Teknik, kiat, tips, atau cara siaran talkshow atau perbincangan. Talkshow adalah acara dialog interaktif di radio. Berlaku juga untuk podcast interview.
Kali ini saya akan berbagi tentang kiat siaran talkshow di radio. Siaran talkshow disebut juga radio talk atau radio wicara.
Radio wicara atau talkshow adalah format acara siaran radio yang mendiskusikan berbagai topik. Kebanyakan acaranya secara rutin dibawakan oleh seorang presenter (host) dan sering mengadakan wawancara dengan beberapa tamu yang berbeda.
Alkisah, sore itu saya mendapat tugas sebagai host acara talkshow, chatshow, atau dialog interaktif di sebuah radio di Bandung. Narasumbernya dari PLN.
Jelas, temanya soal kelistrikan, masak soal koalisi parpol? Saya pun bersiap diri.
Saya datang ke studio sekitar 30 menit sebelum acara dimulai.
Saya pelajari tema, susun daftar pertanyaan bareng produser, kenali narasumber (setidaknya nama dan jabatan, sekaligus “tes vokal”-nya), dan kesiapan perangkat siaran –memastikannya berfungsi dengan baik– seperti mike, line telepon, dan headphone buat saya dan narasumber.
Sesaat sebelum on air, saya minta kartu nama, biar jelas nama lengkapnya, juga menanyakan nama panggilannya, plus menanyakan ia ingin disapa apa di udara.
Begitu dapat kartu nama, jabatan narasumber tertulis di situ: spv. cater. Saya konfirmasi: “Bapak sebagai Supervisor Cater? (Cater saya baca: “kei-ter“).”
Yang dikonfirm malah tersenyum.
“Wah, kang Romel ni Inggrisnya bagus banget. Bukan “keiter” kang, tapi CATER (baca: ca-ter). Itu kependekan dari ‘pencatat meteran‘ kang…”
Tawa pun lepas. Owh….hhhh ternyata cater = pencatat meteran. Ane pikir itu bahasa Inggris, dibaca “keiter”.
Nah, sodara-sodara, itulah sekilas gambaran apa yang mesti kita lakukan jika hendak menjadi host acara dialog interaktif atau talkshow.
Kenali narasumber; namanya, nama panggilannya, cara mengucapkannya, jabatan dan cara mengucapkannya, dan sebagainya.
Sekilas nampak sepele ya? Tidak, ini penting banget.
Coba saja, kalo saya tidak konfirmasi soal “cater” itu, trus saya kemukakan di udara, sok Inggris banget ya, apa kata dunia….?
Selain itu, pelajari tema. Sore itu temanya “Hemat Listrik”. Targetnya, menyadarkan masyarakat tentang pentingnya berhemat listrik.
Saya pun pelajari, tanyakan, apa yang mau disampaikan narasumber, maksud dan tujuan, atau gambaran materi secara keseluruhan.
Saya pun susun pertanyaan, meskipun sudah tahu jawabannya, saya mewakili pendengar. Ya, kita harus berusaha mewakili pendengar yang belum tau apa-apa, tapi bukan berarti menganggap pendengar bodoh.
Cara Siaran Talkshow Radio
Nanti deh saya bahas mendalam ya soal acara talkshow ini. Ringkasnya dulu aja ya:
- Kenali narasumber, sekenal-kenalnya, bair akrab dan mereka/dia dan kita tidak nervous saat on air.
- Pahami tema; gali informasi latar sebanyak mungkin, biar lancar kita ngobrolnya.
- Susun pertanyaan. Ingat, jangan dalam bentuk pertanyaan, tapi kalimat singkat saja. Misal, cukup tulis di note kita: TUJUAN HEMAT LISTRIK, bukan “Apa tujuan berhemat listrik?”; ALASAN HARUS HEMAT, bukan “Mengapa masyarakat harus berhemat listrik?”
- Kemukakan pertanyaan secara ringkas dan jelas. Ya, ringkas saja, jangan panjang-panjang.
Saya, mungkin juga Anda, sering dibuat “kesal” oleh host acara talkshow yang nanyanya panjang banget, bahkan terkesan “ngegurui” narasumber; sok tahu ah… hehe.. So, to the point aja.
Yang ngomong banyak biar narasumber, kecuali ada hal yang harus kita jelaskan dulu secara ringkas.
Talkshow Bukan Wawancara
Harus diingat, talkshow bukan wawancara (interview), meskipun secara teknis mirip banget.
Perbedaan paling penting antara talk show dan wawancara adalah talkshow bersifat dinamis, tidak terpaku pada aktualitas topik perbincangan, dan jam tayangnya fleksibel.
Dua komponen yang selalu ada dalam program talk show adalah obrolan dan musik yang berfungsi sebagai selingan.
Tanya-jawab dalam talkshow pun berlangsung rileks, santai tapi serus, bisa dibumbui candaan –berbeda banget dengan wawancara jurnalistik atau wawancara berita.
Persiapan yang harus dilakukan sebelum menyelenggarakan talkshow adalah menentukan topik talkshow yang disepakati bersama narasumber.
