Gaya Bicara di Radio: Roosevelt Style

Franklin D Roosevelt adalah Presiden Amerika Serikat ke-32 dan merupakan satu-satunya Presiden Amerika yang terpilih empat kali dalam masa jabatan, dari tahun 1933 hingga 1945. Untuk warga Amerika, dia akrab dikenal sebagai FDR.

FDR terkenal dengan kesuksesannya ngobrol langsung dengan warga Amerika melalui radio. Talkshow radionya didokumentasikan dalam The Fireside Chats: Roosevelt’s Radio Talks.

Siaran Radio Franklin D Roosevelt

FDR sukses menggunakan media radio untuk berbicara kepada rakyatnya, mempertahankan semangat Amerika saat depresi besar melalui obrolan radio (radio talkshow).

Serial obrolan FDR dikenal dengan istilah “Fireside Chat” yang diciptakan manajer stasiun CBS, Harold Butcher.

Franklin Roosevelt mulai menjabat pada awal masa keemasan radio. Ketika ia pertama kali terpilih pada 1932, sebanyak 41%  kota di Amerika memiliki stasiun radio sendiri.

Read More

Lima tahun FDR menjadi presiden, hampir 90% populasi AS memiliki akses ke radio. Radio dengan cepat menyalip surat kabar.

Gaya Bicara di Radio: Roosevelt Style

Gaya bicara FDR di radio menjadi contoh cara bicara yang baik di radio. Gaya bicara Roosevelt di radio sangat baik dan efektif. Tekniknya lalu diteliti oleh sekretarisnya, Frances Perkins.

Menurut Susan Berkeley yang menyajikan teknik ini dalam artikelnya, “How to Get Any Audience to Love and Admire You”, meskipun ini teknik khusus untuk berbicara di radio atau televisi –yang disebutnya Six Lessons Learned from FDR’s Fireside Chats– tapi dapat digunakan saat berbicara di mana saja –di depan audience, di telepon, atau tatap muka.

1. Berbicara kepada Satu Orang

Talk to one person. FDR memvisualkan atau memperlakukan pendengar sebagai pribadi-pribadi, tidak pernah sebagai sekumpulan orang banyak (as individuals, never as a mass of people).

Ia membayangkan bahwa hanya satu orang yang menjadi pendengarnya, sebagai teman bicara dan teman baik.

2. Berbicara dengan Teman Dekat

Talk with best friend. FDR memvisualkan pendengarnya sebagai teman yang bersamanya di meja makan malam (the dinner table). Meja makan malam merupakan tempat menciptakan suasana santai dan akrab untuk berbicara.

3. Imajinasi tentang Pendengar.

FDR menyadari wajah dan tangan pendengar, juga pakaian dan rumahnya. Kian spesifik berpikir tentang pendengar, akan makin baik kontak Anda dengan mereka. The more spesific you are about your listener, the more you will connect.

4. Senyum dan Ekspresif

Ekspresi suara dan wajah FDR ketika berbicara merupakan ekspresi seorang teman akrab (an intimate friend). Nada suara Anda sangat berhubungan dengan ekspresi wajah. Senyum akan menghangatkan suara Anda, membuatnya terdengar hangat dan inviting.

5. Simple Gesture

Ketika berbicara di ruang siaran (studio), kepala FDR mengangguk dan tangannya bergerak secara alamiah, gerakan tubuh yang sederhana (simple gestures).

Untuk menjadi komunikator yang powerful, Anda harus menggunakan seluruh tubuh. Gerakan dan bahasa tubuh (body language) menambah energi dan semangat bagi pembicaraan Anda.

6. Ceria

Wajah FDR penuh senyum dan ceria layaknya duduk di depan teman di meja makan malam bersama kawan karib atau teman kencan.

Senyum adalah salah satu alat paling berpengaruh bagai pendengar Anda meskipun mereka tidak melihat Anda.

A smile is one of the most powerful tools you have to create rapport with your listener, even when the can’t see you! Maka, senyumlah ketika berbicara, bahkan ketika Anda tidak mau melakukannya sekalipun.

Itu dia gaya bicara atau cara siaran FDR di radio. Visualisasi adalah kekuatan untuk siaran dengan baik, memikat, hangat, sebagaimana radio menjadi “theatre of mind” bagi pendengar.

Radio is conversational. Radio itu obrolan. Maka, gaya biciara di radio harus bergaya ngobrol, layaknya dua orang teman sedang ngobrol, seperti dilakukan FDR.

Radio is personal. Radio itu media yang bersifat pribadi. Karenanya, bicara di radio menggunakan gaya komunikasi antarpribadi, interpersonal communication, menghindari gaya bicara formal.

Siaran atau bericara di radio juga termasuk Public Speaking. Hanya pendengarnya tidak tampak di depan mata dan audiens harus diasumsikan satu orang, hanya satu pendengar, dan dipandang sebagai teman baik, sehingga gaya bicara kita pun akan akrab, hangat, dan ramah.

Kesimpulan: saat siaran, berbicara di radio, gunakan gaya bahasa obrolan, layaknya ngobrol dengan teman dekat dalam keseharian. Wasalam. (www.romeltea.com).*

 

Related posts