Pengertian Hoax dan Ciri-Cirinya

Pengertian Hoax dan CirinyaPengertian Hoax dan Ciri-Cirinya

HOAX (baca: hōks) lagi trending. Seingat saya, hoax atau hoaks trending dalam lima tahun belakangan ini di media sosial Indonesia.

Hoax adalah informasi palsu, berita bohong, atau fakta yang diplintir atau direkayasa untuk tujuan lelucon hingga serius (politis).

Pengertian Hoax

Secara bahasa hoax (synonyms: practical joke, joke, jest, prank, trick) adalah lelucon, cerita bohong, kenakalan, olokan, membohongi, menipu, mempermainkan, memperdaya, dan memperdayakan.

Itu pengertian Hoax menurut Google:

pengertian hoax

Read More

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), hoax diserap menjadi hoaks dan diartikan sebagai “berita bohong”.

Dalam Kamus Jurnalistik, saya mengartikan Berita Bohong (Libel) sebagai berita yang tidak benar sehingga menjurus pada kasus pencemaran nama baik.

Wikipedia juga mengartikan hoax sebagai berita bohong. Disebutkan, berita bohong adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.

Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun “dijual” sebagai kebenaran.

Menurut Werme (2016), fake news adalah berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoaks bukan sekadar menyesatkan (misleading). Informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.

Istilah lain berita bohong dalam konteks jurnalistik adalah Berita Buatan atau Berita Palsu (Fabricated News/Fake News).

Hampir sama dengan berita bohong, berita buatan adalah pemberitaan yang tidak berdasarkan kenyataan atau kebenaran (non-factual) untuk maksud tertentu.

Dengan demikian, dalam dunia jurnalistik, hoax bukanlah hal baru.

Hoax Berkembang di Media Sosial

Hoax (hoaks) bertumbuh-kembang seiring dengan meningkatnya popularitas media sosial.

Media sosial memungkinan semua orang menjadi publisher atau penyebar berita, bahkan “berita” yang dibuatnya sendiri, termasuk berita palsu atau hoax.

Hoax umumnya bertujuan untuk “having fun” atau humor. Namun, hoax juga bisa dijadikan alat propaganda dengan tujuan politis, misalnya melakukan pencitraan atau sebaliknya, memburukan citra seseorang atau kelompok.

Dewan Pers sampai melakukan sertifikasi media guna memerangi hoax. Padahal, menurut survei, hoax lebih banyak muncul dan tersebar di media sosial.

Twitter dituding sebagai media sosial penyebar berita palsu atau hoax terbesar, selain Facebook. Penyebab banyaknya hoax ini karena maraknya pengguna memakai akun palsu atau bot.

Hasil studi Lab Media Institute of Technology Massachusetts, Amerika Serikat, menemukan hoax mendominasi media sosial tersebut sekitar 70 persen. Parahnya, akun palsu ini di-retweet lebih banyak pengguna ketimbang berita aslinya.

Dikutip Viva, studi yang dipublikasikan di Science Journal ini juga menyebutkan, hoax yang tersebar merupakan tanggung jawab admin. Peneliti Soroush Vosoughi mengatakan, kecenderungan orang me-retweet hoax karena beritanya yang sensasional dan menarik perhatian netizen.

Dilansir Tempo, setidaknya penyebab hoax berkembang di media sosial antara lain literasi publik terhadap pesan-pesan di media sosial masih rendah. Akibatnya, masyarakat masih belum bisa membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar.

Ciri-Ciri Hoax

Menurut Dewan Pers, ciri-ciri hoax adalah sebagai berikut:

  1. Mengakibatkan kecemasan, kebencian, dan permusuhan.
  2. Sumber berita tidak jelas. Hoax di media sosial biasanya pemberitaan media yang tidak terverifikasi, tidak berimbang, dan cenderung menyudutkan pihak tertentu.
  3. Bermuatan fanatisme atas nama ideologi, judul, dan pengantarnya provokatif, memberikan penghukuman serta menyembunyikan fakta dan data.

Ciri khas lain hoax adalah adanya HURUF KAPITAL, huruf tebal (bold), banyak tanda seru, dan tanpa menyebutkan sumber informasi.

Ciri utama hoax adalah tanpa sumber. Penyebar hoax biasanya menuliskan: “copas dari grup sebelah” atau “kiriman teman”.

Jika Anda mendapatkan informasi, baik berupa teks, video, maupun foto, yang tidak jelas sumbernya, maka waspadalah… itu hoax!

 

7 Ciri Hoaks di Media Sosial

Menurut pengamat media sosial dari Forum Keamanan Informasi, Liza Darmawan Lumy, ada 7 ciri hoaks di media sosial.

Dilansir Antara, Liza mengelompokkan ciri utama hoaks ke dalam tujuh kategori:

1. Tidak Lengkap & Tanpa Link

Ciri hoax di media sosial yang pertama adalah informasi hanya sepotong, namun menonjolkan daya tarik bagi siapa pun yang sekilas membaca atau melihatnya.

Tidak ada keterangan waktu, nama pembuat atau kontak, tidak ada info tautan yang terpercaya. Kalaupun ada tautan (link), umumnya menyaru dengan menggunakan nama terkenal, seperti tokoh atau merek yang banyak orang kenal atau pakai.

Contoh: You can now activate the new multicolor Whatsapp! Click here to activate! http://g*2l.ink/1eop.

