Dampak Era Disrupsi terhadap Perkuliahan

Era disrupsi tak bisa dihindari. Inovasi dan perubahan menjadi kunci bertahan. Pilihannya: berubah atau punah! Era disrupsi pun berdampak pada dunia pendidikan, termasuk perkuliahan.

disrupsi

Pendiri Alibaba, Jack Ma, mengatakan pendidikan harus berubah. Jika tidak, maka 30 tahun lagi akan ada masalah. “Everything we teach should be different from machines,” katanya di World Economic Forum 2018.

Jack Ma

Semua yang kita ajarkan harus berbeda dari yang diajarkan mesin. Jack Ma mengatakan, yang membuat kita berbeda dari mesin adalah

  1. nilai-nilai (values),
  2. mempercayai sesuatu (believing),
  3. berpikir secara independen (independent thinking),
  4. kerja sama (teamwork), dan
  5. peduli terhadap sesama (care for others).

Dikatakan Jack Ma, fungsi guru atau dosen pada era digital ini berbeda dibandingkan guru masa lalu.

Read More

Kini guru tidak mungkin mampu bersaing dengan mesin dalam hal melaksanakan pekerjaan hapalan, hitungan, hingga pencarian sumber informasi. Mesin jauh lebih cerdas, berpengetahuan, dan efektif dibandingkan kita karena tidak pernah lelah melaksanakan tugasnya.

Fungsi guru bergeser lebih mengajarkan nilai-nilai etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman hingga empati sosial karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat diajarkan oleh mesin.

Pendapat Jack Ma senada dengan laporan “Workforce For The Future” oleh PwC. Hasil survei PwC terhadap banyak CEO di China, UK, US, dan India, menyatakan, keterampilan yang membedakan manusia dengan mesin dan akan dicari pada tahun 2030 adalah

  1. kemampuan menyelesaikan masalah (problem-solving),
  2. kemampuan adaptasi (adaptability),
  3. kolaborasi (collaboration),
  4. kepemimpinan (leadership),
  5. kreativitas dan inovasi (creativity and innovation).

Sangat jelas bahwa baik Jack Ma maupun hasil survei PwC memandang softskills menjadi suatu hal yang perlu dilatih oleh setiap kampus.

Seorang dosen perlu kembali menilik perannya sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pengajar. Sebagai pendidik, dosen perlu mengupayakan agar pendidikan softskill “yang membuat manusia berbeda dengan mesin” tercermin pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan. (Sumber).

Revolusi peran guru/dosen sebagai sumber belajar atau pemberi pengetahuan menjadi mentor, fasilitator, motivator, bahkan inspirator mengembangkan imajinasi, kreativitas, karakter, serta team work siswa yang dibutuhkan pada masa depan. (RoL)

Era Big Data mengubah peran dosen dari sekadar transfer ilmu.  Mahasiswa kini bisa mengakses informasi secara gratis, cepat, efektif, dan efisien di internet. Dengan menggunakan mesin pencarian Google, informasi apa pun bisa dicari.

Itulah sebabnya, sejak era internet, saya tidak pernah memberi tugas membuat makalah kepada mahasiswa. Soalnya, mahasiswa sangat mudah membuatnya dengan “copas” atau “content curation”.

Informasi dari beragam sumber, baik lokal, nasional, maupun internasional, tersedia gratis di internet. Referensi daring (online) yang awalnya hanya menjadi “suplemen” literatur lambat-laun bisa berubah menjadi sumber utama materi kuliah. Celakanya, mahasiswa mulai ogah baca dan –apalagi– membeli buku, termasuk buku wajib (text book). Wasalam. (www.romeltea.com).*

 

Related posts