Pengertian dan Peta Konglomerasi Media di Indonesia.
Kehadiran teknologi internet mendorong adanya konvergensi media. Di sisi lain, konvergensi juga menguatkan konglomerasi media di Indonesia. Saat ini media massa di Indonesia didominasi delapan kelompok grup media besar.
Pengertian Konglomerasi Media
Konglomerasi Media terdiri dari dua kata, konglomerasi dan media. Secara bahasa, konglomerasi adalah keutuhan yang terjadi dari bermacam-macam unsur (KKBI).
Konglomerasi berasal dari kata konglomerat yang berarti:
- Pengusaha besar yang mempunyai banyak perusahaan atau anak perusahaan
- Perusahaan besar yang beranggotakan berbagai macam perusahaan dan bergerak dalam bidang usaha yang bermacam-macam.
Dengan demikian, konglomerasi media adalah perusahaan media (korporasi media, media corporations) yang memiliki banyak anak perusahaan yang bergerak di bidang media massa.
Konglemerasi Media juga didefinisikan sebagai konsentrasi kepemilikan media massa pada satu orang atau satu perusahaan.
Pengertian praktisnya, konglomerasi media adalah kepemilikan sejumlah media yang berpusat pada satu atau sekelompok orang.
Peta Konglomerasi Media di Indonesia
Konglomerasi Media di Indonesia sudah, sedang, dan kemungkinan akan terus terjadi.
Berikut ini Peta Konglomerasi Media terkemuka dan terkini di Indonesia yang dikutip BBC Indonesia dari buku Media Power in Indonesia karya Ross Tapsell (Oligarchs, Citizens and the Digital Revolution).
1. Trans Group
Pemilik: Chairul Tanjung. Korporasi media ini terdiri Trans TV, Trans7, Trans Vision, PT Indonusa Telemedia, CNN Indonesia, dan Detik.com. Selengkapnya: CT Corp.
2. MNC Group
Pemilik: Hary Tanoesoedibyo. Media Nusantara Citra (MNC) Group ini terdiri dari Global TV (GTV), RCTI, MNC TV, Koran Sindo, Okezone.com, Sindonews.com, Satelit Indostar II, Global Radio, MNC Trijaya Radio, Vision, dan Radio Dangdut Indonesia (RDI)
3. SCMA Group (EMTEK)
Pemilik: Eddy Sariatmadja. Grup Elang Mahkota Teknoligi (Emtek) ini terdiri dari SCTV, Indosiar, O-Channel, Liputan6.com, Bola.com, Bitnet Komunikasindo, Nexmedia, dan Radio Elshinta.
4. Lippo Group
Pemilik: James Riady. Terdiri dari Berita Satu, LinkNet, Suara Pembaruan, dan First. Sumber lain menyebutkan, James Riady pula pemilik sebenarnya Metro TV (Media Grup).
5. Kompas Group
Pemilik: Jacob Oetama. Kompas Gramedia Group ini terdiri dari Harian Kompas, Kompas TV, Kompas.com, Tribunnews.com, Radio Sonora, dan K-Vision.
6. Bakrie Group
Pemilik: Aburizal Bakrie. Terdiri dari tvOne, ANTV, Bakrie Telecom, Viva.co.id.
7. Jawa Pos Group
Pemilik: Dahlan Iskan. Korporasi media ini dari Harian Jawa Pos, Jawapos.com, Jawa Pos TV, Radio Fajar FM Makassar, JPNN.com, dan FIC.
8. Media Group
Pemilik: Surya Paloh. Korporasi media ini terdiri dari Metro TV, Harian Media Indonesia, Media Group, dan Metrotvnews.com.
Selain kedelapan Grup Korporasi Media atau Konglomerasi Media di atas, sebenarnya masih ada Grup Media lainnya di Indonesia, antara lain:
- Mahaka Group (Erick Tohir): Harian Republika, Republika Online, Jak tv, Lombok TV, Palu TV, Alif TV, Prambors Channel, Gen FM, Jak FM, Prambors, Delta FM, FeMale Radio, dll.
- Media Bali Post Group atau Kelompok Media Bali Post (Satria Narada): Balipost.com, Harian Bali Post, Bisnis Bali, Suara NTB, Bisnis Jakarta, Bisnis Bandung, Indonesia Network, Aceh TV, Bali TV, Bandung TV, Jogja TV, Semarang TV, Surabaya TV, Bali Radio, Suara Denpasar, dll.
- Tempo Media Group (Goenawan Muhammad): Majalah Tempo, Koran Tempo, Tempo.co, Tempo TV, Kantor Berita Radio KBR 68H, dll.
- Bisnis Indonesia Group (R Sukamdani S Gitosardjono): Harian Bisnis Indonesia, Radio Solopos 97.75 FM, Harian Jogja, Radio STAR FM Jogja, dll.
Media Kampanye Politik
Sebagaimana ungkapan John Naisbitt, “sumber baru kekuasaan adalah informasi di tangan banyak orang (new source of power is information in the hand of many),” konglomerat yang menjadi pemilik, bos, atau pemimpin kelompok media tersebut pun satu per satu bermain politik atau menjadi politikus.
Bos Media Group Surya Paloh mendirikan Partai Nasdem. Bos MNC Group, Hary Tanoe, tak mau kalah. Ia pun mendirikan Partai Perindo.
Bos Trans Media, Chairul Tandjung, pun sempat menjadi Menko Perekonomian era Presiden SBY, namun hanya beberapa bulan (Mei-Oktober 2014).
Ekses: Media Tidak Independen
Diberitakan BBC, konglomerasi media nasional membuat pemberitaan di berbagai media cenderung kurang netral, seperti ditunjukkan data riset.
Hasil penelitian empat lembaga masyarakat sipil yakni PR2media, Remotivi, Masyarakat Peduli Media dan Inmark Digital menemukan, media digunakan oleh pemilik untuk publikasi dan kepentingan pribadinya, bahkan terdapat kelompok media yang memiliki tendensi untuk menyembunyikan kebenaran.
Penelitian juga menyatakan bahwa “RCTI mencitrakan Hary Tanoesudibjo sebagai pahlawan.”
Dewan Pers pernah menyatakan akan berusaha membuat regulasi untuk memastikan pemilik media tidak melakukan intervensi ke dalam redaksi.
Demikian deskripsi ringkas tentang pengertian dan peta konglomerasi media di Indonesia saat ini. Wasalam. (www.romeltea.com).*