BERBICARA di radio (siaran) membutuhkan skill tersendiri. Kita tidak bisa melihat pendengar, demikian pula sebaliknya.
“Pendengarmu tak tahu wajahmu… Pendengarmu tak tahu rumahmu… Suaramu pengenalmu,” demikian kata Bimbo dalam syair lagu “Balada Seorang Penyiar”.
Itulah sebabnya, radio disebut “Theatre of Mind”. Kita dan pendengar hanya bisa saling membayangkan sosok masing-masing.
Pembicara di radio, utamanya penyiar (announcer), memang unik: berbicara kepada audience yang tidak terlihat (invisible audience); tidak berbicara kepada siapa pun –yakni tidak ada lawan bicara secara fisik hadir di depan mata, namun pada saat yang sama ia berbicara kepada setiap orang, mungkin ribuan pendengar.
Simultaneously talking to no one – that is no one in your physical presence – and everyone, possible thousands of listeners.
Teknik Public Speaking: Teknik Berbicara di Radio
Oleh karena itu, berbicara di radio atau ketika siaran, lakukan dan miliki hal-hal berikut:
1. Visualize!
Mau tidak mau, visualisasi (membayangkan pendengar) harus dilakukan ketika siaran. Kita harus mementuk “mental image” tentang pendengar.
Caranya: “Bayangkan, kita sedang berbicara, ngobrol, dengan seorang pendengar yang sedang duduk di depan kita!
Membayangkan adanya seorang pendengar di depan kita, akan membantu kita berkomunikasi secara alamiah, gaya ngobrol (conversational way)”.
“Bicara kepada satu orang” adalah prinsip dasar siaran radio atau berbicara di radio.
2. Smile!
“Senyumlah! Meskipun kita tidak bisa melihat orangnya (yang jadi teman bicara)”. Kehangatan pembicaraan dapat dibangun dengan senyum.
Senyum ketika berbicara (siaran) di radio, senilai dengan kontak mata (eye contact).
Demikian dua teknik dasar public speaking di radio sekaligus teknik dasar siaran radio. Wasalam. (www.romeltea.com).*