Tentang Khittah NASYID

SEBAGAI bagian dari sosialisasi sekaligus “promosi” salah satu buku saya, Kembalikan Nasyid pada Khittahnya, saya mengirimkan tulisan ke sebuah milis nasyid. Berikut “surat” saya dan beberapa tanggapan yang muncul terhadapnya:

Assalamu’alaikum, Ikhwan-akhwat yang ingin tau lebih banyak tentang nasyid dan penyimpangan nasyid masa kini, setidaknya sudah ada dua buku, terbit di Bandung. 1. Revolusi Nasyid karya Adjie Esa Putra dan 2. Kembalikan Nasyid pada Khittahnya karya saya, Asep Syamsul M. Romli (bisa hubungi www.nuansa.co).

Insya Allah, kedua buku tersebut menjadi referensi lengkap dan terarah tentang apa sebenarnya nasyid dan bagaimana para munsyid harus bersikap dan berkarya (membawakan nasyid), juga bagi penikmat nasyid, agar nasyid tidak membuat umat kembali pada masa jahiliyah –menggemari syair-syair asmara, memuja wanita, dll.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Romeltea

buku nasyid

Tanggapan 1:
Alhamdulillah ane udah punya. Tapi kayaknya mesti banyak buku tentang nasyid deh. Soalnya semakin ane baca dua buku itu, semakin haus pengetahuan ane tentang nasyid, karena ane masih meraba-raba nasyid yang cocok buat tim ane. (Andi muhammad).*

Read More

Tanggapan 2:
Assalamualaikum WrWb….
Ya dikembalikan saja semua sama penasyidnya, pembuat lagunya atau bahkan arranger dan produsernya….niatnya…ya kita mah pasti mensupport aja da niat kita mah mau memperbaiki diri lewat nasyid dengan mencari ridho Allah…

Sok terus berkarya para Munsyid semua, ditunggu atuh nasyid nasyid yang betul2 memberi pencerahan pada diri dan hidup setiap muslim dan mukmin.Buktikan bahwa dengan nasyid kaum muslimin mau kembali ke masjid setiap subuh, mau puasa sunah senin kemis, sholat tahajjud di tengah malam atau sholat dhuha pembawa rizki…walaupun dengan setiap tahapan tahapan dan proses yang antum semua lalui…

Jadilah setetes embun ditengah gersangnya akidah Islam kita di negeri yang kata orang berpenduduk mayoritas Islam.

Ayo Jadilah Ar Ruhul Jaddid yang mengembalikan Izzatul Islam dengan tauhid Faith One … punten ah, hatur nuhun
Wassalamualaikum WrWb…
Abi Naia

Tanggapan 3:
Assalamu’alaikum wr. wb.
1. Banyak para munsyid yang mendendangkan lirik2 yang membangunkan syahwat, pujian terhadap lawan jenis, serta berisi sekedar hura2 semata. Afwan, mungkin ane yang ‘kuper’, taunya cuma nasyid haroki aja. Tolong sebutkan contoh-contoh nasyid yang antum sebut membangunkan syahwat, pujian terhadap lawan jenis, serta berisi sekedar hura2 semata seperti itu. Kalaupun ngga enak nyebutin judul + munsyidnya, minimal kasih kisi-kisi liriknya yang seperti apa gitu. Jadi mau tau nih.

2. Ya, mereka mungkin sekedar hanya untuk mencari popularitas, mencari harta dunia. Hati-hati akhi, kata “mereka” disini bisa merujuk kepada “SEMUA” atau “SELURUH” munsyid, karena tidak ada keterangan objek yang lebih spesifik. Padahal, sekedar antum tau, banyak juga tuh ikhwah-ikhwah “Kader Inti” & “DPP” yang juga munsyid. Secara kafaah, kualitas pemahaman mereka tentunya nggak sembarangan dong. Dengan kalimat antum diatas, secara sadar/nggak sadar & sengaja/tidak sengaja, berarti bisa diartikan antum telah menganggap mereka ya seperti itu juga lho (sekedar hanya untuk mencari popularitas, mencari harta dunia)!

