Mengapa lebih suka facebook ketimbang blog? Mengapa lebih “ikhlas” habiskan waktu di depan laman facebook ketimbang blog? FB lebih mengasyikan dari blog?
FB ‘gak perlu mikir dalem, ‘gak perlu pinter, beda ama blog yang kudu mikir?
Warga dunia yang berakses internet kini terjangkit wabah “virus” Facebook. Situs “pencari teman” made by Mark Zuckerberg itu pun kini tengah naik daun dan nangkring di jajaran papan atas, bahkan posisi teratas, dalam daftar situs terpopuler di dunia.
Facebook kini melibas popularitas milis yang dulu populer dan tengah pelan-pelan “membunuh” blog. Kini banyak blogger berguguran karena terjangkit virus FB.
Para blogger mulai jarang menulis di blognya, tapi lebih asyik sekadar update status di FB. Nulis di FB memang tidak mesti “seserius” di Blog. Anda sakit perut saja, tinggal tulis di wall: Aduh cakit perutzzz…. Huffth!, maka berdatanganlah komentar dari kawan Anda: “Duh kacian…! wkwkwkwk… xixixixi”, “ciapa eaaaa….?”, dan sebagainya.
Jagad blog tampaknya harus siap-siap gulung tikar (?)
FB kini tampaknya menjadi pilihan utama, baik sekadar untuk “bernarsis ria”, “caper” (cari perhatian), say hello, mengabari kawan-kawan, hingga berdiskusi dan berpromosi. Popularitas FB utamanya karena aplikasi atau fasilitas yang ditawarkannya.
Di FB bisa meng-upload foto dan catatan dari kamera telepon langsung; mengurutkan daftar kontak ke dalam grup, seperti classmates, schoolfriends, teman-teman kerja, kawan lama, de el el.
FB memang benar-benar dahsyat. Dibandingkan blog, FB lebih praktis, tidak perlu menulis panjang yang juga berarti tidak perlu mikir serius. Tampaknya, kehadiran FB bukan sekadar pelan-pelan membunuh blog, tapi juga membunuh kreativitas blogger!
Sebelum terjangkit virus FB, blogger harus berpikir keras, menemukan ide tulisan (posting), lalu mencari data dan informasi guna pengembangan ide, menganalisis, mengintrepretasi, lalu menuangkan dalam sebuah tulisan. Kini, di FB, ide “seremeh” apa pun bisa langsung di-upload dan dikomentari pula oleh kawan-kawannya!
Jadi, FB memang lebih asyik bagi umat manusia yang “malas” atau bahkan “tidak mampu” berpikir. Namun, FB juga asyik bagi “manusia serius” dengan intelektualitas tinggi sekalipun!
Di FB Anda bisa menyapa sekaligus “mengintip” aktivitas kawan-kawan hanya dalam satu halaman.
Sebagai “guru menulis”, saya gembira dengan kehadiran blog yang dapat menciptakan budaya menulis. Ketika virus FB mewabah, saya pun sedih karena FB telah mematikan budaya menulis! Mahasiswa lebih suka buka FB ketimbang blognya atau membuka situs informasi. Narsisme, tebar pesona, bahkan “syirik kecil” (riya’) pun membudaya.
Jadi, FB baik sebagai ajang silaturahmi dan promosi. Namun, waspadai “hidden agenda” FB yang bisa mematikan budaya dan kreativitas berpikir dan menulis.
Hidden Agenda Facebook Lainnya
Di atas itu ulasan hidden agenda Facebook versi saya. Ada yang lebih serius yang dimuat The Australian. Ringkasan dan terjemahan versi Google Translate-nya begini:
Pendiri Facebook Mark Zuckerberg mengungkapkan penghinaan yang luar biasa bagi pengguna Facebook – dan apa yang bisa ia lakukan dengan informasi pribadi mereka.
Zuckerberg meluncurkan Facebook dari kamar asramanya di Universitas Harvard pada Februari 2004. Ia memberi tahu seorang teman melalui pesan instan bahwa dia telah memperoleh lebih dari 4000 email, foto, dan alamat.
“Mereka ‘mempercayai saya’ – Bodoh … ya,” kata Zuckerberg. Ia menambahkan, jika membutuhkan info tentang siapa pun di Harvard “tanyakan saja”.
Zuckerberg sekarang menghadapi krisis terbesar dalam sejarah Facebook atas kegagalannya melindungi privasi bagi sekitar 2,1 miliar pengguna media sosial itu.
Dia meminta maaf data pribadi 87 juta pengguna Facebook diambil oleh konsultan politik Cambridge Analytica, dan kemudian dibagikan kepada orang lain. Tetapi kali ini jauh lebih sulit, mungkin terlambat, untuk meminta kepercayaan. Skandal Cambridge Analytica bisa menjadi puncak gunung es.
Para pengguna Facebook terbuai pada rasa aman yang salah selama ini bahwa perlindungan diterapkan untuk melindungi privasi mereka. Data pengguna potensial ke akun pengguna tertentu, dan berpotensi diteruskan ke perusahaan periklanan, atau bahkan pemerintah asing.
Ngerti ora son? Itulah hidden agenda Facebook. Wasalam. (www.romeltea.com).*