Technopreneur: Pengertian, Contoh, dan Tips

Technopreneur Teknopreneur

Technopreneur (teknopreneur) menjadi “trending  topic” dalam wacana bisnis era digital. Kementerian Komunikasi dan Informatika  (Kemenkominfo) bahkan memiliki program “Menuju Seribu Teknoprenur“.

Berikut ini ulasan tentang pengertian teknopreneur serta contoh dan tips bagaimana cara menjadi teknopreneur.

TECHNOPRENEUR atau teknopreneur merupakan bagian dari  ekonomi kreatif, ekonomi digital, bisnis online,  dan tentu saja bagian dari entrepreneur. Blogpreneur juga termasuk teknopreneur.

Pengertian Technopreneur

Secara bahasa, tèknoprênêur adalah pengusaha teknologi; wirausaha teknologi (KBBI).

Webster Dictionary mendefinisikan technopreneur sebagai seorang entrepreneur yang melibatkan teknologi tinggi dalam bisnisnya. (an entrepreneur involved with high technology).

Read More

Masih menurut kamus Merriam-Webster, technopreneur adalah gabungan “technology” dan “entrepreneur”.

Entrepreneur adalah pengusaha atau wiraswasta, yaitu orang yang memiliki usaha  sendiri dan mengelola usahanya sendiri dengan  ide atau konsep yang baru

Wiraswasta adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali  produk baru, menentukan cara produksi baru,  menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,  memasarkannya, serta mengatur permodalan  operasinya (KBBI).

Technopreneur juga sering merujuk pada seorang pebisnis start-up (usaha  rintisan) yang memanfaatkan teknologi dalam kegiatan bisnisnya.

Menurut S. Goodman dkk. dalam Fresh Perspective: Business Management (2005), technopreneur adalah pengusaha yang menggabungkan keterampilan teknologi dan kewirausahaan mereka.

Sosrowinarsidiono (2010)  mengatakan, technopreneurship merupakan proses sinergi dari kemampuan yang kuat pada penguasaan teknologi serta pemahaman menyeluruh tentang konsep kewirausahaan.

Menurut Chua Eung Hwa (2009), seorang technopreneur adalah perpanjangan dari seorang  wirausahawan, dan memanfaatkan teknologi untuk membuat penemuan baru sebagai inovasi dan dengan demikian mengeksploitasi prestasinya di  pasar untuk menghasilkan uang.

Pemanfaatan Teknologi

Ulasan ringkas di atas jelas menunjukkan technopreneurship mengacu pada pemanfaatan teknologi, termasuk Teknologi Informasi (IT), untuk pengembangan wirausaha.

Teknopreneur mengoptimalkan segenap potensi teknologi yang ada sebagai basis pengembangan bisnis yang dijalankannya.

Seorang technopreneur selalu berusaha “mencari cara baru” untuk meningkatkan utilitas sumber  daya yang ada secara efisien. Sebaaimana entrepreneur pada umumnya, technopreneur adalah “pencipta pekerjaan” (job creator) dan bukan pencari kerja (job seeker).

Jenis Usaha Teknopreneur

Dalam Buku Technopreneurship (2008) disebutkan, usaha yang meliputi seseorang technopreneur antara lain pengelola yang bergerak dibidang pembuatan HP, Smartphone, gadget, laptop, dan alat teknologi canggih lainnya.

Marketplace seperti Bukalapak dan e-ticketing Traveloka juga sering menjadi contoh produk technopreneur, selain Gojek, Tokopedia, dan sejenisnya.

Di level global, contoh sosok technopreneur sukses antara lain Mark Zuckerberg, Eduardo Saverin, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes merancang dan mengembangkan teknologi jaringan sosial yang berbasis web Facebook.

Steve Chen, Chad Hurley, dan Jawed Karim merancang dan mengembangkan YouTube sebagai media sosial berbagi video. Bill Joy merancang dan mengembangkan Sun Microsystem.

Bill Gates merancang dan mengembangkan Microsoft. Jeff Bezos merancang dan mengembangkan sistem penjualan buku secara online yang diberi nama Amazone.

Di Indonesia, sosok yang dikenal sebagai teknopreneur antara lain Andrew Darwis (Kaskus), Nadiem Markarim (Gojek), dan Achmad Zaky (Bukalapak).