3. Padahal kan nasyid itu merupakan sebuah alternatif Islam dalam menyebarkan ajaran kita agar mereka yang awam dengan Islam dapat tertarik dengan senandung rohani. Kalo ini ana setuju. ya emang betul banget sih (menurut ana)

4. Dan kini, apa bedanya dengan musik2 jahiliyah…???yang mereka sama3 mngumbar cinta semu… Ya ini lagi, nggak semua nasyid lho. Antum sebaiknya paham bahwa dalam bahasa Indonesia ada yg namanya majas sinekdok. Ada 2 macamnya, yaitu “totem pro parte” (semuanya mewakili sebagian), & “pars pro toto” (sebagian mewakili semuanya). Sekali lagi, dengan kalimat di no. 4 ini, antum telah menganggap ‘SEMUA’ nasyid adalah sama dengan musik2 jahiliah, & ‘SEMUA’ nasyid mengumbar cinta semu.

5. DAn inilah yang harus kita perhatikan dalam menyannyikan sebuah nasyid agar dapat dibedakan mana yang harus disebarluaskan (dendangkan) dan hanya sekedar untuk pasangan kita >>> OK, I agree with this one 🙂
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Teguh “Al-Ikhwan”

Tanggapan 4:
wah…saya sudah bahas ii dalam thesis saya tahun 2002-3=2003. memang nasyid sekarang memprihatinkan… hentakan musik dan syair hampir tidak beda dengan musik lain yang ada di cafe ataupun diskotik sebagai pengiring dugem semoga dikembalikan ke khittah dan niatnya diluruskan.*

Tanggapan 5:
Assalamu ‘alaikum Wr.wb.
Tulisan ini terinspirasi dari sebuah buku yang Ana lupa judulnya, di mana di dalam buku tersebut menjelaskan perjalanan sebuah nasyid dari awal terbentuk hingga kini. Nasyid yang awalnya merupakan sebuah metode dakwah yang cukup menarik, tapi kini ternyata jauh dari jalur tersebut.

Banyak para munsyid yang mendendangkan lirik2 yang membangunkan syahwat, pujian terhadap lawan jenis, serta berisi sekedar hura2 semata. Ya, mereka mungkin sekedar hanya untuk mencari popularitas, mencari harta dunia. PAdahal kan jika kita menggantikan kenikmatan akhirat dengan dunia maka kita tinggal menunggu balasan dari Alloh akan apa yang kita pilih tersebut.

Mungkin awalnya sekedar latihan dengan diiringi niatan dakwah. Tapi ketika mulai berkembang, ya…mereka lupa pada fitrohnya sebuah nasyid, yang merupakan dendang islami.

Tahukah sahabatku, awalnya Anapun gak terlalu suka sama nasyid, dan kesukaan itu muncul ketika Alloh mulai memasuki NurNya dalam Qolbu ini. Dan Alloh memberikan kesempatan Ana untuk menjadi sebuah Annnouncer (penyiar) radio islam di Purwokerto. Dan memang benar, dari kalangan sahabat kita merequest nasyid yang berisi sanjungan kepada lawan jenis dan jarang yang suka dengan HAROKI dan PUJIAN KEPADA ALLOH DAN ROSULULLOH. Padahal kan nasyid itu merupakan sebuah alternatif islam dalam menyebarkan ajaran kita agar mereka yang awam dengan Islam dapat tertarik dengan senandung rohani.

Dan kini, apa bedanya dengan musik2 jahiliyah…???yang mereka sama3 mngumbar cinta semu… DAn inilah yang harus kita perhatikan dalam menyannyikan sebuah nasyid agar dapat dibedakan mana yang harus disebarluaskan (dendangkan) dan hanya sekedar untuk pasangan kita. Jangan jadikan kesempatan menjadi munsyod untuk mencurahkan perasaan kita kepada lawan jenis kita. Renungkanlah wahai sahabatku…..Pernasyidan akan maju dan membangun negeri ini jika kau menyadari bahwa apa yang kau lakukamn itu ikhlas dan hanya karena Alloh
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb
Muhammad Badrushshalih

Tanggapan 6:
Judul bukunya Revolusi Nasyid. Setiap munsyid yang muncul insya Alloh membrikan Kontribusi yang penting dalam setiap tahapannya. So, just support them and correst them if they made some khilaf in a wise way .. of course (andi muhammad).*

Tanggapan 7:
Assalamualaikum WrWb….
Maaf yach ikutan nimbrung nich…masalah nasyid masa kini, mudah-mudahan kita bisa share mengenai nasyid sekarang, tema yang sangat bagus saya fikir, mudah-mudahan apa yang kita lakukan semata-mata untuk pengembangan nasyid itu sendiri.

