Etika Pemberitaan, Boleh Memihak?

Kode Etik JurnalistikAssalamu’alaikum wr.wb.

Kang Romel, menurut apa yang saya pelajari, dalam menyampaikan informasi atau berita kepada pembaca atau pemirsa, kita tidak boleh memancing emosi masyarakat. Misal dalam penayangan berita yang melibatkan konflik antara agama yang satu dengan agama yang lain. Bagaimana seharusnya cara penyampaiannya?

Sementara kita juga dituntut untuk menulis berita sesuai fakta (sebagaimana adanya). Lalu bagaimana dengan majalah atau suratkabar milik satu golongan tertentu yang kebanyakan memihak golongan yang bersangkutan dalam penyampaian beritanya? Terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb. (Dewi K.)

Wa’alaikum salam wr. wb.

Cara penyampaian berita di radio/tv harus wajar, tanpa ekspresi berlebihan, menggunakan nada netral (neutral tone), namun juga harus disesuaikan dengan isi berita.

Read More

Jika berita duka, tentu ekspresi wajah harus sendu, menunjukkan empati, bukan malah dengan senyum.

Jika berita lucu, maka ekspresi wajah harus ceria dan full smile.

Jika isi berita menggeramkan atau menjengkelkan, bisa menimbulkan amarah, sampaikan dengan raut muka serius, namun tetap tenang, jangan tampak geram.

Pemirsa atau pendengarlah yang memberi penilaian atau persepsi tentang isi berita, bukan kita (pembaca berita, newsreader/newscaster).

Media massa mana pun, milik golongan tertentu ataupun independen, pada dasarnya harus memegang kode etik pemberitaan (kode etik jurnalistik), utamanya asas objektifitas, balance (berimbang), cek dan ricek, dan covering both side.

Pemihakan tidak bisa dihindari oleh media mana pun, karena masing-masing media punya visi dan misi tersendiri, atau sesuai dengan visi-misi pemilik modal atau pemilik media itu.

Di blog saya yang lain saya sudah menulis tentang kebebasan pers milik pemodal. Silakan simak.

Dalam jurnalistik, sebenarnya yang ada adalah “objektifitas yang subjektif”. Yang terpenting, tidak boleh ada manipulasi fakta, disinformasi, atau distorsi.

Jadi, pemihakan dalam pemberitaan harus dilakukan secara fair, tanpa kecurangan.

Mengenai berita mana yang akan dimuat atau tidak, itu sepenuhnya hak media yang bersangkutan. Rujukan utama berita layak muat atau tidak adalah nilai berita (news values) dan kebijakan redaksional (editorial policy) masing-masing media.

Jika beritanya merugikan mereka, tentu tidak akan dimuat, dan itu sah-sah saja. Toh, pada akhirnya pembaca/pendengar jua yang menilainya. Pembaca/pendengar itu jualah yang akan menentukan hidup-matinya sebuah media. Wasalam. (www.romeltea.com).*

 

Related posts