Setelah ada topik, narasumber, dan penentuan jam siaran, berikut ini teknik siaran talkshow:
1. Opening
Pembukaan. Penyiar membuka acara seperti biasa –menyebutkan nama, acara, durasi, ditambah topik dan nama serta biodata singkat narasumber.
Dalam opening ini, penyiar atau pemandu talkshow menguraikan secara singkat latar belakang mengapa topik itu dipilih dan apa menariknya bagi pendengar.
Berikut Contoh Opening Talkshow yang saya share di buku Jadi Penyiar Itu Asyik Lho! dengan sedikit modifikasi.
Assalamu’alaikum wr wb/ Selamat malam saudara pendengar/ Saya –Adi Nuansawan– siap nemenin malam kamu di acara Obrolan Seputar Sekolah – OSES.
Obrolan santai jelang tidur, mungkin juga sambil nemenin kamu ngerjain PR atau tugas-tugas lain.
Seperti biasa, di gelaran OSES ini ada tema obrolan dan narasumber. Tema obrolan kita malam ini…. tentang Mading, Majalah Dinding.
Sekolah kamu punya dong mading… Nah, bagaimana caranya bikin mading yang bagus, menarik, dan sebagainya, kita akan obrolin sama narasumber kita Pak Romeltea, yang udah hadir di studio.
Selamat malam Pak…. <tunggu jawaban> Keliatannya seger terus nih Bapak… <tunggu respons> Aktivitasnya apa aja Pak kalo boleh tahu…. <tunggu jawaban> Wah, padat juga jadwal Bapak ya….!
Listener, Pak Romeltea ini adalah praktisi media. Cocok banget ‘kan kalo Pak Romel bicara soal mading.
Listener juga bisa tanya-tanya soal mading, khususnya kamu yang jadi pengelola mading nih, bisa konsul sama Pak Romel, lewat telepon, SMS, dan WhatsApp…
Baik, langsung saja Pak… Menurut Bapak, mading itu apa sebenarnya….?
<Daftar Pertanyaan: Arti Mading; Manfaat Mading; Mading yang baik; Cara menulis di Mading; Posisi Mading di dunia jurnalistik; … dst>
2. Isi Talkshow
Segmen pertama, setelah menyapa narasumber, langsung mengajukan pertanyaan awal. Daftar pertanyaan sudah disiapkan, namun bukan dalam bentuk kalimat tanya.
Penyiar harus mengajukan pertanyaan secara ringkas, satu kesempatan bertanya satu pertanyaan saja, dan dengarkan secara seksama jawaban narasumber.
Pengembangan pertanyaan bisa dilakukan berdasarkan tanggapan narasumber atau dari pendengar.
Jangan lupa, patuhi format clock talkshow. Misalnya, 10-15 menit obrolan, lalu selingi lagu (musik). Jangan terlalu lama ngobrol di satu segmen.
3. Closing
Penutup. Di bagian akhir talkshow, penyiar memberikan kesimpulan, intisari, atau catatan penting, lalu ucapan terima kasih, dan salam penutup.
Kesimpulan tidak mutlak bersifat resume perbincangan. Bisa juga sekadar analisis singkat dan pertanyaan terbuka untuk memancing reaksi pendengar.
Teknik Bertanya dalam Talkshow
Dalam buku Broadcast Journalism saya menuliskan teknik wawancara studio sebagai berikut:
Tuliskan GARIS BESAR pertanyaan –bukan pertanyaan dalam kalimat lengkap– atau buatlah DAFTAR subyek atau poin-poin penting yang akan dibicarakan. Hal itu akan menjadikan wawancara berlangsung alami dan spontan –layaknya percakapan biasa.
Kadang-kadang, seorang reporter atau penyiar tidak siap melakukan wawancara. Dalam keadaan demikian, jika dirasa perlu, ia dapat menyiapkan beberapa pertanyaan untuk membuatnya lebih percaya diri.
Namun ingat, jika sudah membuat daftar pertanyaan, cobalah dan bacalah di luar kepala! Bersiaplah jika jawaban menyimpang dari pertanyaan!
Berikut ini tips selengkapnya tentang teknik mengajukan pertanyaan dalam sebuah wawancara.
1. Buat daftar!
Tulislah beberapa pertanyaan (kalau-kalau kekurangan pertanyaan), tetapi dengan catatan:
- Jangan diikuti semua pertanyaan bila interview berjalan baik. Ikuti alur-alur jawaban yang dikemukakan narasumber.
- Jangan “membacanya”, tapi “suarakan” seakan-akan tanpa naskah –karenanya hindari pertanyaan dalam kalimat lengkap!
- Jika terpaku dengan pertanyaan tertulis, karena hal itu akan menyimpang dari daftar dan tidak akan konsentrasi dalam mendengarkan. Pewawancara akan ketinggalan kesempatan untuk mengikutinya.
- Jangan melatih narasumber tentang pertanyaan yang akan diajukan –hanya akan membuat mereka tersiksa karena memikirkan jawaban terbaik.
- Jangan pula tunjukan pertanyaan. Jawaban -jawaban narasumber harus bersifat spontan, sehingga segar dan alami.