Saya pribadi selalu mensupport team-team yang memang banyak dikatakan mengumbar syahwat, mudah-mudahan ini semua bisa jadi pelajaran bagi kita semua, mungkin (husnuzdon aja yach……..) team yang menyanyikan lagu tersebut masih baru atau mungkin melihat zaman sekarang dimana pergaulan bebas merajalela yang akhirnya team tersebut harus menyesuaikan.

Seperti kita ambil contoh team nasyid In-Team dari katanya saja selinta seperti apa… mereka menyanyikan salah satu lagu yang bernuasa romantis sedikit liriknya (kutahu kau merinduiku…..oh kasih besabarlah sayang saat indah kan menjelma jua…….dan seterusnya).

Yach….mudah-mudahan kita semua bisa saling support satu sama lain bukan apa-apa nasyid sudah akan berkembang kembali jangan sampai kita sesama munsyid saling sikut, yang HAROKI berjuanglah teman, yang POP semangat terus, yang ACCAPELLA jangan menyerah R&B, ROCK dan lain sebagainya silakan semua dijalurnya masing-masing, namun ingat, SETIAP APA YANG KITA LAKUKAN HARUS KITA PERTANGGUNG JAWABKAN DI AKHIRAT KELAK, Insya Allah.

Selamat berjuang teman-teman optimislah bahwa NAsyid akan terus dan terus berkembang LILLAHI TA’ ALA, af 1 jikalau ada salah-salah kata atau menyinggung hati teman-teman tidak ada maksud menyakiti, mudah-mudahan kita bisa share seperti ini.
Wassalaam,
Mamat Rohimat

Tanggapan 8:
Assalamualaikum WrWb…
Afwan baru bales topik ini. Beberapa munsyid yang dimaksud itu ialah Edcoustic, inteam, star 5 (afwan, ini demi kemajuan dakwah islam) serta beberapa munsyid lainnya yang Antum semua bisa lihat lirik2nya di

Syukron buat all ikhwah yang ikut membahas topik ini dan ana cuma bisa mendoakan kepada semua munsyid di manapun berada bisa memberikan warna tersendiri di para pecinta musik.
Wassalamualaikum WrWb…
Mamat Rohimat

EXTRA!
Berikut ini sebuah tulisan tentang Nasyid yang saya ambil dari nurulhuda.wordpress.com. Ada sedikit bahasan tentang buku saya:

Nasyidisasi” Tradisi?
Ditulis oleh Mh. Nurul Huda pada April 30th, 2007

Nampaknya harus diakui, identifikasi Nasyid sebagai musik Islami kini mengalami perkembangan yang amat dinamis. Setidaknya beberapa genre Nasyid kini tengah muncul seperti apa yang disebut dengan Nasyid Rabbani, Nasyid Puji-pujian, Nasyid Modern dan bahkan ada sebutan Nasyid beraroma tradisi lokal di Makassar.
Sebagian besar group-group Nasyid ini masih mempertahankan warna musik dan lagunya yang ketat yang dianggap mencerminkan sesuatu yang “Islami”. Tapi sebagian lain mulai mengkombinasikan musik bergenre Arab ini dengan warna lokal seperti lagu-lagu daerah atau alat musik tradisional seperti kecapi.

Bagi kelompok pertama, para munsyid ini (nama untuk pelantun Nasyid) cenderung berhati-hati dalam mengemas musik dan lagu mereka agar tidak jatuh pada bentuk-bentuk musik yang “terlarang”, musik yang mengeksplorasi syahwat yang mirip dengan musik jahiliyah. Bagi mereka Nasyid adalah sarana para mujahidin dalam menegakkan agama Allah di medan jihad, sehingga keberadaannya tidak boleh dinodai prilaku bid’ah yang menjauhkan diri mereka dari garis perjuangan. Sementara bagi kelompok kedua yang mengembangkan warna lain dalam Nasyid, hendak menghadirkan Nasyid dalam nuansa berciri khas tradisional dan melokal.

