Komunikasi Nonverbal: Pengertian dan Contoh Bahasa Tubuh

komunikasi nonverbalHAL terpenting dalam komunikasi adalah aspek nonverbal, yaitu bahasa tubuh (body languange).

Bahkan, komunikasi verbal (komunikasi lisan, berbicara) bisa jadi hanyalah “pelengkap” setiap kali kita melakukan komunikasi.

Menurut catatan Kevin Hogan, Psy.D. dari lembaga “Success Dynamics Corporation” Denmark, antara 60% hingga 75% dari semua komunikasi yang kita lakukan sehari-hari adalah nonverbal. “Between 60% and 75% of all of your communication is nonverbal,” katanya.

Karenanya, aspek nonverbal atau bahasa tubuh (body language) sangat penting kita perhatikan demi kesuksesan komunikasi.

Sukses dalam berkomunikasi, bisa jadi, merupakan kunci sukses dalam karier ataupun dalam menjalani kehidupan yang fana ini (ups..?)

Pengertian Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh adalah komunikasi pesan nonverbal (tanpa kata-kata) berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artifak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, serta postur, dan gerakan tubuh (gesture).

Read More

Bahasa tubuh merupakan komponen visual dalam komunikasi selain verbal (kata-kata) dan vokal (intonasi, suara).

Komunikasi dengan bahasa tubuh umumnya tidak disadari, spontan, alamiah. Jika berlawanan dengan bahasa verbal, maka akan mengurangi kekuatan komunikasi.

Sebaliknya, jika bahasa tubuh selaras dengan bahasa verbal, maka akan menambah kekuatan komunikasi.

Bahasa tubuh juga bisa mengandung pesan yang tidak dikatakan, ada dipikiran lawan bicara, mengenali tanda kebohongan, tanda kebosanan, dan lain-lain.

Fungsi Bahasa Tubuh

M.L. Knapp dalam Nonverbal Communication in Human Interaction (New York: Holt, Rinehart, and Winston) menyebutkan fungsi bahasa tubuh atau pesan nonverbal ada lima:

  1. Repetisi – Mengulang kembali gagasan yang sudah disampaikan secara verbal. Contoh: melompat-lompat tanda senang.
  2. Subtitusi – Menggantikan lambang verbal. Contoh: menggelengkan kepala sebagai tanda ketidaksetujuan.
  3. Kontradiksi – Menolak. Contoh: lari menjauh sebagai tanda tidak mau.
  4. Pelengkap (complement) -Melengkapi dan memperkaya pesan nonverbal. Contoh: meringis kesakitan atau menganga tada kaget.
  5. Aksentuasi – Menegaskan pesan nonverbal. Contoh: memukul lemari atau mendang benda saat kesal.

Jenis-Jenis Bahasa Tubuh dan Artinya

Jenis-jenis bahasa tubuh yang populer dan universal antara lain sebagai berikut.

  1. Senyum: menandakan perasaan senang, nyaman, setuju.
  2. Ekspresi muka: menandakan kondisi pikiran seseorang.
  3. Open Posture: menandakan terbuka, percaya diri, namun hindari menyilangkan tangan, nemasukkan tangan ke dalam saku/di belakang, memeluk barang secara defensif (tas wanita, dompet, dll)
  4. Forward Lean: tubuh condong ke depan ke arah lawan bicara; menandakan lawan bicara tertarik pada pembicaraan kita.
  5. Touch: menyentuh; menandakan merasa mulai akrab; mempercepat keakraban, misalnya jabat
    tangan di awal pertemuan.
  6. Kontak Mata (Eye Contact): menandakan keterbukaan, apa adanya, terus terang. Tatapan sebaiknya ke arah daerah sekitar area mata dan hidung.
  7. Anggukan kepala: menandakan: persetujuan, afirmasi, akrab, suka.
  8. Menggaruk belakang kepala/leher menandakan kesan bohong/ragu; kesan lebih kuat jika muka dialihkan dari lawan bicara.
  9. Menjulurkan tangan kepada lawan bicara dengan telapak tangan di atas menandakan kesan jujur, terus terang.
  10. Memukul tubuh sendiri (kepala, dahi atau paha) menandakan sedang kelupaan atau menyalahkan diri sendiri.

Penampilan Fisik & Pakaian

Kevin Hogan dalam sebuah tulisannya, “Body Language: The Basic”, menempatkan penampilan fisik atau pakaian sebagai bahasa tubuh atau komunikasi nonverbal utama.

Dengan kata lain, penampilan fisik dan pakaian adalah bagian utama dari bahasa tubuh atau komunikasi nonverbal (nonverbal communicaton).

Kita bisa membuat orang lain nyaman atau sebaliknya dengan penampilan kita. Cara berpakaian kita bisa membuat orang lain percaya dan menyukai kita. Pernah atau seringkah kita dipuji kawan kita karena cara berpakaian kita yang pas dan pantas banget? No comment? Yakin deh, mereka komentari cara berpakaian kita, dalam hati.

Apakah kita nyaman melihat seseorang berpakaian dekil, norak, ‘gak pas, tak matching dengan keadaan fisiknya dan situasi? Tentu tidak.

Makanya, jangan berpakaian demikian atuh. Bahkan sebelum kita bicara atau berkomunikasi lisan, cara pakaian kita atau penampilan fisik kita sendiri sebenarnnya sudah merupakan bentuk komunikasi, ya… komunikasi nonverbal alias bahasa tubuh itu.

Tiap situasi membutuhkan pakaian yang bisa jadi berbeda. Bersyukurlah jika ada dan kita punya pakaian yang bisa masuk ke segala situasi dan acara. Santai bisa, resmi juga ok. Kalo kita pake sarung ke mesjid, semua orang maklum, nyaman ngeliatnya. Tapi kalo pake sarung ke acara pesta, resepsi pernikahan, wisuda, rapat di kantor?

Kita akan berpakaian sedemikian rupa agar orang-orang yang kita komunikasii (eh, gak enak bahasanya ya…), diulang, agar orang-orang yang berkomunikasi dengan Anda (kagak pas juga ya? Bahasa Inggrisnya mah begini nih: …the people you communicate with…) merasa nyaman.

Jilbab tentu merupakan bahasa tubuh juga, komunikasi nonverbal; ekspresi sebagai Muslimah, bahkan kata ustadz saya bagian dari dakwah bil hal kaum Muslimah tuh.

Tapi bagaimana jika “jilbab gaul”, itu tuh, jilbab yang cuma nutupin rambut doang, tapi bajunya ketatk, celananya juga jeans, ketat pula? Emhh… ya bentuk bahsa tubuh juga, komunikasi nonverbal juga! Pesannya apa? Tanya aja….! (ketus).

Saya sendiri suka celana jeans. Rasanya nyaman dan nyantai, serasa “ngoboy” juga. Kotornya juga ‘gak ketahuan banget. Sering saya padu dengan baju koko, baju takwa kata orang, berlengan pendek. Anda?

Kawan kita dari kelompok tertentu suka pake baju gamis, ala orang Arab, dengan celana “ngatung”, di atas tumit. Itu komunikasi nonverbal juga. Pesannya? Emh… ciri khas aja kali ya, atau identitas kelompok?

Jenggot juga bagian dari bahasa tubuh lho, gaya rambut juga, kumis juga, ah… banyak jadinya ya. Udah dulu ya.  Yang penting kita sudah mengerti apa itu bahasa tubuh atau komunikasi non-verbal. Wasalam. (www.romeltea.com).*

Sumber: Unicef Indonesia

 

Related posts