Bagaimana cara menulis feature? Sebelumnya, silakan simak dulu pengertian feature.
Secara garis besar, teknik menulis feature itu sama dengan menulis cerita pendek, yakni mengisahkan, bertutur (story telling), atau menceritakan sebuah peristiwa dengan detail, dibumbui “drama”, dibuat “dramatis”, dan mengandung opini atau interpretasi subjektif penulisnya.
Referensi terbaik tentang cara menulis feature adalah buku Seandainya Saya Wartawan Tempo karya Goenawan Mohamad (Penerbit Tempo Publishing, 2014) yang fokus membahas bagaimana membuat feature yang baik.
Saya sebut terbaik karena sang penulis adalah penulis, wartawan, sekaligus pendiri majalah Tempo yang dikenal dengan isinya yang dominan feature.
Teknik atau cara menulis feature berikut ini –dengan fokus pada jenis tulisan feature berita (news feature)– sebagian besar disadur dari buku panduan menulis feature tersebut.
Prinsip Penulisan Feature
Menurut Goenawan Mohamad, feature adalah artikel kadang-kadang subjektif yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan.
Feature memungkinkan wartawan atau reporter menciptakan sebuah cerita dengan tetap menomorsatukan akurasi. Feature tetap merupakan tulisan jurnalistik yang dibuat berdasarkan fakta.
1. Faktual
Feature bukan fiksi (cerita rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan). Cerita khayalan tidak boleh ada dalam penulisan feature.
Seorang wartawan profesional tidak akan menipu pembacanya, walau sedikit. Feature tidak boleh berupa fiksi dan setiap pewarnaan fakta tidak boleh menipu pembaca. Bila penipuan seperti itu terungkap, kepercayaan pembaca akan hancur.
2. Keterlibatan Emosional
Feature juga memungkinkan wartawan melibatkan emosi dan pikiran sendiri. Keterlibatan emosional inilah yang memberikan pada feature aspek-aspek menyentuh hati pembaca (human interest) yang sangat jarang bisa dicapai oleh sebuah tulisan berita biasa.
Keterlibatan emosional itu pula yang memberi kemungkinan pada feature untuk enak dibaca.
3. Berkisah
Dalam menulis berita, yang diutamakan ialah pengaturan fakta. Tapi dalam penulisan feature, kita dapat memakai teknik mengisahkan sebuah cerita-cerita. Itulah perbedaan pokok antara berita keras dan tulisan feature.
Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah seorang yang bertutur tentang sebuah peristiwa. Karena itu, feature juga sering disebut “jurnalisme bertutur” dan jurnalisme naratif (narrative journalism).
Struktur piramida terbalik dalam penulisan berita bisa tidak ditaati ketika wartawan menulis feature, terutama bila urutan peristiwa sudah dengan sendirinya membentuk cerita yang baik.
4. Akurat
Fakta yang dikisahkan dalam feature harus akurat. Kesalahan dalam akurasi akan menyesatkan orang yang menjadikan tulisan Anda sebagai rujukan. Karena itulah, sering dikatakan, akurasi merupakan mahkota profesionalisme seorang wartawan.
Ketidakaturan dalam tulisan junalistik kebanyakan disebabkan oleh kelalaian (kesembronoan) yang tidak disengaja. Seorang reporter mungkin tidak menggunakan waktu secukupnya untuk mengecek informasinya sebelum menulis. Kemudian ternyata ia salah menulis nama sumber berita.
Pastikan data-data berikut ini akurat untuk menghidari kesalahan fakta:
- Nama, termasuk ejaannya.
- Umur
- Alamat
- Nomor telepon –tidak ditulis dalam berita, untuk kontak saja.
- Istilah teknis yang mudah diterima awam.
- Statistik — kebenaran angka-angka.
Struktur Tulisan Feature
Struktur tulisan feature terdiri dari judul, teras, isi, dan penutup.
Tidak seperti judul berita stright news yang harus berupa kalimat lengkap, judul feature bebas, bahkan bisa satu-dua kata saja.
Teras atau intro bagian awal (beginning) feature. Ini merupakan bagian terpenting feature karena mengarahkan perhatian pembaca pada sudut pandang (angle) dimulainya cerita.
