Silaturahmi atau silaturahim adalah tradisi yang biasa dilakukan kaum muslim saat lebaran (Idulfitri). Silaturahmi dilakukan dengan mudik, saling berkunjung ke rumah tetangga atau kerabat, dan bermaaf-maafan.
Soal istilah, mari kita bedah pengertian silaturahmi, silaturahim, dan perbedaan keduanya. Mana yang benar, silaturahim atau silaturahmi?
Jika acuannya kata baku dalam bahasa Indonesia, maka yang benar adalah silaturahmi. Dalam bahasa Indonesia, silaturahmi artinya “tali persahabatan” atau “tali persaudaraan”. (KBBI).
Jika acuannya asal istilah, yakni dalam bahasa Arab, maka yang benar adalah silaturahim, shilaturrahim, atau shillaturrahiem.
Asal-Usul Kata Silaturahmi
Istilah “silaturahim” berasal dari bahasa Arab, shillah ar-rahim (صلة الرحم) atau shillatul arham. Silaturahim berasal dari dua suku kata:
- Shilah artinya hubungan.
- Rahim artinya kasih sayang, keluarga, atau persaudaraam.
Jadi, silaturahim artinya menyambungkan atau mempererat hubungan kasih-sayang, hubungan kekeluargaan, atau huungan persaudaraan.
Kata rahim juga merujuk pada suatu organ dalam tubuh perempuan, yakni tempat kandungan janin. Arti asal rahim sendiri adalah “kasih sayang”. Alhasil, silaturahim berarti “hubungan kekeluargaan yang didasari rasa kasih sayang”.
Pengertian Silaturahim
Mengutip laman Muslim, berikut ini pengertian silaturahim secara bahasa (Arab) dan dalam perspektif Islam.
Shilah dalam asal kata silarurahim artinya “menyambung”. Dalam Mu’jam Lughatil Fuqaha disebutkan:
وهو مصدر وصل الشيء بالشيء: ضمّه إليه وجمعه معه
“Shilah adalah isim mashdar. washala asy syai’u bisy syai’i artinya: menggabungkan ini dengan itu dan mengumpulkannya bersama” (dinukil dari Shilatul Arham).
Ar-Rahim yang dimaksud di sini adalah rahim wanita yang merupakan konotasi untuk menyebutkan karib-kerabat. Ar Raghib Al Asfahani mengatakan:
الرحم رحم المرأة أي بيت منبت ولدها ووعاؤه ومنه استعير الرحم للقرابة لكونهم خارجين من رحم واحدة
“Ar-Rahim yang dimaksud adalah rahim wanita, yaitu tempat dimana janin berkembang dan terlindungi (dalam perut wanita). Dan istilah ar rahim digunakan untuk menyebutkan karib-kerabat, karena mereka berasal dari satu rahim” (dinukil dari Ruhul Ma’ani).
Dengan demikian, yang dimaksud dengan silaturahim adalah menyambung hubungan dengan para karib-kerabat.
An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan:
وَأَمَّا صِلَةُ الرَّحِمِ فَهِيَ الْإِحْسَانُ إِلَى الْأَقَارِبِ عَلَى حَسَبِ حَالِ الْوَاصِلِ وَالْمَوْصُولِ فَتَارَةً تَكُونُ بِالْمَالِ وَتَارَةً بِالْخِدْمَةِ وَتَارَةً بِالزِّيَارَةِ وَالسَّلَامِ وَغَيْرِ ذَلِكَ
“Adapun silaturahim, ia adalah berbuat baik kepada karib-kerabat sesuai dengan keadaan orang yang hendak menghubungkan dan keadaan orang yang hendak dihubungkan. Terkadang berupa kebaikan dalam hal harta, terkadang dengan memberi bantuan tenaga, terkadang dengan mengunjunginya, dengan memberi salam, dan cara lainnya”.
Ibnu Atsir menjelaskan:
تكرر في الحديث ذكر صلة الرحم: وهي كناية عن الإحسان إلى الأقربين من ذوي النسب، والأصهار، والتعطف عليهم، والرفق بهم، والرعاية لأحوالهم، وكذلك إن بَعُدُوا أو أساءوا, وقطعُ الرحم ضِدُّ ذلك كله
“Banyak hadits yang menyebutkan tentang silaturahim. Silaturahim adalah istilah untuk perbuatan baik kepada karib-kerabat yang memiliki hubungan nasab, atau kerabat karena hubungan pernikahan, serta berlemah-lembut, kasih sayang kepada mereka, memperhatikan keadaan mereka. Demikian juga andai mereka menjauhkan diri atau suka mengganggu. Dan memutus silaturahim adalah kebalikan dari hal itu semua” (An Nihayah fi Gharibil Hadits, 5/191-192, dinukil dari Shilatul Arham).
Istilah Silaturahim dalam Al-Qur’dan dan Hadits
Istilah silaturahim –apalagi silatuhami– tidak ada dalam Al-Qur’an dan hadits. Yang ada adalah istilah yang semakna dengan istilah tersebut, seperti yashillu rahimah, rahima, atau arhama.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An-Nisa:1)
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36).
“Silaturahim“ disebut dalam banyak hadis tentang keharusa membina hubungan baik dengan keluarga dan kerabat.
لا يدخلُ الجنةَ قاطعُ رحمٍ
“Tidak masuk surga orang yang memutus silaturahmi” (HR. Bukhari – Muslim).
من أحب أن يبسط له في رزقه، وينسأ له في أثره فليصل رحمه
“Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi” (HR. Bukhari – Muslim).
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليصل رحمه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahim. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau diam” (HR. Bukhari).
Jadi, silaturahmi atau silaturahim sama-sama benar. Terpenting maksud dan maknanya sama dan silaturahmi/silaturahim tidak harus dilakukan saat lebaran, tapi kapan saja. Wasalam.*