Bahasa ‘Pasar’ Media: Catatan Bedah Buku ‘Bahasa Media’

bahasa jurnalistikBERSAMA kawan lama saya, Bung Septiawan Santana (Dosen Fikom Unisba Bandung), saya membedah atau mendiskusikan buku terbaru saya, Bahasa Media: Panduan Praktis Bahasa Jurnalistik, di halaman kampus Unisba Jln. Tamansari Bandung, Rabu (27/5).

Ya benar, di halaman kampus dan lesehan! Panitia memang menyediakan kursi, namun melihat audiensnya duduk lesehan beralas tikar. Kami pun sebagai pembicara “menolak kursi” dan sama-sama lesehan.

Yang akan saya share dengan Anda di sini adalah materi yang disampaikan Bung Septiawan.

Sebagai pembedah, ia membuat catatan tentang bahasa media yang menjadi judul buku saya. Dalam “makalah” satu halamannya berjudul “Bahasa ‘Pasar’ Media”, Bung Septi menulis, bahasa media adalah bahasa “pasar” –dalam arti “p” dan lewat hurup “P”.

Pasar dalam arti “p” adalah pasar tempat tiap orang bercengkrama, berhubungan satu sama lain, sembari mengenali arti “peran dan fungsi” masing-masing individu –ketika berinteraksi jual-beli dan mengantongi “kepentingan” masing-masing.

Menurut Bung Septi, pasar lewat huruf “P” adalah pasar yang menghitung margin laba, dalam raupan kota, negara, dan dunia.

Read More

Mekanismenya telah mereduksi sistem hubungan dalam rentang kontrol yang cukup kuat dan sistemik. “Tiap individu menjadi satu organ kepentingan margin produk, iklan, dan bisnis media,” tulisanya.

“Tiap interaksi berlangsung dalam sapaan yang terorganisir dan terukur,” imbuh penulis buku Jurnalisme Investigasi ini.

Bahasa media, tegasnya, masuk ke relung-relung kedua pasar itu. Bahasa media diharuskan untuk berada dalam interaksi sehari-hari, yang dimengerti tiap orang yang hanya ingin berkunjung sekejap: membaca selintas halaman demi halaman koran atau majalah, mendengar siaran radio sambil bekerja, menonton televisi di satu peristiwa heboh.

“Bahasa media dituntut untuk bisa lintas-provinsi: bagai bis antarkota, tiap media mesti dikenali orang dari berbagai etnis, suku, dan ras,” tegasnya.

Buku saya, Bahasa Media, menurut Bung Septi, dalam kosmologi media “pasa” Indonesia, memberitahu kita.

Demikian “catatan kecil” yang bisa saya “share” dengan Anda di blog ini. Insya Allah, pekan depan “tour” bedah buku itu saya lanjutkan di Kampus UIN SGD Bandung atas kerja sama Baticpress dengan Redaksi Tabloid Suaka UIN Bandung. See u! Wasalam. (www.romeltea.com).*

 

Related posts