DIKISAHKAN, Umar bin Khathab pernah menganjurkan Abu Musa Al-Asy’ari agar mencambuk juru tulisnya karena melakukan kesalahan dalam menulis kata “min Abu…” (seharusnya “min Abi…” sesuai dengan kaidah tata bahasa Arab).
Khalifah Umar juga pernah memarahi sekelompok orang yang sedang belajar memanah karena mengucapkan “Inna Qoumun muta’allimin” (seharusnya “…muta’allimun”). Umar berkata, “Demi Allah, kesalahan kalian dalam bertutur kata, bagiku lebih berbahaya dari pada kesalahan kalian dalam mengarahkan anak panah!” (www.taufikhamim.com).
Kemarahan Umar dapat dipahami karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Quran. Orang Arab pula yang mestinya lebih fasih dan baik dalam berbahasa Al-Quran itu.
Dalam konteks bahasa Indonesia, siapa yang harus marah seperti Umar ketika ada orang yang salah berbahasa Indonesia? Lembaga negara atau instansi pemerintah mana yang harus membimbing dan menjaga tata bahasa Indonesia?
Parahnya lagi, kemampuan berbahasa Indonesia wartawan atau media massa kita “payah”. Wartawan sering melanggar kaidah tata bahasa, termasuk penulisan kata baku dan tidak baku. Anehnya, hal itu terus berlangsung dan terkesan dibiarkan sehingga menimbulkan “salah kaprah”.
Contohnya, coba Anda baca koran hari ini, juga edisi sebelum dan sesudahnya. Tolong temukan kata “sementara itu”. Ada…? Banyak! Lalu coba nyalakan televisi atau radio. Dengarkanlah, apakah presenter mengucapkan kata “dan juga”? Ada…? Sering!
Coba cari juga kalimat yang polanya seperti ini “kampus ini lulusannya mudah bekerja” (mestinya: lulusan kampus ini mudah bekerja); “ia melakukan penelitian” (mestinya, untuk menghemat kata/kalimat: ia meneliti….).
Mengapa saya “ngurusin” masalah itu ya? ‘Kan itu tugas para pemimpin redaksi, editor/redaktur bahasa, utamanya lembaga bahasa atau pemerintah! Saya ‘kan tidak digaji oleh uang negara/uang rakyat! Lagi pula, yang penting mah orang/pembaca ngerti deh apa yang kita tulis atau ucapkan, ya ‘gak?
Begini aja deh, saya mengimbau, wahai lembaga bahasa, gencar dong sosialisasikan dan kampanyekan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Daftar kata baku dan tidak baku ‘kan sudah disusun, tapi masih banyak yang melanggar tuh. Sebagai “ulil amri” dalam hal bahasa Indonesia, bertindaklah! Wasalam. (www.romeltea.com).*