DUA kata ini, takjil (ta’jil) dan tarawih (tarwiyah, taraweh) sangat populer dalam bulan Ramadhan. Takjil artinya buka puasa. Tarawih itu shalat sunat setelah Isya –shalat malamnya bulan Ramadhan.
Penulisan yang benar tajil apa takjil. Yang baku takjil, ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang artinya “mempercepat berbuka puasa”.
KBBI: takjil /tak·jil/ v Isl mempercepat (dl berbuka puasa).
Arti Kata Takjil
Menurut para ahli bahasa, asal kata takjil dari bahasa Arab, ‘ajjala– yu’ajjilu–ta’jilan yang berarti “menyegerakan” atau “cepat-cepat”. Dalam konteks puasa Ramadhan, segera berbuka, tidak menunda-nunda buka puasa jika sudah waktunya berbuka. Menyegerakan berbuka termasuk amalan sunah yang berpahala.
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi, penulisan aslinya adalah ta’jil, pake koma, lalu diadopsi ke dalam bahasa Indonesia dan dibakukan menjadi takjil.
Jangan artikan takjil sebagai makanan-minuman untuk berbuka karena takjil itu kata kerja (verb), yakni bersegera dalam berbuka puasa.
Arti Kata Tarawih
Tarawih juga dari bahasa Arab, tarwihu atau tarwiyah, lalu diadopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi tarawih dan “dikacaukan” pengucapannya oleh lidah kita menjadi taraweh.
KBBI: Tarawih /Ta·ra·wih/ n salat sunah pd malam hari (sesudah Isya, sebelum Subuh) pd bulan Ramadan (bulan puasa);
Menurut para ahli, kata tarawih berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk jamak dari kata at-tarwiihu yang artinya “penganginan” (proses mengangin-anginkan). Maksudnya, istirahat, santai.
Kata dasar tarawih, masih menurut para ahli, adalah rahah’ santai, istirahat, tidak tergesa-gesa’.
Istilah tarawih menjadi nama lain dari shalat malam Ramadhan atau Qiyamu Ramadhan, yaitu minimal delapan rakaat usai shalat Isya.
Posting ini memenuhi “request” seorang pengunjung blog ini agar saya membahas istilah takjil dan tarawih. Wasalam. (www.romeltea.com, berbagai sumber).*