Di tengah Pandemi Virus Corona (Covid-19), muncul seruan agar wartawan atau media mengusung “Jurnalisme Harapan”. Apa itu jurnalism harapan (journalism of hope)? Bagaimana penerapannya di tengah Pandemi Covid-19?
Dilansir Antara, di tengah wabah Covid-19, sejauh ini media lebih cenderung mengusung “jurnalisme virus” dengan ekspos kasus positi corona, kelangkaan masker atau alat pelindung diri (APD), lockdown, penolakan jenazah positif covid-19, dll.
Dengan mengusung jurnalisme harapan, media diharapkan lebih mengekspos segala aspek yang dapat mempersuasi terbentuknya kesadaran menggalang solidaritas bantuan antarkomunitas, seperti gerakan sejuta masker, penyediaan logistik sembako, penggalangan iuran membantu pekerja harian atau pengangguran.
Jurnalisme harapan bertujuan agar masyarakat lebih tenang dan sabar karena itulah permulaan kesembuhan.
Pengertian Jurnalisme Harapan
Saya mencoba “Googling” dengan kata kunci “jurnalisme harapan”. Hasilnya, nihil, kecuali berita dari Antara itu yang juga dipublikasian media siber lain.
Rupanya, wacana jurnalisme harapan belum muncul di kalangan jurnalis kita (Indonesia). Pantesan atuh 🙂
Saya menemukan referensi tentang jurnalisme harapan dengan kata kunci dalam bahasa Inggris, “hope journalism“. Hasilnya a.l.
- A Foray into “Hope Journalism.”
- Journalism of hope versus journalism of despair
- A journalism of hope
Menurut jurnalis pemenang Pulitzer dari The Tennessean dan USA Today Network, Michael Anastasi, media harus mampu menghasilkan “jurnalisme harapan” dengan pemberitaan yang “mencerminkan pencapaian komunitas, memberikan solusi potensial, dan tidak hanya mengilustrasikan bagaimana berbagai hal menjadi kacau. ”
Ia meningatkan, media “memiliki kekuatan sihir untuk menyatukan orang” (have a magic power to bring people together).
Dilansir laman Jackson Ville, media “memiliki tanggung jawab untuk menceritakan kisah hidup dan waktu kita sepenuhnya, termasuk kabar baik dan bagaimana kita dapat membuat segalanya menjadi lebih baik” (we have a responsibility to tell the full story of our life and times, including the good news and how we can make things better).
Jurnalisme harapan adalah antitesis “jurnalisme keputusasaan” (journalism of despair) yang merupakan ketergantungan berlebihan pada berita buruk, secara sinis mengatakan, pada dasarnya, bahwa “semuanya akan ke neraka dan tidak ada yang bisa kita lakukan tentang itu”.
Jurnalisme harapan lebih jujur karena lebih lengkap dan adil. Secara keseluruhan, hidup semakin membaik.
Ketika kejahatan meningkat atau tingkat kelulusan turun, biasanya itu adalah berita halaman depan. Tetapi dengan jurnalisme harapan, ketika kejahatan turun atau tingkat kelulusan naik, itu juga berita halaman depan (front-page news) atau headline.
Jurnalisme harapan mencoba menawarkan berbagai solusi.
Dalam American Journalism Review disebutkan, “jurnalisme harapan mengedepakan laporan “kegiatan konstruktif, berorientasi pada solusi … yang akan memberi informasi, intrik, dan menginspirasi.”
Jurnalisme seperti ini kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan kisah-kisah menarik tentang para politisi yang dilanda skandal dan berita terbaru tentang keluarga kerajaan Inggris.
Dari ketiga sumber di atas, saya menyimpulkan:
- Jurnalisme harapan adalah jurnalisme yang mengurangi pemberitaan yang mengerikan dan menimbulkan kepanikan atau rasa takut.
- Jurnalisme harapan adalah pemberitaan yang mengedepankan kabar kembira dan menumbuhkan optimisme.
Dalam kasus Pandemi Covid-19 saat ini, jurnalisme harapan mengedepankan pemberitaan pasien sembuh, aksi solidaritas, dan kekompakan masyarakat dalam mencegah pandemi corona, tanpa menyembunyikan fakta bahaya virus dan peningkatan jumlah kasus.
Kekuatan Harapan
Harapan adalah sesuatu yang (dapat) diharapkan; keinginan supaya menjadi kenyataan; atau orang yang diharapkan atau dipercaya (KBBI).
Dalam bahasa Inggris, harapan (hope) artinya antara lain sesuatu yang diinginkan atau diharapkan (something desired or hoped) (Merriam-Webster).
Harapan adalah kekuatan. Harapan menghapuskan keputusasaan. Dalam harapan ada doa dan usaha. Harapan adalah alasan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Dalam kondisi apa pun, tak ada alasan untuk berputus asa.
“Ketika satu pintu tertutup, maka pintu lain terbuka. Namun, kita sering kali terpaku menyesali pintu yang tertutup itu, hingga tak bisa melihat pintu lain yang terbuka bagi kita,” kata Alexander Graham Bell.
Menurut Shane J Lopez dalam Making Hope Happen, manusia akan sangat termotivasi jika ada harapan.
Shane mendefinisikan harapan sebagai “keyakinan bahwa masa depan akan lebih baik daripada saat ini, bersama dengan keyakinan bahwa Anda memiliki kekuatan untuk mewujudkannya” (the belief that the future will be better than the present, along with the belief that you have the power to make it so).
Demikian pengertian jurnalisme harapan dan kekuatan harapan. Kita pun beribadah atau berbuat baik karena ada harapan akan ridha Allah SWT. Betul tidak? Wasalam. (www.romeltea.com).*