Tubuh berisi situasi dan proses, disertai penjelasan mendalam tentang mengapa (why) dan bagaimana (how).
Penutup berupa alinea berisi pesan, kesimpulan, atau ajakan.
Proses Menulis Feature
Proses penulisan feature dimulai dari menemuka ide, topik, dan sudut pandang. Setelah itu, dilakukan perencanaan, riset, mengumpulkan bahan (baca: teknik reportase), menyusun bahan, menulis, dan editing.
- Finding the idea (topic and angle)
- Planning, background research (synopsis)
- Fieldwork (collecting materials)
- Organizing materials
- Writing (1st draft)
- Rewriting, editing, proofreading.
Dalam mencari ide dan memilih segi atau sudut pandang (angle) yang tepat, ada dua cara yang sering dipakai banyak reporter.
- Pakailah imajinasi dan kekuatan pengamatan yang terlatih, untuk melihat hal-hal menarik yang luput dari perhatian orang lain.
- Perhatikan orang yang mempunyai pandangan yang berbeda atau unik untuk mengamati suatu persoalan.
Cara Menulis Feature: Teknis
1. Membuat Outline
Goenawan Mohamad menekankan pentingnya penulisan outline (kerangka tulisan): pembuka tulisan, isi, dan penutup. Akibat tidak ada outline, penulis atau seorang wartawan tidak dapat fokus dengan apa yang ditulisnya, kacaunya urutan cerita dan terjadi pengulangan yang tak perlu.
Dalam membuat tulisan, kita harus menentukan bagian awal yang akan kita ceritakan. Kita harus menguasai bahan dan mempunyai gambaran lebih dulu.
Kita harus membuat tulisan secara urut. Macam-macam jenis urutan yakni urutan kronologis, urutan ruang, urutan logis.
Urutan logis ini dibagi menjadi beberapa jenis:
- Urutan sebab-akibat
- Urutan akibat – sebab
- Urutan khusus – umum
- Urutan umum-khusus
- Urutan pemecahan masalah.
2. Menulis Teras
Kunci penulisan feature yang baik terletak pada paragraf pertama, yaitu lead. Mencoba menangkap minat pembaca tanpa lead yang baik, sama dengan mengail ikan tanpa umpan.
Lead untuk feature mempunyai dua tujuan utama:
- Menarik pembaca untuk mengikuti cerita.
- Membuka jalan bagi alur cerita.
Beberapa jenis lead di antaranya:
1. Teras Ringkasan (Summary Lead).
Lead ini sama dengan yang dipakai dalam penulisan hard news. Yang ditulis hanya inti ceritanya, kemudian terserah pembaca apakah masih cukup berminat mengikuti kelanjutannya.
Lead ringkasan ini sering dipakai bila reporter mempunyai persoalan yang kuat dan menarik, yang akan laku dengan sendirinya. Karena lead ini sangat gampang ditulis, banyak reporter yang langsung memilihnya bila diuber deadline, atau bila ia bingung untuk mencari lead yang baik.
2. Teras Bercerita (Narrative Lead).
Lead ini yang digemari penulis fiksi (novel atau cerita pendek), menarik pembaca, dan membenamkannya.
Tekniknya adalah menciptakan suasana dan membiarkan pembaca menjadi tokoh utama, entah dengan cara membuat kekosongan yang kemudian secara mental akan diisi oleh pembaca, atau dengan membiarkan pembaca mengidentifikasikan diri di tengah kejadian. Lead semacam ini sangat efektif untuk cerita petualangan.
3. Teras Deskriptif (Descriptive Lead).
Lead deskriptif bisa menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca tentang suatu tokoh atau tempat kejadian. Lead ini cocok untuk berbagai feature dan digemari reporter yang menulis profil pribadi.
4. Teras Kutipan (Quotation Lead)
Kutipan yang dalam dan ringkas bisa membuat lead menarik, terutama bila yang dikutip orang yang terkenal. Kerugian lead semacam ini adalah bahwa kutipan yang dipilih bisa keluar dari isi cerita, bila tekanan pokok diletakkan kepada kutipan itu saja.