2. Tautan Palsu & Aneh

Ciri hoax di media sosial yang kedua adalah ada tautan palsu atau link yang aneh. Biasanya, ada di alamat URL maupun di konten website yang dituju yang dibuat serupa tapi tak sama dengan yang asli.

Masyarakat diimbau tidak mengeklik sama sekali link itu karena kerap bisa menjadi “triger” browser yang sudah disusupi malware.

3. Bahasa & Gambar

Ciri ketiga, hoaks biasanya dibuat dengan bahasa dan gambar sederhana agar mudah menyebar lewat media-media sosial, group chat, dan lain-lain.

Apalagi biasanya konten hoaks memiliki isu yang tengah ramai di kalangan masyarakat dan menghebohkan sehingga membuatnya sangat mudah memancing orang untuk membagikannya (share).

4. Data Palsu

Agar lebih meyakinkan, hoax sering dilengkapi dengan data statistik dan angka palsu, nama dan alamat palsu, tautan yang juga palsu.

5. Logika Tak Serasi

Ciri kelima, hoax biasanya ditunjukkan dengan logika yang tidak serasi misalnya ketika judul, gambar, atau keterangan tidak mendukung konten atau tidak terkait antara satu dengan yang lainnya.

6. Konten Umum

Konten yang paling sering dibuat hoaks biasanya terkait dengan golongan banyak orang, khalayak banyak, masalah yang umumnya semua orang punya, supaya cukup sekali menyebar akan terus mudah bergulir.

Konten-konten tersebut seperti kesehatan, agama, politik, bencana alam, lowongan pekerjaan, penipuan berhadiah, peristiwa ajaib, juga bisa pakai sebutan umum yang banyak dipakai seperti ‘mama minta pulsa’ atau ‘bapak kirim paket’.

7. Kalimat Persuasif

Umumnya hoaks ditambahkan dengan kalimat persuasif untuk melakukan satu tindakan sederhana.

Contohnya: ‘sebarkan minimal ke 7 orang, Anda akan bahagia!’; ‘Bagikan info ini ke 10 orang lalu lihat mukjizat apa yang terjadi!; ‘Buka tautan link berikut untuk mendapatkan hadiah Anda; https://nggak.janji.com atau misalnya ‘Viralkan, Anda akan masuk sorga!”

Cara Menangkal Hoax

Liza menyarankan untuk menangkal hoaks secara sederhana dapat dilakukan dengan tiga langkah:

  1. Copy paste (copas) informasi yang dicurigai hoaks, telusuri melalui internat, kemudian capture lalu bagikan hasil screenshoot yang menerangkan bahwa informasi tersebut hoaks.
  2. Jika hoaks yang lebih kompleks kontennya, maka perlu lebih banyak upaya untuk mencari tahu informasi tersebut, seperti mencari tahu atau bertanya kepada sumber berita, mengkonfirmasi kepada ahlinya, dan bisa juga dengan membaca artikel atau jurnal terkait yang terpercaya.
  3. Kalau merasa masih resah gara-gara hoaks, jangan diam saja, adukan. Ini bisa mulai dari menggunakan fitur Report Status di media sosial atau dengan mengirimkan email ke aduankonten@mail.kominfo.go.id

Contoh Hoax

ilustrasi-hoaxIni salah salah satu contoh hoax: Romelu Lukaku Muslim.

Ironisnya, pembuat dan penyebar hoax tersebut media Inggris yang tidak melakukan verifikasi atau “investigasi”.

Contoh hoax lainnya adalah hoax tentang kesehatan. Menurut salah satu survei, hoax terbanyak adalah tentang kesehatan.

Saya juga pernah mengulas Hoax Erdogan Ganti Foto Ataturk dengan Al-Fatih.

Cara Mengecek Hoax

Cara mengecek hoax sangat mudah, terutama jika berupa gambar atau foto.

Jika berupa gambar/foto, buka saja Google Image. Klik icon Kamera dan upload gambar yang mau dicek atau copas link/url gambar yang akan dicek kebenarannya.

google-image1

google-image1

Jika berupa link, cek URL-nya dan cek kredibilitas situsnya dengan mengidentifikasi pemilik situs atau admin websitenya di menu/halaman “About Us” atau “Tentang Kami”.

Jika informasi yang diduga hoax itu diperoleh di WhatsApp (WA), tanyakan kepada pengirimnya, dari mana ia memperoleh informasi tersebut.

Jika jawabannya “kiriman teman” atau “copas dari grup sebelah”, waspadalah… itu hoax!

Ajaran Islam sudah mengingatkan pemeluknya agar mewaspadai hoax.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [QS. Al Hujurat : 6].

Umat Islam juga sudah “berpengalaman” dengan hoax, yaitu tersebarnya hadits-hadits palsu (maudhû’). Apa itu hadits palsu, silakan Googling dengan kata kunci “hadits palsu”.

Demikian pengertian dan ciri-ciri hoax. Jangan asal share, apalagi infonya terkesan “mengagetkan” atau “aneh banget”.

Lakukan cek dan ricek ke Google dengan mengetikkan kata kunci (keywords), lalu buka sebanyak-banyaknya informasi yang mengandung kata kunci tersebut.

Demikian pengertian hoax dan ciri-cirinya. Wasalam. (www.romeltea.com).*

 

Related posts