Jurnalisme Blog: Jurnalistik Cara Blogger

Blogging-640-1APAKAH blog bisa disebut media online? Apakah blogger layak disebut jurnalis/wartawan?

Masih terjadi perdebatan, apakah blog termasuk jurnalistik atau bukan.

Yang jelas, para blogger menulis di web log atau blog sebagai medium komunikasi massa online.

Menurut catatan wikipedia, kalangan wartawan tradisional menilai bloger tidak dapat disebut wartawan atau jurnalis.

Umumnya, blog merupakan “online diary” yang berisi catatan atau komentar blogger tentang berbagai masalah, baik isu-isu aktual (current issues) maupun fokus pada bidang tertentu, seperti makanan, fashion, dan lainnya.

Pada Mei 2007, mesin pencari blog, Technorati, berhasil menjejak lebih dari 71 juta blog di seluruh dunia.

Read More

Kembali ke pertanyaan, apakah blog termasuk jurnalistik? Jika mengacu kepada makna dasar jurnalistik, yakni “catatan harian” atau “laporan harian”, yakni laporan tentang peristiwa sehari-hari, maka blogger yang “merekam peristiwa sehari-hari” (a record of the day) pun bisa disebut sebagai jurnalis dan blognya pun masuk dalam kategori “karya jurnalistik”.

Michael Ventura dari Austin Chronicle mendefinsikan jurnalisme seperti ini:

Kata “journalism” dibentuk dari kata “journal”, berakar kata Prancis, “jour”, yang artinya “hari” (day) dan “journal” yang artinya “harian” (daily). Dalam bahasa Inggris, “journalist’ artinya: seseorang yang menyampaikan laporan, rekaman peristiwa sehari-hari. “Berdasarkan definisi tersebut, karena blog adalah ‘rekaman peristiwa sehari-hari’ (a record of the day), maka bloggist bisa disebut jurnalis,” katanya. (Ventura, 2001).

Jika kita menerima blog merupakan sebuah bentuk jurnalisme, lalu apa dampak bentuk baru jurnalisme ini?

Menurut Lasica (2001), fenomena nge-blog di kalangan akar rumput merupakan jawaban internet terhadap kinerja media-media mainstream.

“Blogging bisa jadi merupakan cikal-bakal sebuah bentuk jurnalisme baru, wacara publik, interaksi, dan komunitas online,” katanya.

Weblogging, masih kata Lasica, akan mendorong munculnya bentuk baru jurnalisme amatir yang “powerful”, saat jutaan pengguna internet –utamanya kaum muda— mengambil alih pekerjaan para kolomnis, reporter, analis, dan publisher.

“Weblogging will drive a powerful new form of amateur journalism as millions of net users – young people especially – take on the role of columnist, reporter, analyst and publisher while fashioning their own personal broadcasting networks.”

Dapat dibayangkan, bagaimana nasib media-media mainstream yang ada selama ini, jika para kolomnis, analis, wartawan, dan pengamat beralih menjadikan blog sebagai medium komunikasi massa mereka.

Menulis di blog relatif lebih bebas dan leluasa ketimbang menulis di media konvensional seperti surat kabar atau majalah.

Lagi pula, blog atau blogger “belum wajib” menggunakan bahasa jurnalistik –meskipun lebih baik jika menggunakannya karena bahasa jurnalistik lebih komunikatif dan efektif.

Pasalnya, blog hakikatnya merupakan medium komunikasi bersifat privat (pribadi), seperti buku harian (diary), yang lazim menggunakan bahasa tutur dengan gaya komunikasi antarpribadi (interpersonal communication). Blog lebih dikenal sebagai “online diary”.

Blog pun tidak terikat kaidah dan kode etik jurnalistik, kecuali jika blog itu dimaksudkan sebagai media massa (online media) yang memuat berita, artikel, dan feature layaknya media komersil.

Dalam tulisan sebelum ini, saya sudah posting tulisan tentang bahasa media online.

Di situ saya sebutkan karakter media online sekaligus menjadi keunggulannya dibandingkan media lain, antara lain mudah diakses (accessibility), tahan lama, real time, multimedia, dan kaya informasi.

Kelemahannya “hanya” soal kredibilitas karena media online adalah “ruang tanpa batas” yang dapat dimasuki siapa saja, tanpa syarat, untuk mempublikasikan apa saja.

Bahkan orang yang tidak berkompeten di bidang media/jurnalistik pun dapat membuat media online. Karena itu, kekurangan utama media online adalah soal kredibilitas.

Blog dapat menjadi media alternatif sebagai “jurnalisme militan”, yaitu jurnalisme yang melawan arus dan hegemoni media-media mapan.

Tulisan atau informasi yang tidak bisa muncul di media mapan, bisa dimunculkan di blog, kapan saja, oleh siapa saja. Inilah era informasi. “The new source of power is information in the hand of many”.

Jangan lupa, jadilah bloger yang bermanfaat bagi sesama. Soal “tebar pesona” (building positif self-image) di blog, “halal” aja kali ya… Wasalam. (www.romeltea.com).*

Related posts