Salah satu prinsip dasar siaran radio adalah “talk to one person/listener”, berbicara kepada SATU pendengar. Penyiar radio harus membayangkan (visualize) pendengarnya hanya satu orang.
Benar, pendengar radio Anda banyak, bahkan ratusan ribu! Tapi, penyiar radio harus tetap berbicara seolah-olah sedang ngobrol dengan satu orang pendengar saja.
Artinya, penyiar harus mengatakan “Anda, kamu, lo, saudara pendengar” BUKAN “kalian, lo pada, para pendengar sekalian”.
Mengapa?
Pertama, menyangkut nada dan volume.
Jika penyiar membayangkan pendengar satu orang, maka nada dan volumenya akan standar, enak, akrab, dan hangat. Begitu ia membayangkan pendengarnya banyak, maka nada bicaranya akan meninggi.
Kedua, radio is personal!
Radio itu pribadi. Dengan teknik “berbicara kepada satu orang pendengar”, maka pesan Anda akan diterima secara personal pula oleh pendengar. Setiap pendengar akan merasakan bahwa Anda, penyiar, berbicara kepada mereka.
Ketiga, bericara kepada satu orang pendengar, membayangkan adanya seorang pendengar di depan kita, akan membantu kita berkomunikasi secara alamiah, gaya ngobrol (conversational way). Gaya ngobrol ini bisa dibilang “hakikat siaran radio”.
Bagaimana cara “berbicara kepada satu orang pendengar”? Anggap saja pendengar Anda ada di depan meja siaran atau anggap saja Anda sedang berbicara via telepon dengan teman baik Anda!
Latihan!
Nada pengucapan kalimat “Halo, apa kabar kalian pagi ini?” akan beda dengan “Halo, apa kabar Anda pagi ini?”
Ingat, pendengar radio itu “sendiri”, misalnya:
- Seseorang yang sedang di mobil, terjebak kemacetan.
- Seseorang yang sedang di rumah, ingin punya teman ngobrol.
- Seseorang yang ingin mengisi keheningan saat sedang bekerja.
Setiap pendengar ingin diperlakukan sebagai satu-satunya pendengar. Ingat, saat request lagu, betapa “egoisnya” pendengar, bukan? Seakan-akan hanya dia yang mendengarkan lagu. Tak peduli orang lain suka atau tidak atas lagu yang di-requestnya.
Dengan prinsip “berbicara kepada satu orang pendengar” ini, jelas, penyiar radio ‘gak perlu “teriak-teriak” atau menggunakan “nada tinggi” saat siaran. Wasalam. (www.romeltea.com).*