Dalam kelompok ini misalnya ada group Nasyid Kelana yang merupakan akronim dari Kelompok Nasyid Al-Talabah, yang bermarkas di Emmy Saelan Makassar.Dalam penuturan Muhammad Yunus yang juga manajer kelompok group ini, Nasyid berarti lagu dan kalau mau dipersempit lagi adalah lagu yang menyampaikan nilai-nilai Islami. Oleh karena itu, menurut pria muda yang dipanggil Ustadz Mamad ini Nasyid tidak seharusnya memusuhi genre musik lain. “Sepanjang niat kita untuk mengangkat nilai-nilai yang Islami lewat lagu atau musik, maka menurut saya itu adalah Nasyid,” ujar Yunus beralasan

Lebih lanjut menurut alumni pesantren IMMIM Makasssar ini, genre Nasyid tak semestinya dikotakkan dalam bentuknya yang kaku, seperti tanpa memakai alat musik, syairnya yang berbahasa Arab, atau liriknya yang bersemangat Harokah. Menurut dia, Nasyid semestinya juga mengakomodasi musik-musik lokal macam kecapi atau sinrilik. “Bahkan obsesi saya group nasyid ini bisa diperkaya dengan musik-musik tradisi,” ujar Mamad tentang group yang dipimpinnya meski kini menurutnya Kelana . masih mengandalkan Nasyid dengan musik akapella.

Di Makassar, group Nasyid Kelana tidaklah sendirian dalam mengemas Nasyid dengan nuansa lokal ini. Group Nasyid PIKIH dan Launun juga kerap mengkombinasikan Nasyid mereka dengan lagu-lagu daerah tertentu.

Namun demikian rupanya tidak semua kalangan menyetujui kreatifitas group-group Nasyid ini. Kelompok yang selama ini mengembangkan Nasyid sebagai corong pemurnian Islam lewat jalur musik menganggapnya sebagai penyimpangan fatal dari hakikat Nasyid sesungguhnya.

“Ini bisa menjebak kita lagi untuk terbawa arus musik yang bernuansa jahiliyah,” ujar salah seorang pengurus Lembaga Pengembangan Bahasa Arab dan Studi Islam Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar yang juga pembina group Nasyid Al-Birr Voice Nasyid ini.

Penentangan lain juga datang dari Asep Syamsul M. Romli, penulis sebuah buku berjudul Kembalikan Nasyid Pada Khittahnya. Menurutnya, kini berbagai jenis Nasyid sudah keluar dari tujuan asalnya, yakni syair penggugah semangat memperjuangkan syiar Islam. Dia pun mencontohkan group nasyid Edcoustic dan Inteam yang dinilainya banyak mengumbar lirik-lirik tentang cinta duniawi.

Terlepas dari pro-kontra yang berlangsung dalam berbagai group Nasyid ini, fenomena tersebut membuktikan bahwa perkembangan musik bergenre Arab ini tengah tumbuh dengan pesatnya di Sulawesi Selatan. Demam Nasyid bukan hanya melanda aktifis kampus, melainkan juga sudah masuk ke pesantren-pesantren yang barangkali dulu hanya mengenal musik qasidahan dan barzanji.

Maka bukan sesuatu yang mustahil bila ke depan Nasyid–sebuah musik bergenre Arab, dengan berbagai variasinya– akan menggantikan musik tradisi. Atau lagu-lagu tradisional ini akan mengalami gerak “Nasyidisasi” yang nampak seolah berjalan alami. [DESANTARA] (Tulisan Dimuat di Harian Fajar Makassar, 30 April 2007. Kerjasama Yayasan DESANTARA dan Harian FAJAR).

Demikian tanggapan atau respons yang sempat saya rekam. Anda punya tanggapan? Diantos. Wasalam. (www.romeltea.com).*

Related posts