Perang Informasi Jelang Pemilu 2014

* “Mereka” Menggempur Partai Islam

pemilu 2014JELANG Pemilihan Umum 2014, hampir semua media menurunkan berita yang “menggembosi” partai politik Islam. Dengan narasumber hasil-hasil survei dan analis politik, media seakan-akan beramai-ramai “membantai” partai Islam dengan judul-judul seperti “Partai Islam Sudah Tak Laku” dan “Suara Partai Berideologi Islam Akan Terpuruk”.

Judul berita lainnya a.l. “Nasib Partai Islam Suram di Pemilu 2014”, “Dukungan bagi Partai Islamis Menurun”, “Partai Islam Sulit Menang di Pemilu 2014”, “Parpol Islam Dinilai Tak Punya Modal Koalisi”, dan “Tokoh Islam Gak Laku Jadi Capres”.

Judul-judul di atas jelas memiliki angle berita yang “tidak memihak” partai Islam dan berusaha menggiring dan membentuk opini publik bahwa partai Islam “tidak layak dipilih” dalam pemilu 2014.

Berita sebuah media tidak lepas dari kebijakan redaksi (editorial policy), agenda setting (agenda media), dan sudut pandang (angle) sang wartawan. (Baca deh: Tiap Media Punya Agenda Setting).

Dengan editorial policy, agenda media, dan angle yang berbeda, dalam “pengamatan” saya hanya Republika yang berusaha “membela” partai Islam dengan judul-judul berita seperti “Elektabilitas Parpol Islam Berpotensi Naik”, “Publik Masih Yakin Parpol Islam Menang Pemilu, Ini Buktinya”, dan “Pemilih Tradisional Masih Pilih Parpol Islam”.

Dengan “piranti kaji” atau “pisau analisis” agenda setting, kita bisa melihat mayoritas media memiliki “hidden agenda” untuk menjatuhkan partai Islam dengan judul-judul berita di atas. Hanya Republika “sendirian” yang memiliki agenda dan kebijakan yang “memihak” partai Islam.

Read More

Perang informasi. Itulah yang terjadi jelang Pemilu 2014 ini. Lembaga-lembaga survei dan pendapat analis politik sudah menjadi “kekuatan kelima” untuk membentuk opini publik. (Baca deh: Menggugat Lembaga Survei).

Pihak partai Islam seolah tak berdaya menahan dan menyerang balik gempuran pencitraan yang merugikan mereka itu. Sebabnya, partai Islam tidak mempunyai akses ke media atau tidak memiliki corong media yang memadai, sebagaimana partai-partai nasionalis.

Partai Nasdem punya Media Indonesia dan Metro TV. Golkar punya TV One dan Vivanews. Hanura punya Harry Tanoe dengan Global TV, RCTI, dan MNCTV plus Koran Sindo dan jaringan Radio Sindo-nya. Demokrat kabarnya “dekat” dengan grup Trans Media. Parta Islam? Tidak punya!

TV One, Grup MNC, dan Metro TV bahkan bisa “seenaknya” curi start kampanye secara masif guna mempopulerkan Golkar/Aburizal Bakrie, Hanura/Wiranto-Harry Tanoe, dan Nasdem/Surya Paloh.

Perlawanan relatif hanya dilakukan dengan gencar oleh kader-kader PKS yang dikenal solid dan “melek IT”. Melalu media sosialblog, facebook, twitter, mereka berusaha melawan gempuran pemberitaan media yang menyerang mereka.

PPP dan PBB tampak “diam” (atau tidak berdaya?) melawan gempuran berita yang merugikan citra partai Islam.

O iya, partai Islam itu yang mana sih? Yaitu partai-partai yang berideologi Islam dan/atau berbasis massa (ormas) umat Islam, yakni PPP, PBB, PKS, PAN, dan PKB. Dua partai terakhir bahkan “tidak mengaku” sebagai partai Islam, juga PKS yang belakangan “berubah haluan” menjadi “partai terbuka” (?). Wallahu a’lam. (www.romeltea.com).*

Related posts