Jurnalisme Opini Mengedepankan Pendapat dan Kepentingan

Kamus JurnalistikJurnalisme Opini adalah jurnalisme yang mengedepankan opini atau pendapat tentang suatu masalah atau peristiwa.

ISTILAH Jurnalisme Opini (Opinion Journalism) masih terasa asing di dunia jurnalistik.

Yang dimaksud jurnalisme opini adalah jurnalisme yang mengedepankan opini atau pendapat tentang suatu masalah atau peristiwa.

Wartawan menulis berita atau menyampaikan peristiwa secara subjektif berdasarkan opini pribadi, kepentingan, dan/atau “setingan” agenda medianya.

Rujukan Online tentang Jurnalisme Opini bisa ditemukan antara lain di Wikipedia, Media & Communication Policy, dan Digital Resource Center.

Opinion journalism is journalism that makes no claim of objectivity. Although distinguished from advocacy journalism in several ways, both forms feature a subjective viewpoint, usually with some social or political purpose. Common examples include newspaper columns, editorials, editorial cartoons, and punditry.

Read More

Unlike advocacy journalism, opinion journalism has a reduced focus on facts or research and its perspective is often of a more personalized variety. Its product may be only one component of a generally objective news outlet, rather than the dominant feature of an entire publication or broadcast network.

There are a number of journalistic genres that are opinion-based. Among them, for example, there is Gonzo journalism and New Journalism. (Wikipedia)

Terjemahan:

Opini jurnalisme adalah jurnalisme yang tidak membuat klaim objektivitas. Meskipun dibedakan dari jurnalisme advokasi dalam beberapa cara, baik bentuk fitur sudut pandang subjektif, biasanya dengan beberapa tujuan sosial atau politik. Contoh umum termasuk kolom koran, editorial, kartun editorial, dan punditry.

Tidak seperti advokasi jurnalisme, pendapat jurnalisme memiliki fokus berkurang pada fakta-fakta atau penelitian dan perspektif yang sering dari berbagai lebih personal. Produknya mungkin hanya salah satu komponen dari outlet berita umumnya objektif dan bukan fitur dominan dari seluruh publikasi atau siaran jaringan.

Ada sejumlah genre jurnalistik berbasis opini, misalnya Jurnalisme Gonzo dan Jurnalisme Baru. (Wikipedia)

Jurnalistik gonzo adalah gaya jurnalistik yang ditulis secara subjektif, sering termasuk reportase sebagai bagian dari cerita lewat cerita orang pertama.

Jurnalisme Gonzo (Gonzo Journalism) cenderung pada gaya perpaduan antara fakta dan fiksi yang menekankan unsur-unsur yang melibatkan emosi dan memberikan pesan terselubung pada pembaca.

Jurnalisme Baru (New Journalism) adalah jenis jurnalisme yang muncul di Amerika Serikat pada tahun 1960-an dan meluas ke Eropa Barat.

Jurnalisme ini sedikit keluar dari batasan-batasan yang digunakan dalam jurnalisme tradisional dan penulisan ilmiah.

Jurnalisme baru merupakan kombinasi antara jurnalisme penelitian dan gaya penulisan fiksi dalam pelaporan peristiwa mengenai kehidupan nyata.

Fakta vs Opini

Fakta dan opini harus dipisahkan dalam karya jurnalistik. Kode etik jurnalistik menyebutkan, wartawan harus memisahkan fakta dan opini dalam menulis berita atau melaporkan peristiwa.

Wartawan tidak boleh mencampurkan fakta dan opini.

“Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang”. (KEJ)

Opini hanya dibolehkan dalam pemberitaan olahraga dan hiburan. (Baca Juga: Opini dalam Berita).

Tugas utama wartawan adalah melaporkan peristiwa, bukan menilai, menganalisis, atau menggiring opini pembaca.

Jika wartawan ingin mengemukakan opini, ia bisa menulis artikel opini (opinion articles, views), bukan berita (news).

“Forget you have an opinion!”  kata Paul Bradshaw, guru besar jurnalistik online dari Birmingham University.

Lupakan Anda punya pendapat! “Unless you are writing an opinion column (which is unlikely) or a review, remain objective” (How to be a journalism student).

Fakta adalah kondisi sebenarnya. Opini menggambarkan sesuatu hanya berdasarkan penilaian pribadi atau subjektif.

Contoh fakta: Atep Rizal kapten tim Persib. Opini: Atep memimpin rekan-rekannya dengan baik saat bertanding.

Demikian ulasan ringkas tentang Jurnalisme Opini yang masih perlu dikembangkan dan dikoreksi. Wasalam. (www.romeltea.com).*

 

Related posts