Proses Menjadi Teknopreneur

Founder Hero Soft Media, Hero Wijayadi, dalam sebuah Seminar tentang Creativepreneur di Yogyakarta memberikan kunci 3P+2P yang harus dimiliki di awal pengembangan usaha berbasis technopreneur, yaitu Place, Program, dan People.

“Place berarti wadah untuk membangun usaha. Jadi bukan dimaknai dengan tempat saja. Program, kita harus merencanakan program ke depannya. Dan yang paling penting adalah people. Untuk membangun bisnis berbasis teknologi, kita butuh minimal 3 orang, yakni  hacker, hipster, dan hustler,” terang Hero.

  • Hacker adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam koding, programmer, dan web developer.
  • Hipster adalah seorang desainer, dan aktif di media sosial.
  • Hustler adalah seorang yang memiliki tipikal komunikatif, suka membangun jaringan, kerjasama dan berjualan.

“Setelah 3P terpenuhi, baru 2P yaitu Problem dan Product. Kita menganalisis apa masalah yang ada di sekitar kita dan apa peluang yang bisa kita ciptakan dari masalah tersebut. Karena setiap masalah pasti ada peluang, misalnya saja tidak akan ada warung makan jika tidak ada orang lapar. Baru setelah kita menemukan masalah, kita membuat produk yang tepat untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut,” tutup Hero.

Cara menjadi teknopreneur juga bisa disimak di laman Liputan6. Disebutkan, technopreneur berarti membuat usaha dan bisnis yang berbasis pada teknologi dan industri.

Munculnya start up yang dibuat oleh para technopreneur befungsi untuk menambah lapangan kerja baru. Selain itu, adanya technopreneur juga dapat meningkatkan sektor industri dalam negeri sehingga bangsa Indonesia bisa tak selalu bergantung dengan produk asing.

Ada tiga hal yang dibutuhkan untuk jiwa-jiwa entrepreneur, mulai dari knowledge (pengetahuan), skill (kemampuan), dan attitude  (sikap).

Pengetahuan akan mudah didapatkan oleh generasi muda saat ini yang cepat beradaptasi dengan teknologi. Hal yang tak mudah didapatkan ialah sikap atau attitude.

Sikap yang diperlukan untuk menjadi jiwa technopreneur, tak bisa diajarkan di bangku kuliah atau semacamnya, melainkan dididik dari sejak lama. Seorang technopreneur memiliki sikap pantang menyerah, optimistis, tekun, dan disiplin.

Kepribadian technopreneur juga digambarkan McClelland dalam konsep Need for Achievement (N-Ach) yang diartikan sebagai virus kepribadian yang menyebabkan seseorang ingin selaluberbuat lebih baik dan terus maju, selalu berpikir untuk berbuat yang lebih baik, dan memiliki tujuan yang realistis dengan mengambil risiko yang yang benar-benar telah diperhitungkan.

Seseorang yang memiliki N-Ach tinggi biasanya lebih menyukai situasi- situasi kerjayang dapat mereka ketahui apakah akan mengalami peningkatan/kemajuan atau tidak. Uang bagi mereka bukanlah tujuan.

Unsur–unsur penunjang technopreneur antara lain faktor soft skill yang dianggap penting bagi seseorang
untuk berhasil dalam melewati fase start-up bisnis.

Fase start – up bisnis dianggap sebagai fase awal yang sangat menentukan keberanian dalam mengimplementasikan spirit technopreneur.

Keterampilan soft skill dan hard skill yang dibutuhkan (urutan menunjukkan prioritas) dalam melakukan start – up bisnis adalah :

1. Kemampuan Komunikasi
2. Aspek Keteknikan
3. Pembuatan Bisnis Plan
4. Ketrampilan Teknis
5. Memanajemen dan Memotivasi Orang

Pengalaman yang bisa membantu technopreneur dalam melakukan set up bisnis (urutan menunjukkan prioritas) adalah :

1. Mengikuti proyek bisnis (magang)
2. Mengikuti training
3. Public Speaking
4. Mengorganisasi Event.

Demikian pengertian, contoh, dan tips technopreneur atau teknopreneur yang saya himpun dari berbagai sumber. Saya juga technopreneur, yaitu entrepreneur dengan blogging alias blogpreneur. Wasalam. (www.romeltea.com).*

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 comments