Humas bukan saja harus akrab dengan media/wartawan, tapi juga menguasai ilmunya wartawan: jurnalistik.
MENGUASAI ilmu dan keterampilan jurnalistik menjadi syarat utama praktisi humas (Public Relation Practitioner) modern.
Menulis karya jurnalistik bagian dari Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Humas Modern.
Pengertian Jurnalistik
Jurnalistik secara harfiyah artinya “yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran” atau “seni kejuruan yang bersangkutan dengan pemberitaan dan persuratkabaran”. (KBBI).
Secara etimologis, jurnalistik artinya yang menyangkut laporan (dari kata journal = laporan), yakni laporan peristiwa.
Hubungan Masyarakat (Humas) atau Public Relations (PR) dalam tugas tertentu secara teknis sama dengan wartawan, yakni meliput peristiwa dan melaporkannya.
Di era modern (era internet), semua instansi/lembaga punya media publikasi berupa situs web (website) plus media sosial, selain mungkin punya majalah internel (inhouse magazine) atau newsletter.
Nah, yang bertugas mengelola dan mengisi konten situs dan media internal itu biasanya bagian humas.
Dalam ilmu kehumasan, ada Penulisan Humas (PR Writing), termasuk penulisan rilis berita (press release) yang hakikatnya sama dengan penulisan berita (news).
Rilis adalah berita yang dibuat oleh humas. Dalam KBBI disebutkan, merilis artinya menyampaikan secara resmi berita, pengumuman, informasi, dan sebagainya untuk disiarkan.
Syarat Utama Humas: Bisa Menulis
Sejak dulu, menguasai ilmu dan teknik jurnalistik menjadi syarat utama humas.
Di era modern, syarat bisa menulis kian mutlak. Pasalnya, humas saat ini bukan saja harus piawai berbibaca secara lisan kepada media, tapi juga harus mahir menulis press release dan membuat berita untuk media internal, blog perusahaan, dan posting di media sosial perusahaan.
Itulah sebabnya, muncul istilah sekaligus teknik kehumasan dan pemasaran modern berupa:
- Jurnalisme Perusahaan (corporate journalism), yaitu aktivitas jurnalistik untuk kepentingan perusahaan, instansi, atau organisasi, dengan membuat situs web untuk branding.
- Corporate Blogging, yaitu membuat postingan di situs web perusahaan/instansi tentang dinamika/kegiatan lembaga plus informasi lain yang terkait dengan visi, misi, peran, dan fungsi lembaga.
Jadi, kian jelas, menguasai keterampilan menulis (jurnalistik) menjadi syarat utama humas modern.
Praktisi Humas saat ini bukan saja harus piawai berbibaca secara lisan kepada media (speaking skills), tapi juga harus terampil menulis konten situs web (content writing) dan mahir mengelola media sosial (corporate social media).
Era internet membuat skills staf Humas (Public Relation Officer) juga harus bisa menjalankan tugas kehumasan secara online (Humas Online, PR Online, Cyber PR), sebagaimana para bidang pemasaran yang harus mampu mengelola pemasaran online (Online Marketing).
Humas Harus Terampil Menulis
“Writing is the number one skill of PR practitioners,” kata Craig Pearce dalam blognya, craigpearce.info. Menulis adalah keterampilan nomor satu bagi praktisi Humas.
Bahkan, “It’s more important than being a nice person. Seriously,” tegasnya. Keterampilan menulis lebih penting ketimbang “orang baik”.
“Tidak ada PR tanpa keterampilan menulis,” imbuh Todd Hunt.
Praktisi humas harus terampil menulis dengan baik –dari segi substansi dan tata bahasa. Publik saat ini tidak hanya bergantung pada wartawan atau media mainstream untuk mengakses informasi.
Jurnalistik untuk Praktisi Humas
Dunia internet global makin tak berbatas. Peristiwa di ujung Merauke dengan cepat menyebar hingga Sabang dalam hitungan detik.
Era media sosial telah mengubah pola komunikasi saat ini. Publik tidak lagi menunggu wartawan dalam menyebarkan informasi.
Kini selain melalui media massa, seorang praktisi humas dapat menyapa publik secara langsung melalui kanal media sosial, media sosial, blog, dan laman perusahaan (situs web).
Untuk itulah seorang praktisi humas dituntut dapat menulis dengan baik, termasuk terampil menulis siaran pers.
Siaran pers yang baik harus disampaikan secara rinci, lugas, jelas dan mudah dimengerti oleh pembacanya.
Siaran pers juga harus disertai dengan foto penunjang seperti kegiatan perusahaan. Syarat utama, keduanya harus mempunyai kelayakan nilai berita, sehingga dapat dilirik oleh media massa, juga menarik pembaca.
Keterampilan jurnalistik akan membuat praktisi humas mampu merumuskan pesan kunci perusahaan yang bernilai berita dan mengemasnya menjadi materi komunikasi yang menarik dan penting.
Selain itu, dengan keterampilan jurnalistik, praktisi humas mampu memaksimalkan media sosial, blog, laman perusahaan dalam menyebarluaskan informasi kepada publik secara luas dan efektif, termasuk meluruskan disinformasi atau melakukan counter issue.
Praktisi Humas adalah orang pilihan karena merekalah jendela atau gerbang dari keluar-masuk informasi bagi publik.
Era internet, terutama media sosial, juga membuat semua instansi/perusahaan kini bukan hanya punya klien atau konsumen, tapi juga punya audiens, yakni followers. Pengikut atau publik dunia maya harus dilayani, bukan dijauhi, apalagi dimusuhi.
Demikin sekilas ulasan tentang Praktisi Humas Modern Wajib Kuasai Jurnalistik. Semoga para humas meningkatkan wawasan dan keterampilan jurnalistik sehingga mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dengan baik. Wasalam (www.romeltea.com).*