Cara menulis artikel opini itu awalnya just write! Tulis saja. Setelahnya, lakukan editing! Menulis artikel opini itu komunikasi tulisan –menyampaikan ide (gagasan), pendapat, analisis, atau informasi tentang suatu masalah atau peristiwa secara tertulis.
Sebuah tulisan artikel berisi ide atau pendapat penulisnya. Dalam judul ini artikel saya sebut “artikel opini” (opinion article) karena ada juga yang disebut “artikel berita” (news article).
Sebelum membahas tips cara menulis artikel, mari kita bedah dulu pengertian artikel opini dan perbedaannya dengan karya jurnalistik lain –berita dan feature.
Pengertian Artikel Opini
Secara bahasa, artikel adalah karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya” (KBBI).
Dalam bahasa Inggris, artikel berisi analisis atau pendapat subjektif penulisnya ini disebut opinion article dan opinion peice.
Artikel opini adalah artikel, biasanya diterbitkan di surat kabar atau majalah, yang sebagian besar mencerminkan pendapat penulis tentang suatu subjek.
Artikel opini yang dikenal sebagai “artikel” ditulis siapa saja. Artikel opini yang ditulis redaksi sebuah media disebut tajuk rencana atau editorial. Artikel opini yang ditulis ahlinya atau pakar di bidangnya disebut kolom.
Editorial, biasanya ditulis oleh staf editorial senior atau penerbit publikasi, dalam hal ini artikel opini biasanya tidak ditandatangani dan dianggap mencerminkan opini majalah tersebut.
Secara umum, berita (news) juga sering disebut artikel (news article). Demikian juga feature (feature article).
Intinya, istilah “artikel” dalam tulis-menulis merujuk pada semua jenis tulisan, termasuk tulisan blogger yang biasa disebut “postingan blog” (blog post). Namun, umumnya postingan blog berupa esai. Artikel opini juga biasa ditulis para blogger di blognya dengan gaya penulisan yang lebih “santuy”, kadang berbumbu humor.
Dalam jurnalistik, artikel adalah tulisan berisi opini, pandangan, atau pendapat subjektif penulis tentang suatu masalah atau peristiwa, disertai data dan sumber untuk memperkuat pendapatnya.
Artikel opini biasa disajikan media massa di rubrik khusus opini, bersama tajuk rencana (editorial), surat pembaca, pojok, kolom, dan karikatur.
Cara Menulis Artikel Opini
Bagaimana cara menulis artikel opini?
Tips ringkasnya: Just write!
Tulis sajalah! Apalagi kalau “sekadar” menulis di blog. Simak deh tips menulis versi penulis Amerika, Gertrude Stein (1874 –1946): “To write is to write is to write is to write is to write is to write is to write is to write…”
Jadi, untuk menjadi penulis, ya menulis! Masak berenang!
Kalau menulis di media massa, seperti suratkabar atau majalah, memang ada “sedikit” aturan main, misalnya harus aktual, mengandung hal baru, minimal dan maksimal sekian karakter, menggunakan bahasa baku, dan sebagainya.
Syarat menjadi penulis pun cuma satu, yaitu niat.
Ya, hanya niat!
Istilah kerennya, willingness to write!
Semua orang bisa menulis, sebagaimana semua orang bisa bicara untuk menyampaikan sesuatu. Setiap orang yang bisa berkomunikasi secara tulisan, niscaya bisa menulis.
Memulai Tulisan Artikel
Let’s start writing! Mari kita mulai menulis!
Bagaimana memulainya? Begini saja, untuk tahap awal, yang penting tulisannya jadi dulu ya! Gunakan “template” ini:
Tulisan ini akan membahas masalah XXX. Alasan saya menulis tentang XXX itu karena…. Bagi saya, XXX itu adalah….
Nah itu dia, lanjutkan!
Itu namanya proses menulis bebas (free writing) dalam tahapan menulis artikel. Tuliskan saja apa yang ada di kepala, secara bebas, yang penting “tumpahkan” saja dulu. Keluarkan ide, pemikiran, atau pendapat Anda tentang suatu masalah atau peristiwa.
Tahapan Menulis Artikel
Begini “prosedur” cara menulis artikel. Kalau Anda terbiasa blogging, ngeblog, pastinya sudah otomatis menjalani tahapan ini dalam menulis postingan.
