SAYA bukan pegawai badan bahasa. Bukan pula guru bahasa. Namun, entah kenapa, saya suka “risih” jika ada penulisan kata yang salah. Maksudnya, penulisannya tidak baku.
Saya sudah share daftar kata baku, khususnya yang sering salah tulis atau salah eja. Saya “peduli” soal kata baku atau bahasa baku sejak saya menjadi editor bahasa di salah satu tabloid di Bandung.
Sudah lagi tidak menjadi editor bahasa, namun rupanya saya suka “gatel” aja jika melihat penulisan kata yang salah.
Kali ini saya share 5 penulisan kata saja karena Rukun Islam ada 5. Pancasila juga 5 sila ‘kan?
5 Penulisan Kata yang Sering Salah
Ini dia 5 penulisan kata yang sering salah: di, izin, risiko, terima kasih, nasihat. Referensi saya adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Dulu namanya EYD. Lihat juga PUEBI Doc.
1. Penulisan kata depan di
Seorang jurubicara presiden pernah salah menuliskan kata depan di dalam status di media sosialnya. Ia menulis “Di Vaksin”. Seharusnya: “Divaksin”.
Penulisan kata depan “di” ada dua cara. Ini yang baku:
- Kata di ditulis terpisah jika diikuti nama tempat. Contoh: di sini, di sana, di situ, di kota, di radio, di rumah.
- Kata di ditulis menyatu dengan kata kerja. Contoh: divaksin, dikerjakan, dinodai, diintip, dikenang, dimanja, diubah (bukan di ubah, apalagi di rubah atau di robah).
Nah, penulisan yang sering salah atau tidak baku adalah penulisan kata depan di dipisah saat diikuti kata kerja. Contoh: di sewakan, di jual, di minta. Seharusnya: disewakan, dijual, diminta.
Saya sering melihat papan informasi kecil di sebuah bangunan dengan tulisan “di jual” atau “di sewakan”. Seharunya: “dijual” dan “disewakan”.
2. Izin
Kata izin berasal dari bahasa Arab yang artinya “pernyataan mengabulkan (tidak melarang dan sebagainya); persetujuan membolehkan” dan “meminta izin; memohon izin”.
Kata izin sering ditulis tidak baku: idzin, ijin. Jadi, kata bakunya adalah izin. Contoh: minta izin, diizinkan, mengizinkan.
3. Risiko
Kata risiko (dari bahasa Inggris: risk) juga sering “dizalimi” menjadi resiko. Kata risiko artinya “akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan”.
Contoh: berisiko, menanggung risiko, menerima risiko, itu risikonya. Kita juga menulis riskan ‘kan? Bukan reskan.
Btw, kata tidak baku zalim a.l. dolim, lalim, dhalim, zolim, dzalim.
4. Terima Kasih
Kata terima kasih artinya “rasa syukur”. Saya sudah bahas penulisan kata terima kasih yang benar. Penulisan yang benar atau baku dipisah: terima kasih. Penulisan tidak baku: terimakasih.
Contoh: saya berterima kasih, terima kasih ya, kami ucapkan terima kasih.
Satu lagi, kita juga sering mendengar ucapan “haturkan”. Misalnya, “saya haturkan terima kasih”. Kata haturkan tidak ada dalam kamus bahasa. Itu bahasa bahasa daerah: abdi ngahaturkeun nuhun, dihaturanan (Sunda).
Yang baku: sampaikan atau ucapkan. Kata “menghaturkan”, “haturkan”, atau “hatur” bukan kata baku bahasa Indonesia. Kata-kata tersebut “tidak diakui” atau tidak ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
5. Nasihat
Kata nasihat artinya “ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik” dan “ibarat yang terkandung dalam suatu cerita dan sebagainya; moral”.
Penulisan kata nasihat sering salah menjadi nasehat, misalnya penasehat atau menasehati. Yang benar adalah:
- nasihat
- penasihat
- menasihati
- memberi nasihat
- dinasihati
Itu dia 5 penulisan kata yang sering salah: di, izin, risiko, terima kasih, dan nasihat.
Tentu, masih banyak penulisan kata yang sering salah lainnya, seperti penulisan partikel pun, penulisan kata tanggung jawab, karier, dan respons. Wasalam.