IRONIS. Media banjir pengunjung di tengah pandemi, namun pendapatan menurun. Trafik tidak lagi berbanding lurus dengan penghasilan.
Akibatnya, banyak media merumahkan karyawan, memotong gaji wartawan, bahkan PHK. Media besar seperti BBC dan The Guardian pun tak luput dari hantaman badai pandemi.
Sebelum pandemi pun, bisnis media terancam kehadiran media sosial. Influencer dan buzzer juga menggerus sumber penghasilan media (iklan).
Dewan Pers menyadari krisis yang tengah melanda industri media di tanah air. Wakil Ketua Dewan Pers, Hendry Chairudin Bangun, mengatakan, saat ini media tengah berhadapan dengan situasi sulit akibat pandemi Covid-19. Ia pun “memaklumi” menggejalanya jurnalisme umpan klik.
Meminjam istilah yang pernah dipopulerkan Soekarno, Hendry menyebut tahun ini merupakan vivere pericoloso (hidup berbahaya) bagi media.
“Kadang terasa ada konflik. Dewan Pers sebagai lembaga yang melakukan pengawasan etik merasa bahwa teman-teman terlalu mengejar sisi bisnis,” kata Hendry pada Kongres Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Sabtu (22/8/2020).
“Tadi disebut misal, clickbait, yang penting cepat meski salah, tetapi kami juga menyadari bahwa dalam situasi sekarang ini yang mungkin dulu disebut Bung Karno tahun vivere pericoloso, harus ada jalan supaya bertahan hidup,” ucapnya.
Ia memaklumi saat ini perusahaan media tengah berusaha bertahan hidup di masa krisis akibat pandemi Covid-19.
Kendati demikian, Hendry mengingatkan, perusahaan media agar tidak terlalu sibuk dengan kepentingan ekonominya. Hendry mengatakan, kepercayaan publik harus dikelola dengan baik oleh perusahaan media.
“Ini yang saya kira kepercayaan masyarakat kepada media massa tidak turun dan tetap dapat dikelola dengan baik, kami berharap secara ekonomi mampu bertahan tapi juga secara etis tidak melanggar yang sudah disepakati bersama,” tuturnya.
Hendry berharap, AMSI dapat turut serta memberikan solusi terhadap persoalan ini. Selain itu, ia mendorong agar pemerintah melakukan intervensi demi keberlangsungan hidup perusahaan media.
“Kami di Dewan Pers percaya SDM di AMSI dapat berperan langsung mencari solusi bagi semua, tidak hanya bagi anggotanya tapi semua pelaku bisnis pers baik yang besar maupun kecil,” ujar Hendry.
“Kemudian di satu sisi meminta pemerintah melakukan campur tangan yang dalam koridor yang kita sepakati, agar kita dapat bertahan di tengah ujian pandemi yang sangat berat ini,” ucap dia.
Kongres AMSI
AMSI menggelar kongres kedua pada 22-23 Agustus 2020. Dihadiri seluruh media anggota dari 21 provinsi dan digelar secara daring, dalam kongres ini AMSI mematangkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta membahas program tiga tahun ke depan.
Kongres juga memilih ketua dan sekretaris jenderal AMSI yang baru untuk membentuk kepengurusan periode 2020-2023.
Ketua Steering Committee Kongres Kedua AMSI Heri Trianto berharap acara dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan keputusan terbaik terkait kelanjutan media siber yang terdampak pandemi Covid-19.
“Kita tahu media siber sekarang menghadapi tantangan yang tidak mudah, karena secara bisnis terpukul oleh pandemi,” katanya.
“Media kini tengah berupaya memperpanjang napas untuk bertahan sembari berharap bencana ini segera berlalu dan ekonomi kembali pulih.”
AMSI menilai, saat ini dibutuhkan literasi bagi pengelola, pelaku bisnis, serta publik di tengah banyaknya penyedia konten.
AMSI juga berpandangan, dibutuhkan regulasi yang mengatur aturan main tetapi tidak menghambat perkembangan industri media siber.