Ini komentar seorang pengunjung Masjid Raya Al Jabbar Bandung alias Masjid Raya Jawa Barat di Jl. Cimencrang No. 14 Gedebage, Kota Bandung.
“Ini masjid apa tempat wisata?” katanya. Ia nanya, bertanya-tanya, melihat pengunjung masjid yang begitu banyak, bukan lagi ratusan, tapi ribuan, memadati kompleks Masjid Raya Al Jabbar di akhir pekan itu.
Pemicu pernyataan antara tempat wisata dan masjid itu adalah fakta banyaknya pedagang (PKL) plus pengemis dan pengamen, juga copet alias maling! Sudah banyak kasus kehilangan dompet dan HP. Ada juga copet yang tertangkap.
Pengamen beranting di telinga dan hidung juga ada. Pokoknya, jauh dari kesan sebuah masjid, lebih ke tempat wisata. Ini di luar masjid ya, tepatnya di halaman parkir, taman-taman, plaza, bukan di teras apalagi di dalam masjid.
Jadi, Masjid Raya Al Jabbar Tempat Ibadah atau Objek Wisata Sih? Jawabannya adalah dua-duanya! Ya objek wisata, ya tempat ibadah umat Islam. Istilah “formalnya” sih Masjid Raya Al Jabbar ini tempat wisata religius.
Dalam kalimat lain, Masjid Al Jabbar adalah tempat ibadah yang bisa menjadi objek wisata karena keindahan, keunikan, dan fasilitas lain yang ada di sekitarnya –danau, taman, museum/galeri, dll. Masjid Al Jabbar juga “instagramable” pisan!
Mungkin terpengaruh beragam tayangan video tentang keindahan dan keunikannya, masyarakat dari dalam dan luar Kota Bandung secara bergelombang mendatangi Masjid Al Jabbar Bandung.
Ingat ya, Masjid Al Jabbar bukan hanya di Bandung. Ada juga di Cianjur, Sukabumi, dan Majalengka. Tapi karena Masjid Al Jabbar di Bandung ini paling luas, unik, dan disebut juga “Masjid Terapung” –karena dikelilingi embung atau danau buatan, maka kini Al Jabbar atau Masjid Al Jabbar identik dengan yang ada di Bandung ini.
Bikin Macet
Banyaknya kendaran menuju Masjid Raya Al Jabbar dan akses jalan yang sempit menimbulkan kemacetan lalu lintas di jalan-jalan sekitar masjid.
Dalam pengamatan saya, jalan-jalan yang macet parah, terutama tiap akhir pekan, adalah Jl. Cimincrang, Jl. Rancanumpang, Jl. Gedebage Selatan, juga Jalan Sapan dan otomatis Jalan Derwati.
Sebagai warga sekitar masjid –berjarak sekitar 500 meter dari rumah— saya sangat terganggu, sebagaimana warga lokal lainnya. Bayangka saja, ke Panyileukan yang biasanya 10 menit, bisa 1 jam lebih!
Kemacetan ini yang dikeluhkan warga sekitar masjid. Seneng sih, ada masjid bagus, ada keramaian, tapi kalu aktivitas dan mobilitas terganggu kemacetan, kumaha atuh?
Perwakilan warga sudah mengadu ke DPRD Kota Bandung soal kemacetan atau akses jalan ini. Mereke mendesak Pemerintah Provinsi Jawa Barat pimpinan Gubernur Ridwan Kamil segera mencari solusi atau melebarkan jalan-jalan menuju masjid. Biar gak macet lagi!
Manajemen Belum Siap
Hingga menulis postingan ini, saya baru dua kali masuk ke Masjid Raya Al Jabbar. Kalau lewat doang mah, sering atuh, ‘kan rumah saya di deket masjid ini.
Pertama, waktu shalat Isya alias malam. Kedua, saya ke sana waktu shalat Zhuhur alias siang. Biar imbang melihat suasana luar dan dalam masjid pada saat malam dan siang.
Rasanya? Wow menang. Jalan kaki dari parkiran ke pintu masuk masjid sekitar 200 meter lebih mah ada kali. Ngos-ngosan juga kalau siang mah.
Saya berusaha menemui pengurus yang sehari-hari mengelola tempat ibadah ini. Dari hasil obrolan, tampak manajemen masjid ini belum siap, sebagaimana belum siapnya akses jalan!
Manajemen masjid ini dikelola Bidang Kesra Pemprov Jabar. Ketua DKM-nya Gubernur Jabar, Wakilnya Wakil Gubernur Jabar, dan Ketua Hariannya Sekda Jabar. Nah, pengelolanya, Bagian Kesra itu! Ruang kantornya ada di dekat tempat wudhu’, di lantar dasar masjid.
Sejak diresmikan 30 Desember 2022 hingga postingan ini dibuat, pengurus DKM selain Ketua, Wakil Ketua, dan Ketua Harian ex officio itu belum terbentuk.