- Boleh memberikan gambaran dan ide bagi narasumber tentang “areal” yang ingin ditanyakan, hanya jangan terlalu spesifik.
2. Kata Tanya Kunci: MENGAPA
Jadikan kata tanya “mengapa” sebagai alat penggali informasi. “Mengapa” dikenal sebagai “pertanyaan ajaib”, pendek, sederhana, namun memancing jawaban panjang, rinci, dan jelas.
Gunakan kata tanya “mengapa” (why) untuk “membuka” dan “mengikat”.
3 Pertanyaan Pembuka
Cobalah gunakan “pertanyaan pembuka” seperti:
“Apa pendapat Anda tentang…”
“Apa yang sedang Anda pikirkan ketika…”
“Tolong ceritakan secara singkat…”
“Benarkah……?”
“Apakah Anda senang dengan…?”
4. Pengikat
Cobalah ajukan pertanyaan “pengikat” berikut ini:
“Apa yang Anda maksud…?”
“Mari kita perjelas. Anda menyatakan bahwa…?”
“Maksud Anda …?”
“Mengapa bisa terjadi demikian…?”
“Alasannya…?”
5. Penutup
Ajukan pertanyaan “penutup” sebagai akhir wawancara, misalnya:
“Apa pesan Anda buat sesama generasi muda?”
“Terakhir, pesan Anda buat pendengar?”
“Sebelum kita akhiri, ada hal lain yang ingin Anda sampaikan…?”
6. RINGKAS. Keep your questions brief!
Pertanyaan harus pendek dan jelas, tidak berbelit-belit, sehingga reporter tidak melakukan klarifikasi terhadap pertanyaannya sendiri, atau mengulang pertanyaan karena narasumber tidak mengerti. Ini buang-buang waktu!
“Banyak pengamat pesimis pemilu kali ini tidak akan membawa perubahan berarti. Bagaimana pendapat Anda sendiri?”
Sebaiknya:
“Menurut Anda, apakah pemilu kali ini akan membawa perubahan berarti?”
“Bagaimana tentang komentar terakhir Anda tentang perekonomian sekarang?”
Sebaiknya:
“Bagaimana penilaian Anda tentang kondisi perekonomian sekarang?”
7. Satu pertanyaan
Jangan mengajukan pertanyaan ganda. Sekali bertanya satu pertanyaan!
“Mengapa Anda bersedia dipilih menjadi ketua? Bukankah sebelumnya Anda menolak untuk dipilih?”
Sebaiknya dibagi dua:
“Mengapa Anda bersedia dipilih menjadi ketua?”
“Apa alasan Anda sebenarnya ketika sebelumnya menolak untuk dipilih?”
8. Hindari opini
Jangan membuat pernyataan. Ingat, tugas reporter atau penyiar adalah bertanya, bukan berpendapat! Narasumberlah yang memberikan informasi atau opini, bukan pewawancara!
“Ibadah haji merupakan ibadah yang cukup berat. Ia memerlukan pengorbanan fisik, mental, dan harta benda, juga waktu. Pendapat Anda sendiri?” (Ini opini, bukan pertanyaan. Narasumber akan bingung menjawabnya, atau mengatakan: “Ya memang begitulah…”).
Sebaiknya:
“Pengorbanan apa saja yang dilakukan seseorang dalam melaksanakan ibadah haji?”
9. Hindari “Pertanyaan Ya-Tidak”
Hindari pertanyaan-pertanyaan yang mengundang jawaban “Ya” dan “Tidak” (Yes-No Questions). Ingat, kebanyakan narasumber tidak selalu biasa berbicara di depan mikrofon dan memerlukan bantuan.
Jangan tanya: “Apakah Anda melihat apa yang terjadi?” (Jawaban narasumber: “Ya!”).
Sebaiknya : “Apa yang Anda lihat ketika itu?”
Jangan bertanya: “Jadi, Anda ada duduk di kursi depan ketika mobil bertabrakan?” (Jawaban narasumber: “Ya!”).
Sebaiknya: “Posisi duduk Anda di kursi depan, apa yang Anda rasakan… lihat… sebelum terjadi tabrakan?”
Jangan tanya: “Ketika masih muda, Anda menghabiskan hidup bepergian dengan orangtua? (Jawaban narasumber: “Ya!”).
Sebaiknya : “Anda menghabiskan masa kecil dengan bepergian bersama orangtua, bagaimana rasanya?”
Jangan: “Apakah Anda akan memenangkan pemilihan ini?”
Sebaiknya: “Modal apa yang Anda miliki untuk memenangkan pemilihan ini?”
10. Ulangi pertanyaan yang penting
Kemukakan lagi frasa-frasa atau ungkapan kunci untuk menunjukkan pada narasumber bahwa kita sudah mengerti apa yang mereka katakan.
“Anda mengatakan penghargaan ini telah mengubah hidup Anda. Mengapa?”
“Anda mengatakan, kunci utama untuk bisa menulis adalah berlatih. Selain latihan, hal lainnya yang harus dilakukan apa saja?”
Demikian tips atau cara siaran talkshow di radio, termasuk teknik bertanya dalam wawancara radio. Wasalam.*