MANDIRI Amal Insani (MAI) Foundations mengemas program pelatihan bertajuk Gerakan Santri Menulis (GSM) di pesantren-pesantren.
Materi pelatihan terdiri dari teknik menulis secara umum (khususnya menulis fiksi dan esai) oleh Pipiet Senja dan jurnalistik plus blogging oleh saya.
Hingga 8 Juni 2017, sudah lima pesantren disambangi Tim GSM MAI untuk menggelar pelatihan menulis dan blogging.
Kelima pesantren itu adalah Pesantren Ash-Shohwah Lombok, Pesantren Babussalam Pekanbaru Riau, Pesantren Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat, Pesantren Daarul Ukhuwwah Malang, dan Pesantren Al-Amien Madura.
Setiap pelatihan menghasilkan puluhan hingga ratusan tulisan dan blog. Sebagian tulisan para santri dibukukan. Lainnya dimuat di blognya masing-masing yang dibuat saat pelatihan.
Saya menyampaikan materi penulisan karya jurnalistik (berita) dan blogging. Saya share teknik dasar menulis berita dan membuat blog sebagai sarana publikasi, dakwah, sekaligus rintisan bisnis online.
Saya mengawali materi tentang pentingnya menulis dan ngeblog. Menulis adalah warisan budaya para ulama yang telah menghasilkan buku atau kitab-kitab kuning.
Blog adalah situs web pribadi sebagai sarana mengasah keterampilan menulis, online diary, berbagi pengalaman dan pengetahuan positif, sekaligus rintisan bisnis online sebagai bisnis masa kini dan masa depan.
Menulis Warisan Ulama
Menulis adalah warisan para ulama salaf yang terlupakan. Bukankah kitab-kitab kuning yang dikaji para santri di pesantren itu ada karena para ulama dulu suka menulis?
Bukankah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Arba’in Nawawi, Safinatun Naja’, Jurumiyah, Riyadhush Shalihin, Fiqhud Da’wah, Fiqhus Sunnah, Alfiyah, Ta’limul Muta’allim, dan banyak lagi kitab itu merupakah produk menulis para ulama dulu?
Gerakan Santri Menulis, saya harap, meluas ke semua kalangan santri, guna meneruskan atau mewarisi tradisi menulis para ulama. Menulis itu akan membuat ilmu jadi “abadi”, demikian juga penulisnya.
Menulis itu mengikat ilmu. Nabi Muhammad Saw juga memerintahkan kaum Muslim “qayyidul ‘ilma bil kitabah” (ikatlah ilmu dengan tulisan). Banyak sekali manfaat menulis: sedekah ilmu, amal jariyah, dakwah, menebar inspirasi, motivasi, dll.
Saat ini, di era internet, sarana terbaik mengasah keterampilan menulis adalah blogging. Sangat sering disebutkan, salah satu manfaat blogging adalah “be better writer” (menjadi penulis yang lebih baik).
Untuk santri, blog sekaligus menjadi sarana dakwah. Konten blog Islam atau blog dakwah santri, lulusan pesantren, atau ustadz, tentu akan lebih kredibel atau dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Secara, mereka memang ahlinya (ahli ilmu agama).
Internet menjadi sumber informasi utama saat ini. Orang ingin tahu apa saja, mencari apa saja, lewat internet atau Google. Sebuah survei menunjukkan, kebanyakan orang membuka internet untuk mendapatkan informasi, bahkan sebelum belanja ke pasar atau mall.
Sebuah hasil survei menunjukkan mayoritas (94%) orang mengandalkan internet sebagai sumber informasi. TV dan media sosial ada di posisi dua (82%) dan tiga (81%).
Citra Islam yang “babak-belur” di internet akan menjadi citra Islam di masyarakat dunia. Inilah tantangan para santri, ustadz, dan/atau ulama untuk menunjukkan Islam sebenarnya di internet –dengan blogging.
Blogpreneur
Selain untuk berlatih menulis sekaligus mewarisi budaya menulis para ulama dan dakwah, blogging bagi santri juga bisa menjadi sarana wirausaha, dalam hal ini wirausahwan online atau bisnis online, yakni dengan menjadi BLOGPRENEUR.
Saat ini, blogging is business. Ngeblog bisa menghasilkan uang. Banyak sekali tips menghasilkan uang dari blog, terutama dengan program Google AdSense, toko online, dan bisnis afiliasi (affiliate marketing).
Blog juga bisa “disulap” menjadi toko online, juga promosi jasa/produk.
Semoga Gerakan Santri Menulis yang digagas Mandiri Amal Insasni (MAI) Foundation melahirkan penulis profesional, mujahidin dakwah bil qolam, blogger muslim, dan memberi bekal wawasan untuk merintis bisnis masa depan (online) bagi para santri. Amin! Wasalam. (www.romeltea.com).*