Retorika Dakwah: Pengertian dan Ruang Lingkup

Retorika (rhetoric) secara harfiyah artinya keahlian berpidato atau kepandaian berbicara. Kini lebih dikenal dengan nama Public Speaking.

Menurut KBBI, rétorika artinya keterampilan berbahasa secara efektif, studi tentang pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang; seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.

Dalam bahasa Inggris, retorika (rhetoric) berasal dari bahasa latin, rethorika yang berarti ilmu berbicara atau seni bicara.

Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren dalam Modern Rethoric mendefinisikanya retorika sebagai “ The art using language effectively”, seni penggunaan bahasa secara efektif (Moede, 2002: 38).

Dewasa ini retorika cenderung dipahami sebagai “omong kosong” atau “permainan kata-kata” (“words games”), juga bermakna propaganda (memengaruhi atau mengendalikan pemikiran-perilaku orang lain).

Teknik propaganda “Words Games” terdiri dari:

Read More
  1. Name Calling — Pemberian julukan buruk, labelling theory.
  2. Glittering Generalities — Kebalikan dari name calling, yakni penjulukan dengan label asosiatif bercitra baik.
  3. Eufemism — Penghalusan kata untuk menghindari kesan buruk atau menyembunyikan fakta sesungguhnya.

 Gaya Bahasa Retorika

Unsur yang paling penting dalam retorika adalah bahasa, yaitu bahasa yang dikuasai audiens, mudah dicerna.

Pemilihan jenis bahasa (bahasa daerah, bahasa nasional, atau campuran) tergantung kondisi dan tingkat formalitas acara.

Gaya bahasa dalam retorika meliputi:

  1.  Metafora — menerangkan sesuatu yang sebelumnya tidak dikenal dengan mengidentifikasikannya dengan sesuatu yang dapat disadari secara langsung, jelas dan dikenal, tamsil;
  2. Monopoli Semantik — penafsir tunggal yang memaksakan kehendak atas teks yang multi-interpretatif;
  3. Fantasy Themes — tema-tema yang dimunculkan oleh penggunaan kata/istilah bisa memukau khalayak;
  4. Labelling — penjulukan, audiens diarahkan untuk menyalahkan orang lain,
  5. Kreasi Citra — mencitrakan positif pada satu pihak, biasanya si subjek yang berbicara;
  6. Kata Topeng — kosakata untuk mengaburkan makna harfiahnya/realitas sesungguhnya;
  7. Kategorisasi — menyudutkan pihak lain atau skenario menghadapi musuh yang terlalu kuat, dengan memecah-belah kelompok lawan;
  8. Gobbledygook — menggunakan kata berbelit-belit,  abstrak dan tidak secara langsung menunjuk kepada tema, jawaban normatif;
  9. Apostrof — pengalihan amanat dengan menggunakan proses/kondisi/pihak lain yang tidak hadir sebagai kambing hitam yang bertanggung jawab kepada suatu masalah.

Retorika Dakwah

Retorika Dakwah adalah pidato atau ceramah yang berisikan pesan dakwah, yakni ajakan ke jalan Tuhan (sabili rabbi) mengacu pada pengertian dakwah dalam QS. An-Nahl:125:

“Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik…” 

Ayat tersebut juga merupakan acuan bagi pelaksanaan retorika dakwah.

Menurut Syaikh Muhammad Abduh, ayat tersebut menunjukkan, dalam garis besarnya, umat yang dihadapi seorang da’i (objek dakwah) dapat dibagi atas tiga golongan, yang masing-masingnya dihadapi dengan cara yang berbeda-beda sesuai hadits: “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar (takaran kemampuan) akal mereka”.

 a. Ada golongan cerdik-cendekiawan yang cinta kebenaran, berpikir kritis, dan cepat tanggap. Mereka ini harus dihadapi dengan hikmah, yakni dengan alasan-alasan, dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akan mereka.

b. Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berpikir kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian tinggi-tinggi. Mereka ini dipanggil dengan mau’idzatul hasanah, dengan ajaran dan didikan, yang baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami.

c. Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut. Mereka ini dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan, yakni dengan bertukar pikiran, guna mendorong supaya berpikir secara sehat.

Retorika (Dakwah) Islam

Retorika dakwah sendiri berarti berbicara soal ajaran Islam. Dalam hal ini, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi dalam bukunya, Retorika Islam (Khalifa, 2004), menyebutkan prinsip-prinsip retorika Islam sebagai berikut:

  1. Dakwah Islam adalah kewajiban setiap Muslim.
  2. Dakwah Rabbaniyah ke Jalan Allah.
  3. Mengajak manusia dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik.
  4. Cara hikmah a.l. berbicara kepada seseorang sesuai dengan bahasanya, ramah, memperhatikan tingkatan pekerjaan dan kedudukan, serta gerakan bertahap.

Secara ideal, masih menurut Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, karakteristik retorika Islam a.l.

  1. Menyeru kepada spiritual dan tidak meremehkan material.
  2. Memikat dengan Idealisme dan Mempedulikan Realita.
  3. Mengajak pada keseriusan dan konsistensi, dan tidak melupakan istirahat dan berhibur.
  4. Berorientasi futuristik dan tidak memungkiri masa lalu.
  5. Memudahkan dalam berfatwa dan menggembirakan dalam berdakwah.
  6. Menolak aksi teror yang terlarang dan mendukung jihad yang disyariatkan.

Demikian catatan ringkas tentang Retorika Dakwah. (www.romeltea.com).*

Referensi tentang pengertian retorika dan retorika dakwah bisa dilihat di Gaya Retorika Dakwah dan Pengertian Retorika.*

 

Related posts