Bagaimana masa depan jurnalistik atau jurnalisme di era media sosial dan jurnalisme warganet (netizen journalism)? Secara, saat ini media sosial seperti X, Facebook, Instagram, dan bahkan TikTok menjadi sumber informasi dan berita?
Masa depan jurnalistik otomatis juga menjadi masa depan jurnalis atau wartawan dan media massa. Para jurnalis “bersaing” dengan warganet (netizen) dalam produksi dan publikasi berita, meski konten berita hanya bisa diproduksi oleh wartawan.
Media konvensional seperti suratkabar dan majalah (media cetak), radio, dan televisi tutup. Hanya sedikit yang masih bertahan. Kini era media online atau platform digital.
Dampaknya, menurut data Bureau of Labor Statistics, Pekerjaan analis berita, reporter, dan jurnalis diproyeksikan menurun 3 persen dari tahun 2023 hingga 2033. Meskipun lapangan kerja menurun, sekitar 4.500 lowongan untuk analis berita, reporter, dan jurnalis diproyeksikan setiap tahun, rata-rata, selama dekade ini.
Lima Hal tentang Masa Depan Jurnalistik
Menurut analisis Reuters Institute, ada lima hal yang perlu diketahui tentang masa depan jurnalisme.
Jurnalisme menjadi semakin penting tetapi kurang kuat, menurut laporan baru yang mengidentifikasi lima tren tentang masa depan jurnalisme dan dampak potensialnya terhadap masyarakat.
Media digital mendorong pola berita yang lebih beragam. Terlepas dari tantangannya, jurnalisme terbaik lebih baik dari sebelumnya.
Lima tren global tersebut didasarkan pada penelitian terkini yang dilakukan di Reuters Institute. Tren tersebut mencerminkan perubahan pada cara orang mengakses berita, transformasi dalam jurnalisme profesional dan bisnis berita, serta perubahan lingkungan politik di beberapa bagian dunia.
- Kita telah beralih dari dunia di mana organisasi media menjadi penjaga gerbang ke dunia di mana media masih menciptakan agenda berita, tetapi perusahaan platform mengendalikan akses ke khalayak.
- Peralihan ke media digital ini umumnya tidak menghasilkan gelembung filter. Sebaliknya, serendipitas otomatis dan paparan insidental mendorong orang ke sumber informasi yang semakin beragam.
- Jurnalisme sering kali kalah dalam pertarungan untuk mendapatkan perhatian orang dan di beberapa negara untuk mendapatkan kepercayaan publik.
- Model bisnis yang mendanai berita ditantang, melemahkan jurnalisme profesional dan membuat media berita lebih rentan terhadap tekanan komersial dan politik.
- Berita lebih beragam dari sebelumnya, dan jurnalisme terbaik dalam banyak kasus lebih baik dari sebelumnya, membawa semua orang dari politisi paling berkuasa hingga perusahaan swasta terbesar.
Laporan tersebut berpendapat bahwa kelima tren ini akan terjadi – dengan variasi karena konteks budaya, ekonomi, politik, dan sosial – di seluruh dunia pada tahun-tahun mendatang.
Rasmus Kleis Nielsen, salah satu penulis laporan tersebut mengatakan:
“Media digital menghadirkan banyak tantangan bagi jurnalisme dan masyarakat kita, tetapi juga peluang yang sangat nyata bagi media berita dan publik. Tantangan bagi jurnalis dan media berita adalah untuk terus beradaptasi dengan media digital yang diterima dengan penuh semangat oleh orang-orang di seluruh dunia dengan mengorbankan media cetak dan siaran, serta membangun profesi dan bisnis yang sesuai untuk masa depan.”
Meera Selva, salah satu penulis laporan tersebut mengatakan:
“Peran jurnalisme dalam banyak kasus yang berbeda, termasuk gerakan #MeToo, dalam menghadapi korupsi di antara pejabat publik, dan dalam memicu perdebatan publik seputar kekuatan perusahaan platform dan praktik privasi, menggarisbawahi relevansi berkelanjutan dari pelaporan investigasi.”
Baca juga: Dunia Tanpa Jurnalistik
Pentingnya Literasi Media
Literasi media sangat penting di era digital ini. Kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi informasi dari berbagai media, baik media tradisional maupun media sosial, membantu individu menjadi lebih kritis dan tidak mudah termakan hoaks atau informasi yang salah.
Banyaknya orang yang menjadikan media sosial sebagai sumber informasi, membuat literasi media tentang perbedaan media sosial dan media massa sangat penting dan urgen. Demikian juga memberikan pemahaman tentang perbedaan informasi dan berita.
Intinya, hanya jurnalis atau jurnalisme yang harus menjadi sumber berita karena informasi/berita yang dipublikasikan media massa melalui proses verifikasi, cek dan ricek, serta wartawan (penulis berita) terikat kode etik jurnalistik. Tidak bisa asal publish layaknya pengguna medsos!
Berikut adalah beberapa alasan mengapa literasi media sangat penting:
1. Membantu memahami konten media secara kritis
Literasi media memungkinkan individu untuk tidak hanya menerima informasi begitu saja, tetapi juga untuk menganalisisnya secara kritis, mengidentifikasi bias, dan memahami perspektif yang berbeda.
2. Mencegah penyebaran informasi palsu
Di era banjir informasi, literasi media membantu individu mengenali dan menghindari penyebaran hoaks atau berita palsu, serta memahami bagaimana informasi dapat dimanipulasi.
3. Meningkatkan keterampilan penelitian
Literasi media membantu individu dalam mencari sumber informasi yang terpercaya, mengevaluasi keandalan informasi, dan menyusun argumen berdasarkan bukti yang solid.
4. Berpartisipasi aktif dalam masyarakat
Literasi media memungkinkan individu untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat dengan memahami isu-isu yang ada dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang akurat.
5. Melindungi diri dari dampak negatif media
Literasi media membantu individu untuk lebih sadar akan dampak negatif media, seperti citra tubuh yang tidak realistis atau konsumsi informasi yang berlebihan, dan cara untuk melindungi diri dari pengaruh tersebut.
Dengan memiliki literasi media yang baik, individu dapat menjadi konsumen informasi yang lebih cerdas, kritis, dan bertanggung jawab, serta mampu berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat yang semakin kompleks.
Dengan demikian, masa depan jurnalistik bergantung pada kemampuan wartawan dan/atau perusahaan media beradaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, terlibat di platform digital, menguasai skill digital, serta upaya literasi media sehingga publik “hanya” mempercayai media massa sebagai sumber informasi dan berita.