Teknik public speaking: pidato singkat lebih disukai dan efektif ketimbang pidato panjang (lama).
“Kalo pidato atau kasih sambutan, jangan lama-lama, singkat saja!”
Demikian kira-kira anjuran Stephen D. Boyd, Ph.D., seorang guru besar “speech communication” di Northern Kentucky University, USA, dalam tulisannya “Be Brief in Public Speaking” di situs School for Champions.
Berabad-abad lalu, kata Boyd, pembicara hebat (great speaker) sering berbicara selama dua jam atau lebih.
Tapi hari ini, ketika “potongan perkataan” (soundbytes) di berita televisi adalah norma dan masalah serius diselesaikan dalam satu jam pada drama televisi, audiens paling tertarik kepada pembicara yang mampu menyampaikan pesannya dalam waktu singkat.
Dalam sebuah pidatonya kepada audiens “Women in Communication”, Patricia Ward Brash mengatakan:
“Televisi telah menciptakan masyarakat yang tidak sabar. Penonton mengharapkan kita untuk menyampaikan maksud kita secara sederhana dan cepat.”
Kini, menurut Boyd, pembicara hebat ditandai dengan keringkasannya.
Billy Graham, dalam rangkaian kampanye di seluruh kota di Cincinnati, berbicara sekitar 20 menit setiap malam.
Theodore Sorensen dalam bukunya, Kennedy, memberikan panduan teknik public speaking yang menunjukkan bagaimana Presiden John F. Kennedy mempersiapkan orasi-orasinya.
Durasi pidato sang presiden tidak ada satu pun yang lebih dari 20 atau 30 menit. Ia tidak membuang-buang kata. Penyampaiannya tidak memakan waktu lama. Ia jarang sekali menggunakan kata-kata “sampah” atau “word filler”.
Agar pembicaraan singkat, menurut Boyd, jangan gunakan tiga kata jika kita bisa mengucapkannya dengan dua kata.
Hindari kata-kata klise atau “word filler” (kata-kata yang keluar “mengisi kekosongan”, seperti “OK”, “Baiklah”, “ehmmm”, “emmhhhh”, “eee”, atau “you know”).
Tinggalkan pula frasa-frasa seperti “Saya katakan sejujurnya” atau “Dengan kata lain” jika tidak memerlukannya.
Akhirul kalam, tulisan pendek lebih disukai dan lebih mudah dimengerti ketimbang tulisan panjang. Pidato singkat lebih disukai ketimbang yang “panjang-lebar”.
Khotbah Jumat yang ringkas atau sebentar lebih disukasi jamaah ketimbang khotbah yang lama. Betul tidak….? Wasalam. (www.romeltea.com).*