5. Teras Bertanya (Question Lead)
Sering lead ini dipakai oleh wartawan yang tidak berhasil menemukan lead imajinatif. Wartawan menggunakan lead ini tahu bahwa ada pembaca yang sudah tahu jawabannya, ada yang belum. Yang ingin ditimbulkan oleh teras jenis ini ialah rasa ingin tahu pembaca.
6. Teras Menuding Langsung (Direct Address Lead).
Ciri-ciri teras ini adalah ditemukannya kata “Anda”, yang disisipkan pada paragraf pertama atau di tempat lain.
7. Teras Menggoda (Teaser Lead)
Lead ini biasanya pendek dan ringan. Umumnya dipakai teka-teki dan biasanya hanya memberikan sedikit, atau sama sekali tidak, tanda-tanda bagaimana cerita selanjutnya.
8. Teras Nyentrik (Freak Lead)
Lead ini memikat dan informatif. Gayanya yang khas dan tak kenal kompromi itu bisa menarik pembaca, hingga ceritanya bisa laku.
9. Lead Kombinasi (combination Lead).
Lead kutipan sering dikombinasikan dengan teras deskriptif.
Baca Juga: Contoh Lead Feature
3. Menulis Isi (Body)
Biasanya, jika sudah berhasil menulis teras, maka menulis isi (body) menjadi mudah. Kita tinggal meneruskan kisah sesuai dengan alur yang sudah ditentukan saat membuat outline.
Dalam menulis isi, setiap alinea menguraikan lebih rinci persoalan yang disebut alinea sebelumnya. Bahan cerita disajikan dalam alinea – alinea yang terpisah, secara lengkap.
Gunakan alinea pendek. Paragraf atau alinea yang panjang hanya membuat pembaca segan pembaca. Potonglah alinea yang kelihatan terlalu panjang.
Tulisan singkat dan sederhana. Kalimat majemuk yang panjang kadang kala memang benar menurut tata bahasa.
Siapkan Empat Senjata
- Fokus. Dalam menentukan topik cerita, reporter harus waspada memilih pendekatannya. Yaitu harus cukup sempit sehingga ia bisa mengendalikannya tapi harus longgar buat menampung bahan yang menarik.
- Deskriptif. Penulisan feature deskriptif yang baik merupakan gabungan beberapa kecakapan: pengumpulan berita reportase, kemampuan observasi yang tinggi, pengetahuan tentang manusia sesuai dengan pengalaman reportase dan kemampuan meramu kata-kata secara ringkas tapi sangat efektif.
- Anekdot. Cuplikan kejadian yang lucu atau menarik, yang memberikan tinjauan kedalam subyek cerita itu dan sekaligus menghibur pembaca.
- Kutipan. Kutipan langsung merupakan salah satu alat penulisan yang paling efektif. Pemakaian kutipan – baik dialog maupun monolog – memberikan selingan dan variasi dalam cerita, dan memberikan wawasan tentang si tokoh.
Isi feature berisi hasil liputan. Cerita bisa dibuat secara kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan pendek-pendek.
Usahakan tulisan kita bukan hanya berisi informasi belaka, tapi juga diselingi deskripsi suasana, karakter sosok yang kita sampaikan, atau hal-hal ringan lainnya.
4. Penutup
Penutup Feature adalah bagian akhir. Dalam berita, tidak ada penutup. Untuk feature, setidak-tidaknya ada empat jenis penutup:
1. Penutup Ringkasan.
Merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke intro awal atau lead.
2. Penutup Penyengat.
Membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti kisah detektif saja.
Misalnya, menulis feature tentang bandit yang berhasil ditangkap setelah melawan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas sudah datang, dan bandit itu pun sudah menghuni sel. Namun, penutup feature adalah: Esok harinya, bandit itu telah kabur kembali. Penutup ini disimpan sejak tadi.
3. Penutup Klimaks.
Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi, penyelesaiannya jelas. Di masa lalu, ada kegemaran menulis penutup yang singkat dengan satu kata saja: Semoga. Sekarang, hal seperti ini menjadi tertawaan. Ini sebuah bukti bahwa setiap masa ada kekhasannya.
4. Penutup Tanpa Penyelesaian
Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa merupakan taktik penulis agar pembaca merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan, tetapi tidak pasti kapan.
Demikian teknik atau cara menulis feature. Wasalam. (www.romeltea.com).