Tulisan saya tentang Wallahu a’lam (والله أعلمُ) banyak dikutip website lain, bahkan media mainstream seperti Detikcom dan Tribunnews pun “ikut-ikutan” membahasnya. Kali ini saya bahas tentang pengertian wallahu a’lam.
Saya buat postingan ini untik “menemani” postingan tersebut. Biar tidak sendirian di blog ini.
Saya punya kenangan soal ungkpan wallahu a’lam ini. Ceritanya, waktu ospek anggota baru Paduan Suara Mahasiswa Universitas Padjadjaran (PSM Unpad), saya dan calon anggota lainnya “dikerjain” di persawahan.
Pada tengah malam, kami diusuruh telentang di sawah yang sudah kering. Saat telentang, kakak senior mendatangani saya.
“Apa yang kamu lihat di atas?” tanyanya dengan gaya khas senior yang lagi ospek anak baru.
“Bintang, Kak!” jawab saya.
“Coba kamu hitung, berapa jumlah bintang-bintang itu?” tanyanya lagi.
Spontan, saya jawab, “Wallahu a’lam, Kak!”
Kakak senior pun terdiam. Tampak bingung dengan jawaban saya. Lalu dia menyuruh saya bangkit dan berjalan ke lokasi kami berkumpul.
Saat acara selesai, kakak senior yang kebetulan kaka kelas saya di SMAN 2 Bogor itu menghampir saya. Dia bilang, “Kamu tadi jawab ‘wallahu a’lam’, saya jadi bingung. Harusnya jangan jawab begitu,” katanya sambil tertawa.
“Saya mau marah lagi takut dosa, kamu bawa nama Allah,” katanya lagi. Saya pun tertawa kecil.
Pengertian Wallahu A’lam
Seperti jawaban saya saat ospek PSM Unpad itu, wallahu a’lam secara umum biasa diucapkan saat kita tidak tahu dan yakin hanya Allah SWT sajalah yang Mahatahu segalanya.
Bayangin aja, disuruh menghitung bintang di langit, saat cuaca cerah, mana bisa? Maka, saya jawab “wallahu a’lam” dan ternyata “ampuh” untuk tidak lagi dibentak-bentak kakak senior.
Wallahu a’lam artinya “Dan Allah lebih tahu” atau “Allah Mahatahu”. Ungkapan ini menegaskan keyakinan hanya Allah saja yang tahu segalanya.
Laman Wiktionary mengartikan Allahu A’lam sebagai berikut:
“God only knows”; literally, “God knows best, God knows better” – an expression used when responding to a question to which one does not know the answer, or think s/he may be wrong.
“Hanya Tuhan yang tahu”; secara harfiah, “Tuhan tahu yang terbaik, Tuhan yang lebih tahu” – ungkapan yang digunakan saat menjawab pertanyaan yang tidak diketahui jawabannya, atau berpikir dia mungkin salah (dengan jawaban yang diberikan). ”
Ungkapan lengkapnya adalah wallahu a’lam bish-shawabi (والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ ) yang berarti “dan Allah lebih tahu yang benar/yang sebenarnya”.
Ungkapan ini biasa digunakan sebagai penutup artikel keislaman. Dulu, saat menjadi redaktur opini Mingguan Hikmah (Grup Pikiran Rakyat, 1993-1999), saya terbiasa dengan ungkapan penuh makna tersebut.
Kata ustadz saya, kata wallahu a’lam bis-shawab itu adalah upaya pembiasaan agar kita selalu ingat bahwa penjelasan yang kita sampaikan, ulasan yang kita tulis, atau kajian yang kita lakukan, hanyalah upaya “mendekati kebenaran”.
Kebenaran datangnya dari Allah SWT yang Mahabenar dan Mahatahu. Ungkapan wallahu a’lam juga bermakna Allah SWT sajalah pemilik kebenaran sejati/hakiki.
Ungkapan lain yang serupa adalah wallahu a’lam bimurodih. Ungkapan ini sering saya dengar saat “nyantri” dulu. Kata ajengan, artinya adalah “dan Allah lebih tahu/mahatahu maksud yang sebenarnya” atau “Allah yang paling tahu maksud Allah sendiri”.
Demikian pengertian wallahu a’lam, wallahu a’lam bish-shawabi, dan wallahu a’lam bimurodih. Wallahu a’lam. Wasalam. (www.romeltea.com).*