1. Pilih Topik
Tentukan topik tulisan. Jangan menulis artikel dengan topik atau masalah yang tidak Anda kuasai. Apalagi copy paste atau menjiplak (plagiat) tulisan orang lain.
2. Sempitkan Topik
Narrow your topic! Sempitkan tema. Istilahnya tentukan “angle” atau sudut pandang biar unik dan berbeda dengan tulisan yang ada.
Contoh, topik tentang “Kota Bandung” sangat luas. Sempitkan menjadi “Kuliner Khas Kota Bandung” atau “Banjir Masalah Klasik Bandung”. Anda menyempitkan atau fokus membahas kuliner atau banjir di Bandung.
3. Kembangkan Topik
Jangan langsung menulis! Kembangkan topik dengan cara “studi literatur” yaitu membaca referensi seputar topik yang akan Anda tulis. Googling juga oke!
Langkah ketiga ini sering dilewatkan oleh penulis artikel pemula. Akibatnya, saat menulis, mandeg –gak tau lagi manu nulis apa. Dengan banyak membaca rujukan, dijamin gak bakalan mandeg karena banyak bahan.
4. Kerangka Tulisan, Outline
Bikin outline tulisan jika perlu. Eh, perlu banget! Kerangka tulisan adalah alur tulisan yang akan Anda buat. Contoh outline dengan topik “Banjir Kota Bandung”:
- Pendahuluan: kutip berita terbaru tentang banjir di Kota Bandung.
- Subjudul 1: Penyebab Banjir
- Subjudul 2: Solusi Banjir
- Penutup: Kesimpulan dan Saran
5. Just Write! Tulis saja.
Nyalakan komputer Anda dan mulailah menulis. Just write! Tahap ini disebut “free writing” atau menulis bebas. Tulis saja “semua” yang ada di kepala Anda. Abaikan dulu outline, data, tata bahasa, dan lainnya. Tulis saja!
6. Tulis ulang!
Good writer is a good rewriter. Penulis yang baik adalah penulis ulang yang baik. Setelah tulisan bebas selesai, lakukan penulisan ulang, yaitu menyusun kembali naskah disesuaikan dengan outline.
7. Edit!
Lakukan penyuntingan atau editing. Rapikan tata bahasanya, cek ejaan, dan cek akurasi data. Ini tahap akhir menulis artikel sebelum dipublikasikan atau dikirimkan ke redaksi sebuah media.
Bagaimana judulnya?
Tuliskan saja intisari atau gambaran umum isi tulisan, dalam 3-4 kata.
Segampang itu menulis artikel? Iya, semudah itu! Apalagi kalau Anda menulis langsung di blog. Karenanya, blogging adalah cara terbaik untuk menjadi penulis artikel yang hebat.
Ayo, buat dulu blognya! Cek: Cara Membuat Blog.
Manfaat dan Motivasi Menulis Artikel
Baiklah… karena syarat utamanya adalah niat, maka kita perlu motivasi atau stimulus.
Dengan menulis, kita mengikat atau menyimpan ilmu, wawasan, atau pemikiran kita. Jika dipublikasikan, maka tulisan itu menyebar kepada orang banyak.
Dengan begitu, kita telah “sedekah ilmu”, berbagi, bahkan berdakwah melalui tulisan (da’wah bil qolam). Siapa tahu, tulisan kita pun menjadi “amal jariah” yang takkan putus pahalanya. Amin!
Mari kita simak sabda Nabi Saw dan seruan Ali bin Abi Thalib di bawah ini.
“Qoyyidul ‘ilma bilkitabi” (قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ ). Ikatlah ilmu dengan tulisan. (HR Thabrani dan Hakim).
“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya” (Ali bin Abi Thalib r.a.)
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo, menulis!
Jangan biarkan pengetahuan kita, hasil membaca, mendengar, merasa, dan mengamati “menumpuk” tanpa manfaat, bahkan bisa hilang (lupa).
Ungkapan politikus Inggris abad 18, Gordon Smith, berikut ini layak menjadi motivasi menulis:
“Membaca tanpa menulis, ibarat memiliki harta dibiarkan menumpuk tanpa dimanfaatkan. Menulis tanpa membaca, ibarat mengeduk air dari sumur kering. Tidak membaca dan juga tidak menulis, ibarat orang tak berharta jatuh ke dalam sumur penuh air”.
Tunggu apa lagi?
Ayo, menulis! Just write and go blogging!
Video: Cara Menulis Artikel