Apa sih hebatnya jadi penulis sehingga begitu banyak orang (penulis) yang mengajari orang lain agar bisa menulis?
Apa hebatnya menulis sehingga begitu banyak tips dan pelatihan menulis?
Kalau tujuan hidup ini adalah kebahagiaan, apa bisa dicapai dengan menulis?
Kalau ingin kaya, apa bisa dicapai dengan jadi penulis?
Sepenting apa sih menulis? Apa kalau kita menulis dunia akan berkata “WOW” sambil koprol?
Apa kalu kita jadi penulis orang lain akan bilang “LUARRR BIASA” kepada kita dan menyanjung kita setinggi apa gitu?
Apa hebatnya jadi penulis sehingga kalau ada yang bisa menulis buku begitu bangganya?
Apa hebatnya jadi penulis sehingga begitu berhasil membuat satu tulisan, disebar di mana-mana? Apa hebatnya?
Buat apa sih menulis? Apa kalau kita menulis korupsi bakan lenyap di muka bumi?
Apa kalau kita jadi penulis bisa memaksa para koruptor kapok atau mati mendadak (Amin…!!!!)? Apa kalau kita jadi penulis lalu para politisi mau memikirkan kepentingan rakyat?
Jadi, apa hebatnya jadi penulis? Apa…? Apa hebatnya…? Haruskah berbangga diri kalau menjadi penulis? Apa hebatnya?
Namun, jika yang dimaksud “kehebatan menulis” atau “kehebatan menjadi penulis” adalah “manfaat menulis”, maka setidaknya Menulis Itu Sehat.
Selengkapnya, baca juga deh 8 Manfaat Menulis.
Yang jelas, orang wajib bisa menulis adalah mereka yang berprofesi sebagai penulis, wartawan, dan praktisi humas (public relations).
Praktisi humas? Iya, humas wajib bisa menulis, bahkan “Writing is the number one skill of PR practitioners”! (Baca: Praktisi Humas Wajib Bisa Menulis).
Menjadi penulis artinya menjadi orang hebat. Simak nasihat Imam Al-Ghazali berikut ini:
“Kalau kau bukan anak raja, dan kau bukan anak seorang ulama besar, maka jadilah penulis”.
Wasalam. (www.romeltea.com).*