Penyebar Utama Hoax itu Media Sosial dan WhatsApp. Verifikasi Media, Gak Ngaruh!
DEWAN Pers belakangan ini gencar memerangi berita palsu (hoax) dengan memverifikasi media massa, khususnya media online.
Verifikasi media online disebut sebagai salah satu cara memerangi hoax.
Menurut data Dewan Pers, saat ini jumlah media online di Indonesia mencapai 43 ribu situs. Mayoritas belum terverifikasi. Baru 230 yang terverifikasi di Dewan Pers.
Data yang diperoleh Dewan Pers dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, tahun 2016 bahkan terdapat 800 ribu situs yang terindikasi penyebar berita palsu (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech).
Langkah Dewan Pers memverifikasi media online memang bagus agar publik bisa membedakan mana media resmi dan tidak resmi. Media yang terverifikasi dipastikan berbadan hukum karena syarat utama media pers atau situs berita resmi adalah berbadan hukum.
Verifikasi media oleh Dewan Pers tidak menjamin hilangnya hoax. Bahkan, bisa dikatakan “sia-sia”. Pasalnya, menurut survei, penyebar hoax itu kebanyakan media sosial seperti Facebok dan Twitter, bukan media online atau situs berita.
Disebutkan dalam hasil survei Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel), media sosial seperti Facebook dan Twitter menjadi sarana yang paling banyak digunakan untuk menyebarkan berita palsu atau hoax.
Sebanyak 92,4 persen responden mengaku mendapatkan berita hoax dari media sosial, 62,8 persen dari aplikasi pesan instan –seperti WhatsApp (WA) dan Black Berry Messenger (BBM), dan 34,9 persen dari situs web.
Dengan demikian, verifikasi media belum cukup untuk memerangi hoax.
Ironisnya, media yang sudah terverifikasi seperti Kompas pun ikut menyebarkan hoax, misalnya hoax tentang Putri Raja Arab Saudi Mengenakan pakaian Adat Bali.
Belakangan, berita itu diralat menjadi “Pramugari Rombongan Raja Arab Saudi”, bukan putri raja. Sumber beritanya postingan dari Facebook.
Nah, kan, media sosial openyebar hoax, lalu media mainstream seperti Kompas dan Tribunnews turut menyebarkannya! What an irony!
Jadi? Penyebar utama hoax itu media sosial. WA dan BBM juga sama, menjadi media penyebar hoax.
Ciri utama hoax itu sumber berita atau sumber informasi tidak dicantumkan, menggunakan huruf KAPITAL, biasanya banyak menggunakan tanda seru (!), plus “teriak-teriak” dengan “SEBARKAN!!!!!” atau “HATI-HATI!!!!” dan sejenisnya.
Cerdaslah dalam menyerap informasi. Jangan mudah percaya informasi yang muncul. Cek sumbernya! Tanyakan kepada pengirim pesan/info, dari mana ia mendapatkan informasi itu.
Jika sumber tidak ketemu, itulah hoax. Sekali lagi, penyebar utama hoax adalah media sosial dan aplikasi pesan seperti WhatsApp. Jangan “alay” dengan main share aja!
Cara Mengecek Hoax
Cara mengecek hoax sangat mudah, terutama jika berupa gambar atau foto.
Buka saja Google Image. Klik icon Kamera dan upload gambar yang mau dicek atau copas link/url gambar yang akan dicek kebenarannya.
Sebagai contoh saja, baru saja saya publish postingan ini, di beranda Facebook muncul gambar menarik berikut ini:
Setelah dicek di Google Image, ternyata itu hoax. Yang benar di bawah ini.
SUMBER GAMBAR: TWITTER
DEMI KEMULIAAN ISLAM’… Sampai Kapan’pun Kami Akan Menuntut Keadilan’… #PenjarakanAhok pic.twitter.com/LSLopYywv5
— Muslim_Bersatu (@Muslim_Bersatu1) April 22, 2017
Hoax memang begitu, mulai dari sekadar iseng, humor, becanda, hingga yang serius –biasanya politis– juga banyak. Wasalam. (www.romeltea.com).