Judul berita kalimat tanya adalah Irresponsible Journalism, Jurnalistik Tak Bertanggung Jawab.
JANGAN pernah tergoda untuk klik judul berita berupa kalimat tanya atau menggunakan tanda tanya di akhir kalimatnya.
Pasalnya, jawabannya selalu “NO” (Tidak).
Dijamin, Anda akan kecewa setelah membaca beritanya. Isi berita tidak seperti yang Anda harapkan. Anda kena tipu.
Akan akan berteriak: Aaaa aaaa aaaa kutertipuuuuu beritaaa palsuuuu….! 🙂
Di Wikipedia kita menemukan istilah Betteridge’s Law of Headlines, sebuah pepatah yang menyatakan:
“Setiap judul berita yang diakhiri dengan tanda tanya dapat dijawab dengan kata tidak”
Any headline that ends in a question mark can be answered by the word no.
Jika ada pertanyaan dalam sebuah judul berita, jawabannya selalu tidak.
If there is a question in a headline, the answer is always no.
Judul berita berupa kalimat tanya menunjukkan wartawan sendiri, yang menulis beritanya, meragukan kebenaran fakta yang diberitakannya.
Jika jawabannya “ya”, maka tidak akan muncul judul berita berupa pertanyaan.
If the answer is “yes,” then it’s a fact and there would be no reason to ask a question. The questions are often sensational (“Will coffee kill you?” is one example) and “no” is the usual answer to a wild rumor.
Kita ambil contoh “berita lama” tentang Sophia Latjuba & Ariel Noah yang menggunakan judul berita berupa kalimat tanya:
KOMPAS.COM: Jadi Mualaf, Sophia Mueller Akan Segera Nikah dengan Ariel?
TRIBUNNEWS.COM: Apakah Ariel yang Jadi Alasan Sophia Latjuba Masuk Islam?
Sebagai pembaca, mari kita jawab pertanyaan kedua pertanyaan itu:
“Kami tidak tahu… Anda ‘kan yang menjadi wartawan? Anda ‘kan yang ngeliput dan membuat berita? Kok kalian malah bertanya kami sebagai pembaca?”
Judul berita berupa kalimat tanya adalah jurnalisme tak bertanggung jawab (irresponsible journalism).
Lagi pula, berita itu informasi, kabar buat pembaca. Jika judulnya berupa kalimat tanya, maka itu bukan info, bukan kabar, bukan berita, melainkan pertanyaan, jadi bukan kabar, bukan berita, sekaligus bukan jurnalisme!
Kawan saya dari Koran Tempo pernah mengatakan, judul berita berupa kalimat tanya dibuat karena wartawan “belum yakin”.
Pembuatan judul kalimat tanya juga karena “supaya menarik perhatian”, bikin pembaca penasaran, alias judul umpan klik (clickbait journalism).
Baca: Jurnalisme Umpan Klik
Saya bilang, jika fakta masih diragukan kebenarannya, ada cara lain untuk mengatasinya, misalnya dengan memilih kata “dikabarkan” atau jika perlu “digosipkan”.
Misalnya, “Sophia Dikabarkan Akan Menikah dengan Ariel”, “Sophia Bantah Masuk Islam karena Ariel”, “Madya Praja Putri IPDN Dikabarkan Baku Hantam”.
Di situs Wiki Answer, ada pertanyaan, bolehkan judul berita menggunakan kalimat tanya? (Can a newspaper headine be a question?).
Jawabannya: The headline of a newspaper is the first few words that tell someone what the article is about.
Perhatikan, “tell someone”, bukan “ask someone”. Jadi, jawabannya: NO, It Can Not!
Soal judul berita berupa kalimat tanya juga menjadi “perdebatan”: Are question headline to o vague to use?
Jurnalisme Tidak Bertanggung Jawab
Memang, membuat judul berita berupa kalimat tanya bukan pelanggaran pidana, bukan pula pelanggaran kode etik jurnalistik. Lagi pula, “biar pembaca penasaran”.
Tapi ingat, judul berita berupa kalimat tanya:
- Tidak Efektif –tidak membuat pembaca segera tahu inti berita.
- Bisa masuk kategori “jurnalisme tidak bertanggung jawab” (irresponsible journalism).
- Wartawan bisa dianggap “ikut arus” menjadi “wartawan gosip”, setidaknya terpengaruh oleh “acara infotainment”.
Baca: Cara Menulis Judul Berita di Media Online
Demikian ulasan ringkas tentang judul berita berupa kalimat tanya. Hindari! Jangan klik! Jangan baca! Jangan mau kena tipu media-media penganut jurnalisme kuning (yellow journalism).
Judul berita berupa kalimat tanya adalah bagian jurnalistik tak bertanggung jawab (irresponsible journalism) dan jurnalime umpan klik (clickbait journalism). Wasalam. (www.romeltea.com).*