Tips Menulis Status Facebook: Gunakan Bahasa Manusia!

bahasa jurnalistik

Think like a wise man but communicate in the language of the people. Demikian nasihat William Butler Yeats (1865-1939), Irish poet, dramatist, and prose writer, one of the greatest English-language poets of the 20th century.

Berpikir sebijak mungkin sebelum berbicara atau menulis sesuatu sangatlah penting.

“Think it and then speak it!” bukan “speak” baru “think”. Salah satu “objek” pemikiran itu soal redaksional atau susunan/pilihan kata.

komunikasi verbal

Pilihlah dan susun kata-kata yang mudah dimengerti pembaca. Kalau pembaca tidak mengerti yang kita tuliskan atau masih harus bertanya karena mereka tidak/kurang paham, maka kita gagal berkomunikasi, sedangkan tujuan menulis adalah komunikasi. Ingat, communication is a goal of writing! Tujuan menulis adalah komunikasi.

Read More

Maka, seperti kata Yeats di atas, sebijak apa pun hasil pemikiran, ungkapkanlah dalam “bahasa manusia”, yakni mudah dimengerti oleh pembaca. Demikian halnya status Facebook.

Kita sering menemukan status yang “bukan bahasa manusia”, susah/tidak bisa dimengerti, hanya dimengerti oleh sang pemilik akun, karena –misalnya– hanya berisi subjek atau predikat, e.q. “payah deh…”, “ya sudah, kalo itu maumu”, “tanpamu aku bisa bertahan”, etc.

Jika hanya bisa dimengerti oleh pemilik status, lalu apa gunanya bagi pembaca atau teman-temannya yang membaca status tersebut? NOTHING! But sedikit bertanya: “maksud loh….?”.

Syukur-syukur teman pemilik status mau tanya: “Ada apa…?” sebagai bentuk perhatian.

Nah, kalo mereka gak mau tanya? Ntu status dicuekin dan penulis status pun kecewa… [karena ‘gak ada yang peduli]. So, mari  bikin status atau posting yang komunikatif, syukur-syukur informatif dan inspiratif. Bukan status “caper” –cari perhatian– semata. Wasalam. (www.romeltea.com).*

 

Related posts