Penulisan Kata ‘Amin’ yang Benar

Penulisan Kata “Amin” yang Benar: Amin, Amien, Amiin, Aamin, atau Aamiin?

Penulisan AminDI banyak forum, terutama Facebook, sering muncul “protes” atas penulisan kata “amin” (Arab: آمِّينَ).

Menurut mereka, penulisan kata amin yang benar adalah “aamiin” (= kabulkanlah doa kami) –bukan “amin”  ( = aman), “aamin” ( = meminta perlindungan), juga bukan ditulis “amiin” ( = jujur, terpercaya).

Jadi, yang benar, menurut mereka, adalah “aamiin” ( = kabulkanlah doa kami). Saya tidak menyalahkan “aksi protes” itu.

Mari kita pahami, masalahnya bukan mana yang benar mana yang tidak, tapi mana yang baku dan tidak baku jika menyangkut kaidah tata bahasa atau penulisan kata yang benar menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang dulu bernama Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Penulisan Kata ‘Amin’ yang Benar

Jika rujukannya kaidah tata bahasa Indonesia, maka cara menulis kata amin yang benar adalah amin.

Read More

Berikut ini salinan arti kata amin dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):

amin p terimalah; kabulkanlah; demikianlah hendaknya (dikatakan pd waktu berdoa atau sesudah berdoa): doa itu diakhiri dng ucapan “ – “ yg gemuruh; meng•a•mini v 1 mengucap amin ketika mengakhiri doa: serentak yg hadir ~ doa selamat yg dibacakan oleh penghulu; 2 ki mengiakan; menyetujui; membenarkan: mereka ~ saja apa yg dikatakan pemimpinnya; meng•a•min•kan v mengamini

Para pengikut aliran “aamiin” mesti konsisten juga, misalnya ketika menulis kata “Allah”, ya harusnya “Allaah” atau “Awlooh”, karena dasar penulisan sebuah kata daam bahasa Arab versi aliran ini adalah “sesuai dengan pengucapannya (pelafalannya)”.

Demikian juga jika menulis setan,  mestinya mereka menulisnya syaithon, Al-Quran > Al-Qur-aan, Rasulullah > Rosuluwlooh, Do’a > Du’aa, Sabar > Shobar, dan seterusnya.

Demikian sekilas tentang cara menulis kata amin yang benar menurut tata bahas Indonesia. Bukan menurut tata bahasa Arab, juga bukan menurut cara pengucapannya.

Jika penganut aamiin konsisten, maka mereka juga harus menulis –misalnya– hadirin pun mengaamiinkan, doa itu pun diaamiinkan, dst. 

Sekali lagi, bahasa lisan beda dengan bahasa tulisan, cara pengucapan sering beda dengan cara penulisan, dan tata bahasa Arab beda dengan bahasa Indonesia (Latin).

Semoga kita paham tentang cara penulisan kata amin yang benar menurut kaidah bahasa Indonesia ini. Amin! Wallahu a’lam. Wasalam. (www.romeltea.com).*

 

Related posts