BUKU Demonologi Islam ini termasuk kajian politik, bisa juga masuk ke kajian Komunikasi Politik Media Barat.
Buku ini mempopulerkan istilah Demonologi Islam, yaitu proses pencitraan Islam sebagai hal yang menakutkan layaknya demons (setan).
Banyak yang menggunakan istilah ini, bahkan definisi yang saya sampaikan dalam buku ini, namun tidak fair menyebutkan sumbernya. Misalnya artikel Demonologi Islam di Tribun Timur.
Buku yang lebih merujakan “analisis konten” (content analysist) terhadap pemberitaan media-media Barat, utamanya Majalah Times dan Newsweek, tentang gerakan Islam ini mengulas bagaimana media Barat memunculkan isu dan istilah yang mendiskreditkan Islam, seperti fundamentalisme Islam, bom Islam, dan terorisme Islam.
Disertai contoh-contoh dan analisis beritanya, buku ini memberikan pemahaman tentang “editorial policy” media Barat dalam pemberitaan tentang Islam dan kaum Muslim yang berujung pada demonologi Islam –proses pencitraan negatif terhadap Islam dan kaum Muslim sehingga Islam/Muslim dianggap ancaman yang menakutkan.
Buku ini diterbitkan Gema Insani Pers (GIP) tahun 2000 dan sudah bisa diakses di Google Books secara gratis.
Demonologi merupakan penyederhanaan istilah untuk mengatakan tentang upaya sitematis yang menggambarkan sesuatu sebagai hal yang menakutkan – layaknya hantu (demon) – dan harus dimusuhi dan diperangi dengan dukungan media massa.
Demologi Islam adalah upaya sistematis politikus dan media Barat untuk memberi penggambaran atau pencitraan Islam sebagai demon (setan, iblis atau hantu) yang jahat dan kejam sehingga Islam harus dimusuhi dan diperangi.
Sasaran demonologi adalah sebagai berikut:
- Kelompok harakah al –Islamiyah (gerakan Islam) seperti Ikhwanul Muslimin (Mesir), Front Islamique du Salut (FIS, Aljazair), Harakah Muqawamah al-Islamiyah (Hamas, Palestina), dan lain-lain.
- Rezim atau pemerintahan negara – seperti Imam Khomeini (Iran), Muammar Qaddafi (Libya), dan Saddam Hussein (Irak) – ataupun mereka yang berani coba-coba menerapkan syariat Islam dalam sistem pemerintahan – seperti Zia Ul-Haq (Pakistan), Hasan al-Basyir (Sudan), dan Taliban (Afghanistan).
- Aktivis Muslim seperti Syekh Omar Abdul Rahman (Mesir), Syekh Ahmad Yasin (Palestina), Dr. Hasan at-Turabi (Sudan), Osama bin Laden (Arab Saudi), dan Abdullah “Apo” Ocalan (Kurdi Turki).
Konflik Barat-Islam mencuat pasca kekalahan komunis (Uni Sovyet) dalam Perang Dingin. Barat menilai Islam sebagai kekuatan baru yang mengancam dominasi mereka.
Barat menjadikan Islam sebagai musuh selanjutnya. Ada beberapa pendapat juga yang mengatakan bahwa semangat perang salib kembali berkobar.
Sumber permusuhan Barat terhadap Islam secara umum adalah dendam historis dan kesalahpahaman masyarakat Barat memaknai Islam.
Dendam historis adalah dendam masa lalu ketika Islam menjadi kekuatan dunia ketika masa Khilafah Islam masih ada.
Berbagai perperangan (perang salib) selalu didominasi pasukan Islam. Perang Salib merupaka pondasi kebencian Barat terhadap Islam. Meski khilafah telah berhasil digulingkan pada tahun 1924, namun dendam kekalahan masa lalu tidak bisa dilupakan.
Kesalahpahaman Barat memahami Islam juga menjadi pemicu konflik tersebut. barat mempelajari dan memahami Islam dari buku-buku para orientalis, sedangkan para orientalis menkaji Islam dengan tujuan untuk menimbulkan miskonsepsi terhadap Islam atau menyelewengkan ajaran Islam.
Hal tersebut ditambah dengan sajian media massa yang menampilkan Islam tidak secara menyeluruh. Bahkan, yang mereka tampilkan adalah kaum Syiah yang hanya 10 % dari umat Muslim di dunia yang di dominasi Islam Sunni.
Barat menjadikan Syiah sebagai perwakilan Islam secara keseluruhan, padahal Syi’ah bukan Muslim. Islam dan Syi’ah berbeda.
Barat keliru dan menyamakan ajaran Islam dengan perilaku individu umat Islam. Misalnya, ketika sejumlah individu melakukan kekerasan, maka Barat langsung mengatakan teroris. Bahkan Barat mengecap ajaran Islam adalah sumber teroris.
Hal tersebut djadikan Barat sebagai opini umum dunia dengan media massa untuk memberikan pandangan bahwa Islam itu kejam dan Islam harus diperangi. Parahnya adalah banyak umat Islam yang tidak melakukan pembelaan bahkan mereka malah takut dengan ajaran Islam karena termakan opini Barat tersebut atau kemudian muncullah istilah Islamphobia (ketakutan terhadap Islam).
Buku ini secara umum memberikan gambaran fakta bagaimana Barat dengan hegemoninya memandang bahwa Islam adalah musuh selanjutnya pasca Perang Dingin.
Barat melihat ada kebangkitan dalam Islam. Untuk mencegah kebangkitan tersebut Barat melakukan berbagai upaya untuk membuat Islam terpuruk. Bahkan umat Islam dibuat takut dengan agamnya sendiri. Namun melihat fenomena yang real pada saat ini, seperti ISIS, telah membuat Barat kehilangan akal untuk menghentikan kebangkitan Islam.
Judul Buku : Demonologi Islam, Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam
Penulis : Asep Syamsul M. Romli, S.IP
Penerbit : Gema Insani Press (GIP) Jakarta
Tahun Terbit : 2000
Tebal : 132 Halaman