Dasar-Dasar Menulis Artikel: Tips untuk Penulis Pemula

Mau menjadi penulis? Ingin menulis artikel? Baru mulai belajar menulis? Ini dia dasar-dasar menulis artikel untuk pemula. Panduan praktis!

cara menulis artikel

MENULIS itu ibarat naik sepeda. Tidak ada teori dan teknik khusus yang bisa menjadikan seseorang mahir naik sepeda, kecuali latihan dan “kebiasaan”.

Menulis juga ibarat berenang. Sesering apa pun Anda membaca buku-buku atau menyimak ceramah tentang teknik berenang, Anda tidak akan bisa menjadi perenang jika tidak “nyebur” langsung di kolam renang dan berlatih.

Maka, ingin bisa menulis, mulailah sekarang!

Poin-poin berikut sekadar “membuka jendela” menuju dunia tulis menulis di media massa, membantu Anda untuk mengenali seni menulis, atau memandu Anda untuk menjadi seorang penulis.

Read More

Menulis itu aktivitas komunikasi layaknya bercakap-cakap atau menulis surat. Menulis itu melakukan komunikasi tulisan, menyampaikan pesan melalui kata-kata atau kalimat tertulis.

Hanya saja, menulis untuk media massa ada sejumlah kaidah yang harus dipatuhi, tidak sebebas menulis surat atau catatan pribadi. Pasalnya, tulisan Anda di media massa itu untuk dikonsumsi publik dan menyangkut kepentingan orang banyak.

Dasar-Dasar Menulis Artikel

Berikut ini dasar-dasar menulis artikel.

Artikel adalah tulisan lepas berisi pendapat penulis tentang suatu masalah atau peristiwa. Topiknya bebas, apa saja yang sekiranya penting dan menarik bagi pembaca, namun sebaiknya memilih tema aktual, trending, viral.

Prinsip Dasar Menulis

Kita mulai dari prinsi dasar menulis artikel.

1. Komunikasi adalah tujuan.

Communication is the Goal. Alasan utama menulis adalah untuk berkomunikasi, untuk menyampaikan ide, informasi, atau kesan dari pikiran Anda ke pikiran pembaca Anda.

Karena itu, tulisan kita harus mudah dipahami pembaca. Jika pembaca tidak mengerti isi tulisan kita, maka tulisan kita tidak ada artinya.

2. Kejelasan adalah kunci tulisan yang baik

Clarity is the Keynote of Good Writing. Dengan menggunakan kata, ungkapan, kalimat, atau bahasa yang jelas, mudah dipahami, maka pembaca pun akan menangkap pesan yang Anda sampaikan.

3. Bahasa sederhana

Write in Your Own Voice. Gunakan gaya bahasa orang awam atau bahasa yang dimengerti orang banyak.

Hindari ungkapan atau istilah akademis, politis, sastra, birokratis, teknis, yang biasanya hanya dimengerti kalangan terbatas/tertentu. (Baca juga: Bahasa Jurnalistik).

4. Menulis adalah proses

Writing is a prosess. Penulis itu penyabar. Menulis butuh kesabaran karena harus melalui tahapan tertentu, mulai menentukan topik, menguji topik, mencari referensi, menyusun outline, dan mengeditnya.

Menulis juga adalah “kerja intelektual” yang membutuhkan keahlian khusus. Karenanya, dibutuhkan latihan, kejelian, daya nalar, wawasan, referensi, etika, juga waktu dan… itu tadi, kesabaran!

Latihan Menulis

Sedikit latihan akan membantu Anda menemukan gaya natutal dalam menulis. Caranya:

  1. Siapkan kertas & alat tulis (untuk tulis tangan), mesin tik (jika masih punya), atau nyalakan komputer, buka MS Office Words.
  2. Tulis apa saja! Just write! Free Writing!

Nulis apa?

Jika pikiran Anda kosong, ini solusinya. Pilih salah satu:

  1. Mulailah menulis catatan kegiatan harian Anda sejauh ini. Tulis kegiatan Anda sejak pagi, sehabis shalat Subuh, hinggga saat ini!
  2. Lihat beberapa benda yang ada di ruangan Anda dan gambarkan dengan detail.
  3. Tuliskan kesan atau pendapat Anda tentang buku terakhir yang Anda baca, film, sinetron, atau acara televisi yang baru saja Anda tonton.
  4. Tuliskan kesan, pemikiran, atau pendapat pribadi Anda tentang peristiwa, isu, atau masalah yang lagi trending di media sosial, yang lagi viral.

Tulis dan tuliskan dengan cepat! Jangan kasih kendor! Bae lah salah ketik oge, engke dibenerkeun!

Itulah langkah awal bagi penulis pemula. Lakukan “latihan kecil” itu sesering mungkin, sehingga Anda bisa menemukan gaya menulis yang alami (natural style).

Tulis saja apa yang ada di pikiran kita. Jika tidak tahu apa yang harus ditulis, mulailah dengan rekaman aktivitas harian kita, atau perhatikan apa saja yang ada di sekitar ruangan kamar kita dan gambarkan secara rinci.

Jangan terpaku dengan “teori menulis”, menulis sajalah dulu…! Ibarat berenang, gunakan gaya seenak kita, tidak perlu kaku dengan gaya katak, gaya punggung, atau “gaya-gayaan”.

