Muslim
- Presiden PKS Diisukan Dipecat
Jadi, untuk informasi yang masih belum jelas alias masih diragukan kebenarannya, wartawan lebih baik menggunakan kata-kata “diisukan” atau “dikabarkan” ketimbang memilih judul berupa tanda tanya yang justru jadi “lucu” (iya lucu, karena kesannya si wartawan malah tanya sama pembaca).
Lain halnya jika tulisan itu berupa artikel opini atau feature. Sah menggunakan judul berupa kalimat tanya, meski risikonya sama: pembaca yang tidak punya waktu luas akan mengabaikan dulu artikel itu, pembaca tidak langsung mendapat informasi. Berikut ini contoh judul artikel opini berupa kalimat tanya:
- Sudah SEO Friendly-kah Blog Anda?
- Bagaimana mencari uang dengan ngeblog?
- Apakah Partai Demokrat Bisa Bertahan di 2014?
Ah, tetap kurang efektif euy in my opinion mah, meski bisa menarik perhatian pembaca dan bikin penasaran. Coba kita ganti dengan yang ini:
- Tips Menjadikan Blog Anda SEO Friendly
- Cara mencari uang dengan ngeblog
- Partai Demokrat Sulit Bertahan di 2014
Kayaknya lebih efektif dan menarik yang kedua ya? That’s just my idea.
Jurnalisme Tidak Bertanggung Jawab
Judul berita berupa kalimat tanya adalah jurnalisme tidak bertanggung jawab.
Jawaban atas pertanyan yang ada dalam judul berita umumnya “No” (Tidak). Di Wikipedia kita menemukan istilah Betteridge’s Law of Headlines, sebuah pepatah yang menyatakan:
“Setiap judul berita yang diakhiri dengan tanda tanya dapat dijawab dengan kata tidak (Any headline that ends in a question mark can be answered by the word no). Dalam kalimat lain: “If there is a question in a headline, the answer is always no”.
Judul berita berupa kalimat tanya menunjukkan wartawan sendiri meragukan kebenaran fakta yang diberitakannya. Jika jawabannya “ya”, maka tidak akan muncul judul berita berupa pertanyaan.
If the answer is “yes,” then it’s a fact and there would be no reason to ask a question. The questions are often sensational (“Will coffee kill you?” is one example) and “no” is the usual answer to a wild rumor.
Di situs Wiki Answer, ada pertanyaan, bolehkan judul berita menggunakan kalimat tanya? (Can a newspaper headine be a question?).
Jawabannya: The headline of a newspaper is the first few words that tell someone what the article is about.
Perhatikan, “tell someone“, bukan “ask someone“. Jadi, jawabannya: NO, It Can Not! karena berita itu adalah “menceritakan”, menginformasikan, memberi tahu, bukan “bertanya”!
Judul berita berupa kalimat tanya:
- Tidak Efektif –tidak membuat pembaca segera tahu inti berita.
- Bisa masuk kategori “jurnalisme tidak bertanggung jawab” (irresponsible journalism).
- Sang wartawan bisa dianggap “ikut arus” menjadi “wartawan gosip”, setidaknya terpengaruh oleh “acara infotainment”.
Demikian penjelasan tentang judul berita berupa kalimat tanya. Wasalam. (www.romeltea.com).*