Pengertian Komunikasi Dakwah

Komunikasi Dakwah

Apa Pengertian Komunikasi Dakwah? Komunikasi dakwah merupakan salah satu jenis komunikasi berdasarkan isi pesan yang disampaikan, sebagaimana istilah komunikasi politik atau komunikasi kesehatan.

Pengertian komunikasi dakwah pun merujuk pada pengertian dakwah dalam Islam. Dakwah dalam literatur Islam dipahami sebagai “mengajak manusia kepada jalan Tuhan” –yakni jalan hidup yang ditetapkan Allah Swt berupa syariat Islam.

Pengertian dakwah ini berdasarkan ayat Al-Qur’an:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:125).

Dengan demikian, semua proses atau bentuk komunikasi yang berisi pesan ajakan ke jalan Tuhan (menaati perintah Allah Swt), mengajak kepada kebaikan, menegakkan kebenaran, dan sebagainya termasuk komunikasi dakwah.

Read More

Pengertian Komunikasi Dakwah

Komunikasi dakwah terdiri dari dua kata: komunikasi dan dakwah. Komunikasi adalah penyampaian pesan. Dakwah ajakan ke jalan Tuhan (Allah SWT).

Secara praktis, pengertian komunikasi dakwah adalah segala bentuk komunikasi yang berisi pesan ajakan kepada jalan Tuhan atau ajakan berbuat baik dan meninggalkan keburukan.

Komunikasi dakwah dapat didefinisikan sebagai ”proses penyampaian dan informasi Islam untuk memengaruhi komunikan (objek dakwah, mad’u) agar mengimani, mengilmui, mengamalkan, menyebarkan, dan membela kebenaran ajaran Islam”.

Komunikasi dakwah juga dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang melibatkan pesan-pesan dakwah dan aktor-aktor dakwah, atau berkaitan dengan ajaran Islam dan pengamalannya dalam berbagai aspek kehidupan.

Jika dianalogikan dengan pengertian dasar komunikasi politik, yakni komunikasi yang berisikan pesan politik atau pembicaraan tentang politik (Dan Nimmo, 1989), maka komunikasi dakwah dapat diartikan sebagai ”komunikasi yang berisikan pesan Islam atau pembicaraan tentang keislaman”.

Retorika Dakwah

Pengertian komunikasi dakwah sebagai ”pembicaraan tentang Islam” senada dengan pengertian ”retorika dakwah” menurut Yusuf Al-Qaradhawi (2004), yakni ”berbicara soal ajaran Islam”.

Al-Qaradhawi menyebutkan prinsip-prinsip retorika Islam sebagai berikut:

  1. Dakwah Islam adalah kewajiban setiap Muslim.
  2. Dakwah Rabbaniyah ke Jalan Allah.
  3. Mengajak manusia dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik.
  4. Cara hikmah a.l. berbicara kepada seseorang sesuai dengan bahasanya, ramah, memperhatikan tingkatan pekerjaan dan kedudukan, serta gerakan bertahap.

Secara ideal, masih menurut Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, karakteristik retorika Islam antara lain:

  1. Menyeru kepada spiritual dan tidak meremehkan material.
  2. Memikat dengan Idealisme dan Mempedulikan Realita.
  3. Mengajak pada keseriusan dan konsistensi, dan tidak melupakan istirahat dan berhibur.
  4. Berorientasi futuristik dan tidak memungkiri masa lalu.
  5. Memudahkan dalam berfatwa dan menggembirakan dalam berdakwah.
  6. Menolak aksi teror yang terlarang dan mendukung jihad yang disyariatkan.

retorika dakwah

Proses Komunikasi Dakwah

Proses komunikasi dakwah berlangsung sebagaimana proses komunikasi pada umumnya, mulai dari komunikator (da’i) hingga feedback atau respon komunikan (mad’u, objek dakwah).

Aktivitas dakwah dimulai dari adanya seorang komunikator (sender, pengirim pesan, da’i). Dalam perspektif Islam, setiap Muslim adalah komunikator dakwah karena dakwah merupakan kewajiban individual setiap Muslim.

Komunikator dakwah memilih dan memilah ide berupa materi dakwah (encoding) lalu diolah menjadi pesan dakwah (message).

Pesan itu disampaikan dengan sarana (media) yang tersedia untuk diterima komunikan (receiver, penerima pesan, objek dakwah).

Komunikan menerjemahkan atau memahami simbol-simbol pesan dakwah itu (decoding) lalu memberi umpan balik (feedback) atau meresponnya, misalnya berupa pemahaman dan pengamalan pesan dakwah yang diterimanya.

Dakwah: Komunikasi Persuasif

Dakwah, apa pun bentuknya, merupakan komunikasi. Jadi, dakwah selalu merupakan bentuk komunikasi. Dakwah berarti komunikasi; namun tidak semua komunikasi berarti dakwah.

Komponen dakwah sendiri identik dengan komponen komunikasi yang kita kenal selama ini, seperti da’i atau juru dakwah (komunikator, sender, source), mad’u (komunikan, receiver, penerima, objek), pesan (message, yakni materi keislaman/nilai-nilai atau ajaran Islam), dan efek atau feedback  (dalam dakwah, efek yang diharapkan berupa iman dan amal saleh/takwa).

Dalam perspektif komunikasi, dakwah termasuk dalam kategori komunikasi persuasif (persuasive communication), yakni komunikasi yang membujuk, mengajak, atau merayu, semakna dengan makna dasar dakwah, yakni mengajak atau menyeru.

Akar kata persuasif adalah persuasio (Latin), artinya membujuk, mengajak, atau merayu. Secara istilah, ada beberapa definisi komunikasi persusif, namun hakikatnya sama-sama merujuk pada ajakan atau bujukan.

“Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator” (Wikipedia).

“Komunikasi persuasif adalah perilaku komunikasi yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap atau perilaku) dari penerima” (R. Bostrom).

“Komunikasi persuasif sebagai perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan.” (K. Andeerson).

Tujuan komunikasi persuasif adalah “believe & attitude”, yakni menguatkan keyakinan, memengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku seseorang.

Tujuan itu identik dengan tujuan utama dakwah, yakni menanamkan believe (keyakinan) dan mengubah attitude (sikap/perilaku).

Dari segi proses, dakwah tiada lain adalah “komunikasi Islam”, yakni menyampaikan pesan-pesan keislaman. Komunikator (da’i) menyampaikan pesan ajaran Islam melalui lambang-lambang kepada komunikan (mad’u).

Mad’u menerima pesan itu, mengolahnya, lalu meresponsnya. Dalam proses itu terjadi transmisi pesan oleh da’i dan interpretasi pesan oleh mad’u (objek dakwah).

Proses transmisi dan interpretasi tersebut tentunya mengharapkan terjadinya dampak (effect) berupa perubahan kepercayaan, sikap dan tingkah-laku mad’u ke arah yang lebih baik sesuai dengan standard nilai Islami.

Tujuan dakwah utamanya adalah untuk mengubah individu dan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Tujuan dakwah demikian sesuai dengan tujuan komunikasi persuasif, yakni adanya perubahan situasi orang lain atau mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Wasalam. (www.romeltea.com).*

Tersedia eBook Gratis (Pdf) Komunikasi Dakwah – Pendekatan Praktis. Panduan bagi aktivis dakwah. Dilengkapi Tips Public Speaking & Menulis. DOWNLOAD SEKARANG!

Related posts