Urusan shalat dan kegiatan sehari-hari dalam masjid dikelola MUI Gedebage. Urusan luar masjid –parkir, lalu lintas, keamanan– ditangani Satpol PP dan Dishub. Itu juga tampak belum maksimal karena suasana luar masjid masih terkesan “semrawut”, pabaliut!
Keunikan Masjid Raya Al Jabbar
Sebutan masjid ini adalah Masjid Raya Al Jabbar –disingkat MRAJ. Logo resminya menyebutkan Al Jabbar Masjid Raya Jawa Barat.
Mengutip laman resmi Pemprov Jabar, Humas Jabar menjelaskan keunikan Masjid Al Jabbar Bandung yang menjadi Masjid Raya Jawa Barat ini.
Masjid Al Jabbar dibangun di lahan seluas sekitar 25 hektar. Kapasitas masjid sekitar 50.000 orang. Selain sebagai tempat beribadah, masjid ini juga memiliki beberapa fasilitas.
1. Tidak Hanya Berfungsi Sebagai Tempat Ibadah
Laman resmi Pemprov Jabar menyebutkan Masjid Al Jabbar mempunyai fungsi edukasi, wisata, dan sosial, selain fungsi tempat ibadah dan kegiatan Islami lainnya.
Ada beberapa fasilitas yang terdapat dalam bangunan Masjid Al Jabbar ini diantaranya adalah terdapat ruang sholat, tempat manasik haji, penginapan, perpustakan, ruang pertemuan, hingga museum-museum.
2. Mengusung Filosofi Asmaul Husna
Nama “Al Jabbar” bagi masjid ini diambil dari salah satu Asmaul Husna yang artinya Maha Perkasa. Dibangun di atas tanah 99 x 99 meter dan memiliki 4 menara salah satunya memiliki menara tertinggi 99 meter.
Arsitektur masjid ini juga terinspirasi rumus matematika Aljabar. Selain itu, Jabar juga singkatan dari Jawa Barat. Jadi, Al Jabbar, Aljabar, dan Jabar “bersatu” dalam desain dan nama Masjid Raya Provinsi Jawa Barat ini.
3. Desain Ramah Lansia dan Disabilitas
Masjid Raya Al Jabbar sendiri memiliki desain yang ramah lansia dan disabilitas, karena ada akses ramp dan dua lift yang memadai. Ada ruang wudhu dan toilet khusus difabel juga.
4. Pintu Masjid Melambangkan Jumlah Kabupaten
Masjid Al Jabbar memiliki 27 pintu. Jumlah pintu tersebut menyimbolkan 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Ukiran batik yang terdapat di 27 pintu tersebut berbeda-beda sesuai kekhasan masing-masing kabupaten/ kota.
Dengan begitu, ssecara tidak langsung, masjid ini juga memperkenalkan budaya Jawa Barat dan sekaligus menunjukan ikatan persatuan yang kuat antar kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Barat.
5. Tanpa Tiang Tengah
Keistimewaan lain dari Masjid Al Jabbar ini adalah Masjid tanpa tiang tengah, seperti yang disampaikan Manajer Produksi Proyek Pembangunan Masjid Al Jabbar Affy Primadhian. “Suatu tantangan bagi kami untuk menyelesaikan pekerjaan ini agar sesuai desain yang diharapkan,” ucapnya.
6. Tanpa Kubah
Selain tanpa tiang tengah, masjid yang terletak di kelurahan Cimencrang, Kecamatan Gedebage, kota Bandung ini juga dibangun tanpa kubah. Alih-alih, masjid ini memiliki ornamen atap tumpuk berbentuk kerucut dilengkapi kaca berwarna-warni.
7. Masjid Terapung
Salah satu fakta unik yang membuat orang takjub adalah dari Masjid Al Jabbar ini adalah keberadaannya terlihat terapung di atas air. Hal ini dikarenakan posisi masjid dikelilingi oleh danau sehingga dari kejauhan terlihat seperti terapung.
8. Ikon Baru Provinsi Jawa Barat
Masjid Raya Al Jabbar sekarang disebut-sebut sebagai ikon baru yang dimiliki warga Jawa Barat, selain Gedung Sate, Gedung Merdeka, dan lainnya.
Di samping sebagai sarana ibadah, Masjid Raya Al Jabbar sendiri mempunyai fungsi lain, di antaranya sebagai tempat belajar untuk memperkuat keimanan, sarana diskusi dan aktivitas sosial.
Nah, jelas ya, Masjid Al Jabbar Bandung aka Masjid Raya Al Jabbar alias Masjid Raya Jawa Barat ini adalah tempat ibadah sekaligus objek wisata. Tantangannya adalah manajemen dan edukasi pengunjung atau jamaah!