Para Dokter Harus Terampil Berkomunikasi

komunikasi dokter pasienLebih dari 90% dokter pada tahun terakhir program beasiswa neonatologi memandang perlunya training lebih baik dalam hal keterampilan (skill) komunikasi. Demikian menurut riset.

Diberitakan situs Med Page Today dengan judul “Communication Skills Missing from Neonatal Training”, dalam sebuah survei berbasis web terhadap 162 lulusan tahun 2008, 41% mengatakan, mereka tidak pernah mengikuti pelatihan komunikasi secara formal dan 39% mengatakan pelatihan semacam itu perlu peningkatan.

Survei digelar Renee Boss MD dari Johns Hopkins University School of Medicine di Baltimore, dan para kolega.

Para dokter perlu memiliki keterampilan komunikasi terhadap pasien (ibu hamil), khsususnya dalam hal kematian bayi prematur dan kematian bayi yang baru lahir.

Para peneliti menemukan fakta, 42% dokter tidak pernah mengikuti pelatihan khusus tentang cara berkomunikasi dengan para orangtua; 75% dokter tidak pernah berpartisipasi dalam “role play” yang relevan atau simulasi skenario pasien; dan hanya 6% mengambil rotasi klinik yang utamanya fokus pada pengembangan skill komunikasi.

Padahal, menurut M. Douglas Jones, Jr., MD, dari University of Colorado Denver School of Medicine, “Komunikasi merupakan bagian dari seni pengobatan.”

Read More

Kian kurangnya pelatihan komunikasi bagi para dokter, menurut Jones, karena fakultas kedokteran tidak yakin tentang cara mengajarkan skill komunikasi atau terlalu berkonsentrasi pada pendekatan kuratif (pengobatan).

Karena komunikasi merupakan bagian dari “seni pengobatan”, seperti dikatakan Douglas Jones, maka para dokter hendaknya terampil berkomunikasi, misalnya dalam hal komunikasi interpersonal (untuk kepentingan hubungan baik dokter-pasien) dan komunikasi massa –keterampilan menulis di media cetak dan keterampilan berbicara di radio/tv dan di depan publik.

Komunikasi Dokter, Komunikasi Kesehatan

Komunikasi yang dilakukan dokter kepada pasiennya atau kepada perawat dikenal dengan istilah Komunikasi Kesehatan, yaitu proses komunikasi yang melibatkan pesan kesehatan, unsur-unsur atau peserta komunikasi.

Komunikasi yang dibangun dengan baik antara dokter dan pasien merupakan salah satu kunci keberhasilan dokter dalam memberikan upaya pelayanan medis.

Slikerveer dalam Konsil Kedokteran Indonesia (2006) menyampaikan model komunikasi antara dokter pasien sebaai berikut:

1. Model of Activity – Passivity Relationship

Diibaratkan seperti komunikasi antara orang tua dengan anak kecil atau anak balita, dimana dokter bertindak sebagai orang tua yang aktif memerintah ini itu, dan pasien sebagai anak kecil yang hanya menurut dan tidak dapat mengungkapkan berbagai keluhan rasa sakit yang dia rasakan dan menyebabkan dia berobat ke dokter.

2. Model of Guidance – Cooperation Relationship

Diibaratkan seperti komunikasi antara orang tua dengan anak yang sudah beranjak dewasa. orang tua tetap penentu kebijakan tunggal, namun bersifat arahan bukan perintah.

3. Model of Mutual – Participation Relationship

Diibaratkan dua orang yang bekerjasama. saling melengkapi satu sama lain. Dokter bukanlah satu-satunya pihak aktif, karena pasien juga aktif dalam menyampaikan berbagai hal yang ingin dia ungkapkan kepada dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

4. Model of Provider – Consumer Relationship

Pasien diibaratkan sebagai konsumen. dimana “konsumen adalah raja” dan dokter adalah pelayan. jadi tugas dokter adalah memberikan pelayanan terbaiknya untuk si konsumen.

Model yang disarankan untuk diterapkan dalam komunikasi kesehatan adalah model ketiga dan keempat untuk meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Pasalnya, berbagai survei sudah membuktikan, sebenarnya salah satu faktor penting yang menentukan kesembuhan pasien adalah sikap positif yang ditunjukkan oleh sang dokter dalam berkomunikasi dengan sang pasien.

Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting dan harus dikuasai oleh dokter.

Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Komunikasi yang efektif dapat mengurangi keraguan pasien, serta menambah kepatuhan dari pasien.

Dokter dan pasien sama-sama memperoleh manfaat dari saling berbagi dalam hubungan yang erat. Setiap pihak merasa dimengerti. Pasien merasa aman dan terlindungi jika dokter yang menanganinya melakukan yang terbaik untuk pasiennya.

Ketika saling terhubung, sang dokter dapat mengerti dan bereaksi lebih baik pada perubahan perilaku dan perhatiannya pada pasien setiap saat.

Hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa komunikasi antara dokter dan pasien di Indonesia belum menjadi urusan utama. Selama ini kompetensi komunikasi cenderung terabaikan. (Sumber)

Komunikasi Dokter-Pasien Belum Optimal

Dilansir Kompas, upaya lebih untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dokter menjadi semakin penting. Belum optimalnya aspek komunikasi dokter dan pasien menjadi salah satu persoalan praktik kedokteran sehingga menimbulkan banyak pengaduan.

Disampaikan dalam sebuah seminar, Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) menerima 208 pengaduan selama tahun 2006 hingga Mei 2013.

Sebanyak 59 persen pengaduan berkaitan dengan masalah komunikasi, selain soal dokter ingkar janji, penelantaran, pembiayaan, standar pelayanan, dan lainnya.

Terkait komunikasi, pasien mengeluh soal dokter yang lebih banyak diam dan tidak memberikan penjelasan, penggunaan istilah kedokteran yang tidak dipahami, hingga miskomunikasi antara dokter dan pasien.

Menyampaikan informasi yang komunikatif terkait penyakit, tindakan yang akan diambil, serta risiko yang timbul kepada pasien, merupakan kewajiban dokter.

Untuk itu, para dokter harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

Kebanyakan dokter cenderung mengembangkan kemampuan teknis. Padahal, interaksi sehari-hari terkait tubuh manusia, perlu dijelaskan secara detail kepada pasien. Jika tidak, justru akan timbul kecemasan pasien hingga pengaduan.

Karena itu, peningkatan kemampuan komunikasi harus mendapatkan porsi lebih. Pihak rumah sakit juga perlu secara aktif melihat komunikasi sebagai bagian yang perlu ditingkatkan. Mereka bisa memfasilitasi dokter agar semaksimal mungkin mendapatkan kemampuan itu.

Ayo dok, belajar komunikasi….! Jangan belajar soal pengobatan atau kedokteran mulu 🙂 Wasalam. (www.romeltea.com).*

 

Related posts