Jurnalisme Tabloid sedang jadi isu (trending). Kehadiran Tabloid Indonesia Barokah menjadi pemicu sekaligus mempopulerkan istilah jurnalisme tabloid. Ulasan berikut ini berisi pengertian jurnalisme tabloid yang cenderung bermakna negatif.
Jurnalisme Tabloid (Tabloid Journalism) merupakan salah satu jenis jurnalisme berdasarkan media yang digunakan, yaitu media cetak.
Secara bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indoneia (KBBI), jurnalisme tabloid artinya proses penyampaian informasi aktual melaui tabloid, yaitu surat kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak memuat berita secara singkat, padat, dan bergambar, mudah dibaca umum.
KBBI juga mengartikan tabloid sebagai surat kabar sensasi; surat kabar kuning (yellow papers) dan tulisan dalam bentuk ringkas dan padat (tentang kritik, paparan, dan sebagainya).
Di kalangan praktisi dan akademisi, jurnalisme tabloid merupakan bentuk dan praktik jurnalistik kontroversial.
Sejatinya, jurnalisme tabloid merupakan bentuk jurnalisme alternatif yang melayani selera pembaca yang cenderung diabaikan oleh jurnalisme arus utama (mainstream) yang cenderung kaku, lugas, dan “menegangkan”.
Menurut Wasserman (2010), secara istilah, “tabloid” merupakan kata yang bisa mewadahi tiga hal sekaligus, yaitu format ukuran surat kabar, periodisasi terbitan (biasanya mingguan), dan tampilan gaya serta isi yang sensasional, menarik, dan khas.
Wikipedia menyebutkan, jurnalisme tabloid adalah gaya jurnalisme yang menampilkan cerita kejahatan sensasional, kolom-kolom gosip tentang para selebritas dan bintang olahraga, berita cepat saji, dan astrologi.
Tabloid journalism, also known as rag newspaper, is a style of journalism that emphasizes sensational crime stories, gossip columns about celebrities and sports stars, extreme political views and opinions from one perspective, junk food news, and astrology.
Meskipun jurnalisme tabloid diasosiasikan dengan surat-surat kabar ukuran tabloid, namun tidak semua surat kabar diasosiasikan dengan jurnalisme tabloid dan tak semua surat kabar ukuran tabloid menghimpun jurnalisme tabloid.
Menurut Conboy (2002, h. 44), salah satu hal yang membuat jurnalisme tabloid diterima oleh masyarakat luas adalah karena dibandingkan bentuk jurnalisme yang lain, jurnalisme tabloid menawarkan isu-isu yang lebih ringan sehingga mudah dibaca.
Selain itu, harga surat kabar tabloid cenderung lebih murah sehingga bisa dijangkau oleh siapa saja.
Menurut Kitch (2009), “jurnalisme tabloid sering menyertakan dramatisasi untuk mengagetkan dan memicu respons emosional di kalangan pembaca yang justru sangat dihindari oleh jurnalisme pada umumnya.
Karena itu, muncul anggapan bahwa jurnalisme yang satu ini ‘tenggelam’ dalam drama dan cenderung mengabaikan prinsip-prinsip serta etika jurnalime, khususnya dalam hal kebenaran dan akurasi.
Istilah lain jurnalisme tabloid adalah Jazz Journalism (Jurnalisme Jazz). Jurnalisme Jazz adalah jurnalistik yang menerapkan berita sensasi pendek atau hal yang sedang booming di masyarakat.
Jurnalisme Jazz mengangkat isu-isu seperti skandal seks, kekerasan, dan uang dengan penekanan pada fotografi, menyajikan feature dan banyak foto.
Sejarah tabloid di Indonesia pernah ternodai dengan kasus Tabloid Monitor yang “kebablasan” yang menyeret pemimpin redaksinya ke penjara.
Kebanyakan tabloid di Indonesia –yang kini banyak yang sudah tidak lagi terbit– menampilkan gambar wanita seksi di covernya dan/atau judul-judul yang “menggoda”.
Kekuatan tabloid dan jurnalisme tabloid adalah menyajikan jenis tulisan jurnalistik berupa feature yang ringan, menghibur, tidak kaku, namun juga sering dibumbui sensasi dan dramatisasi.
Kehadiran tabloid Indonesia Barokah –dan dulu Tabloid Obor Rakyat— yang lebih merupakan media propaganda ketimbang media jurnalistik menambah citra buruk jurnalisme tabloid.
Demikian pengertian jurnalisme tabloid. Wasalam. (www.romeltea.com).*
Referensi: Martin Conboy (2006). Tabloid Britain: Constructing a Community Through Language. Routledge; Kevin Glynn (2000). Tabloid Culture: Trash Taste, Popular Power, and the Transformation of American Television. Duke University Press; Colin Sparks; John Tulloch (2000). Tabloid Tales: Global Debates over Media Standards. Rowman & Littlefield.