Wartawan Media Online alami disorientasi gara-gara trafik, pageviews, klik, dan… Adsense!
WARTAWAN itu menulis berita untuk menyampaikan informasi aktual. Bahkan, ilmu jurnalistik (ilmu kewartawanan) mengajarkan konsep 5W1H, Piramida Terbalik, dan Bahasa Jurnalistik agar wartawan segera menyampaikan data/fakta terpenting, secara efektif dan efisien, kepada pembacanya.
Ilmu jurnalistik juga mengajarkan konsep penulisan judul berita efektif agar informasi lengkap segera tergambar di bagian awal berita.
Namun, banyak –kalau tidak kebanyakan– wartawan media online (situs berita) saat ini sudah mengalami disorientasi. Mereka menulis bukan lagi untuk dibaca, bukan untuk menyampaikan informasi aktual dan penting dengan segera, melainkan:
- Menulis –terutama membuat judul berita– untuk diklik demi menaikkan trafik, pageviews, atau jumlah pengunjung ke situsnya.
- Menulis berita terutama untuk mesin telusur atau mesin pencari (search engine) agar beritanya tampil di peringat atas halaman hasil pencarian (SERP).
Kaidah jurnalistik terbaikan. Penulisan judul dan/atau berita yang baik dicuekin. Sing penting diklik dan banyak pengunjung. Gak peduli beritanya baik atau tidak. Gak peduli beritanya akurat atau tidak. Gak peduli struktur kalimatnya (kaidah bahasa) benar atau tidak. Sing penting: klik dan trafik!
Maka, berkembanglah konsep “jurnalisme sampah” yang dikenal dengan nama clickbait journalism –jurnalisme umpan klik atau jebakan klik, yaitu penulisan berita yang berorientasi klik dan trafik semata.
Kita jadi “terbiasa” membaca judul-judul berita seperti ini:
-
Jadi Salah Satu Member ‘Cecepy’, Inilah Ungkapan Bahagia
-
Inilah yang Diwaspadai Munchen dari Arsenal
-
Inilah Skuat Barcelona untuk Hadapi BATE Borisov
-
Hati-Hati, Inilah Penyebab Suul Khotimah!
-
Disoraki Fans MU, Inilah Tanggapan Louis van Gaal
-
Inilah Komentar Mahasiswa UIN yang Hina Nabi Muhammad
-
Inilah Komentar Zaskia Gotik Tentang Penyebab Ayu Ting Ting
Kata penunjuk Ini, Inilah, Ini dia, Ini Komentar, Ini Jawaban, dan sejenisnya marak di situs-situs berita. Itulah ciri khas clickbait journalism.
Membuat judul berita menjadi “sangat mudah” dan “sekenanya”. Wartawan tidak harus berpikir lama dan mendalam untuk membuat judul berita yang baik dan “ramah pembaca”.
Judul berita umpan klik adalah judul yang menyembunyikan substansi atau isi berita dengan tujuan agar judul membuat penasaran dan diklik.
“Headline writing has long been considered a skill but, in the digital age, a new word has become synonymous with online journalism – clickbait,” tulis Clickbait: The changing face of online journalism“.
dariJurnalisme online kini sinonim dengan clickbait, penulisan judul berita yang berorientasi klik dan trafik. “Publishers increasingly use it for simple economics; the more clicks you get, the more people on your site, the more you can charge for advertising,” jelasnya.
“Clickbait journalism has taken over mainstream media,” timpal Copypress.
Disorientasi wartawan media online ini harus segera diakhiri. Jika tidak, mereka sudah menjadi “jurnalis rendahan” layaknya wartawan koran kuning yang mengutamakan sensasi.
“ Clickbait is the lowest form of social media journalism, full of sensationalized headlines, grumpy cats, and awful personal confessions,” jelas A History of Clickbait: The First 100 Years.
Semoga Dewan Pers segera bersikap dan “menertibkan” wartawan atau media-media online (situs berita) penganut jurnalisme umpan klik (clickbait journalism) demi kepentingan publik dan standar penulisan jurnalistik yang baik. (www.romeltea.com).*