Jangan Samakan Islam dan Semua Umatnya dengan Perilaku Seorang Muslim. Islam dan Muslim adalah dua hal yang berbeda.
INI posting lama, tahun 2013, saat isu pembakaran Al-Quran merebak di seantero dunia, gara-gara ulah seorang pendeta, Terry Jones.
Pastor lain, John Dickerson, mengingatkan agar kita jangan menyamakan atau mengidentikkan kaum Evangelis Kristen dengan ulah Jones.
Posting ini relevan saat ada kelompok atau orang yang mengaku Muslim melakukan aksi teror. Kita bisa mengatakan hal yang sama: jangan identikkan Islam atau kaum Muslim sedunia dengan ulah seorang Muslim yang bikin dunia marah.
Don’t judge evangelicals by one who made Islam angry. “Jangan menilai kaum evangelis dengan perilaku satu evangelis yang membuat umat Islam marah”.
Itulah judul sebuah artikel di situs AZ Central (28/9/2013) seputar kasus pembakaran Al-Quran yang digagas Pastor Evangelis dari Florida, Amrika, Terry Jones.
“As moderate Muslims should be heard when they explain that jihadists do not represent all of Islam, so thousands of evangelical pastors should be heard saying that Christianity is not about retaliation, book burning or hatred,” tulis John Dickerson, seorang penulis dan wartawan yang juga pastor Gereje Cornerstone di Prescott, USA.
Sebagaimana kaum Muslim moderat harus didengar ketika menjelaskan bahwa kelompok jihadis tidak mewakili semua umat Islam, maka ribuan pastor evangelis juga harus didengarkan ketika mereka mengatakan kekristenan bukanlah tentang pembalasan, pembakaran buku (Quran), atau kebencian.”
Dickerson benar. Jangan samakan Kristen atau Evangelis dengan ulah Jones, sebagaimana jangan samakan Islam dengan perilaku sekelompok ”teroris” yang mengaku beragama Islam atau mengatasnamakan Islam dalam aksi terornya.
Jones bukan representasi gereja atau umat Kristen, sebagaimana teroris juga bukan cerminan Islam dan kaum Muslim secara keseluruhan.
Tapi, wahai Dickerson, Anda lupa… Yang menjadi pemicu ulah Jones adalah pemikiran yang bertentangan yang Anda tulis itu.
Justru, Jones-lah yang menilai Islam (Al-Quran) dengan ulah teroris. Jones berpikir Al-Quran mengajarkan terorisme; Islam mengajarakan kekerasan. Jones –juga warga Barat pada umumnya– berpikiran picik dengan menyamakan Islam, Quran, dengan teroris.
Akibat pemikiran picik itu, bukan hanya Quran disobek dan dibakar, tapi juga ada pelaranan menara masjid di Swiss, pelarangan jilbab di Prancis, penentangan masjid Cordoba House di New York, pembakaran masjid di Tennesse, dan banyak aksi kejahatan berbasis kebencian (hate crime) lainnya.
Anda begitu takut, kami umat Islam menyamakan ulah Jones dengan Kristen. Anda menyerukan kami tidak menilai Evangelis dengan ide gila Jones.
Tapi Anda tidak fair. ”Jamaah” Anda dan warga Amerika telah lama menyamakan, mengindentikkan, memberi stigma bahwa Islam dan kaum Muslim sama dengan aksi teroris! Akibatnya, sentimen anti-Islam merebak di seantero Amerika, Eropa, bahkan dunia.
Mr. Dickerson, umat Islam telah bersikap dewasa menyikapi Terry Jones, Bob Old, Danny Allen, dan ”jamaah gereja” yang telah menyobek dan membakar Quran. Kaum Muslim tidak membalasnya dengan menyobek dan membakar Injil.
Kaum Muslim tidak memberi reaksi berlebihan, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, penghinaan dengan pelecehan lagi, karena agama Islam melarang penghinaan terhadap agama lain; agama Islam mengajarkan toleransi dan tidak mengganggu umat agama lain. ”Untukmu agamamu, untukku agamaku,” demikian prinsip yang diajarkan Al-Quran.
Mr. Dickerson… saya setuju dengan tulisan Anda sebagamaina saya kutip di atas.
Saya harap, Anda tulis dan sebarkan pula kepada jamaah gereja Anda, kepada warga Amerika dan dunia pada umumnya: “Don’t judge Islam and Muslims (including Mosque, Quran, Hijab, and Niqab) by one who made people angry!”. Wasalam. (www.romeltea.com).*