Untuk latihan menulis seperti di atas, sebaiknya Anda lakukan di blog. Buat blog sekarang! Isi blog sekaligus latihan menulis seperti di atas, menulis bebas, free writing.

Blogging adalah cara terbaik untuk mengasah keterampilan menulis. Go blogging now! Lihat: Cara Membuat Blog.

Prewriting: Sebelum Menulis

Berikut ini tahapan yang harus dilalui untuk menulis artikel atau membuat tulisan. Secara sadar atau tidak, semua penulis melakukan tahapan berikut ini.

Tahap “prewriting” berupa proses berpikir (thinking process), yaitu menentukan tujuan tulisan,  target pembaca, topik tulisan, dan referensi (rujukan).

1. Tujuan tulisan

Menyampaikan informasi, menjelaskan, berbagi pengetahuan, menghibur, atau mengajak pembaca melakukan sesuatu?

2. Target pembaca

Siapa yang akan membaca tulisan kita? Tulisan buat anak-anak, tentu berbeda gaya bahasanya dengan tulisan buat remaja atau orang dewasa.

3. Topik

Tentukan topik apa yang hendak kita bahas?

4. Sempitkan topik

Persempit temanya, lebih spesifik, dan temukan intinya.

Untuk poin 3 dan 4 (topik), misalnya ide utama Anda akan menulis tentang Kota Bandung. Sempitkan atau fokuskan menjadi (pilih salah satu):

  • Banjir di jalanan kota Bandung
  • Gaya hidup warga kota Bandung
  • Kuliner di kota Bandung
  • Persib Bandung
  • Bobotoh Persib
  • Kemacetan di kota Bandung
  • Kampus terbaik di Kota Bandung
  • Cewek Bandung? 🙂

6. Referensi

Setelah tema ditentukan, baca referensi, temukan tulisan-tulisan orang lain tentang topik yang Anda pilih, cari di Google! Iqro! Bacalah. Membaca adalah kunci sukses menulis.

Bagaimana dengan IDE tulisan?

Ide tidak usah dicari. Ide ada di mana-mana. Ide bisa ditemukan di layar televisi, siaran radio (jika masih dengerin radio), internet, situs berita, media sosial, trending topik di Twitter, yang lagi viral, atau peristiwa terbaru.

Proses Menulis

Setelah menentukan tujuan, target pembaca, dan topik atau tema, tahap berikutnya adalah menyusun kerangka tulisan (outlining), menulis (writing), menulis ulang (rewriting), dan menyunting (editing).

1. Kerangka Tulisan

Buatlah garis besar tulisan. Rapikan poin-poin bahasan, mulai pendahuluan, “jembatan” menuju bahasa utama (bridging), dan pokok-pokok bahasan (subjudul), hingga penutup.

Contoh Outline Artikel tentang Banjir di Kota Bandung:

  1. Pendahuluan: mengutip berita terbaru tentang banjir di kota Bandung.
  2. Jembatan: Tulisan ini akan membahas akar masalah dan usulan solusi mengatasi banjir di kota Bandung.
  3. Subjudul 1: Penyebab Banjir
  4. Subjudul 2: Alternatif Solusi
  5. Penutup: kesimpulan poin 1 dan 2.

2. Menulis

Tahap ini mulai menyusun tulisan. Dalam “teori menulis”, di tahap ini kita menulis naskah awal (first draft).

Tulislah dulu apa yang ada di kepala, yang ingat, jangan dulu melihat referensi atau data. Salah ketik (typo) pun abaikan dulu, nanti juga ada proses editing.

Cobalah menulis secepat mungkin. Lakukan kapan saja, di mana saja, dan dalam situasi apa pun — di atas meja, duduk di tempat tidur, di kursi malas, berbaring telungkup di lantai, dengan pensil, dengan mesin tik atau komputer, di malam hari , dalam keheningan total, dengan musik yang menggelegar, dengan TV atau radio menyala, dll.

Lakukan “penulisan ulang” Anda nanti!

3. Menulis ulang.

Di tahap 2, Anda menulis naskah awal. Setelah tuntas, lakuan tulis ulang (rewriting), sesuikan dengan kerangka tulisan (outline).

Cek ulang judul, deteksi kalimat yang salah, frasa yang tidak dipilih dengan benar, pengejaan yang salah, kata yang salah, pengulangan kata, juga tanda baca.

Yang terpenting dari semuanya, yakinlah bahwa keseluruhan tulisan Anda masuk akal, bisa dipahami.

4. Editing

Tahap penyuntingan ini merupakan koreksi versi final, baik dari sisi data, fakta, tanggal, nama, tahun, statistik, kutipan, atau apa pun yang menjadi isi tulisan, maupun dari sisi redaksi –kata, kalimat, tanda baca, anak kalimat (jika ada).

Pastikan setiap kalimat benar-benar berisikan apa yang hendak kita ungkapkan. Pastikan isi tulisan logis, masuk akal, dan tidak mengandung fitnah, cabul, tidak rasis, dan waspadai ujaran kebencian (hate speech), dan… hoax!

Itu dia cara menulis artikel yang saya sadur dari “The Writer’s Rhetoric and Handbook”, 2nd Edition, Elizabeth McMahan & Susan Day, McGraw-Hill, USA, 1984. Wasalam. (www.romeltea.com).*

 

Related posts