Praktik jurnalisme dan public relations sangat bergantung pada media digital dalam menyebarkan informasi. Akan tetapi, kemudahan ini diikuti pula dengan meningkatnya ancaman siber bagi para jurnalis dan praktisi PR.
Apa saja ancaman yang menghadang? Bagaimana para praktisi dapat melindungi privasi digitalnya? Simak di bawah ini.
Privasi digital merujuk pada banyaknya informasi pribadi, keuangan, dan penelusuran yang tetap bersifat pribadi saat seseorang terhubung ke internet.
Ketika beraktivitas di internet, baik itu penggunaan aplikasi, penelusuran informasi, posting di sosial media, maupun bertukar pesan dan berbagi file di cloud, selalu terdapat risiko informasi kita tersebar atau diretas. Sebagai jurnalis atau praktisi PR, risiko ini bahkan lebih besar. Mengapa demikian?
Kerentanan privasi digital jurnalis dan praktisi PR
Sebagai penyebar berita, jurnalis memegang begitu banyak informasi. Jurnalis memiliki akses terhadap berbagai data, bahkan terhadap informasi atau sumber-sumber yang penting dan rahasia.
Pihak-pihak yang berkepentingan atau rival profesional yang berniat jahat sangat mungkin hendak mencuri atau meretas data-data mengenai kasus, pihak terlibat, bukti, dan sumbernya.
Begitu pula dengan praktisi PR yang berperan penting menangani berbagai krisis. Praktisi PR memiliki akses terhadap berbagai data sensitif dan rahasia dari para kliennya.
Oleh karena itu, dalam serangan siber bertarget spesifik (specifically-targeted attacks), praktisi dan agensi PR menjadi mangsa yang ideal bagi para peretas. Peretas mengetahui bahwa banyak sekali data yang akan mereka peroleh dari praktisi dan agensi PR.
Selain itu, berbagai platform kerja online biasanya diakses oleh banyak staf untuk menyimpan, berbagi, dan mempublikasikan informasi. Hal ini membuat keamanan data perusahaan media/agensi, data pribadi staf, maupun data klien dan sumber menjadi semakin rentan untuk dicuri dan diretas.
Saluran dan bentuk serangan atas privasi digital
Biasanya serangan atas privasi digital atas jurnalis dan praktisi PR dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai klien, proyek, strategi kampanye, sumber rahasia, atau bahkan keuangan dan perbankan.
Serangan dapat dilakukan melalui beberapa saluran dan dalam berbagai bentuk. Serangan paling umum dilakukan melalui saluran komunikasi seperti email, telepon, dan aplikasi pesan.
Pembobolan atas informasi penelusuran di web browser yang lemah keamanannya juga umum dilakukan. Target lainnya adalah layanan penyimpanan/berbagi file di cloud seperti DropBox dan Google Drive.
Sementara itu, serangan dapat berupa pencurian identitas (phising), ransomware, malware, dan sebagainya.
Pentingnya menjaga privasi digital
Privasi digital penting bagi semua orang dalam segala bidang pekerjaan, tetapi terutama bagi jurnalis dan PR yang menyebarkan informasi secara online.
Jurnalis perlu lebih waspada atas keamanan data yang dipublikasikan dan identitas pihak/narasumber terkait. Data yang bocor dapat menyebabkan skandal, merusak reputasi, mencemarkan nama baik, dan terbongkarnya identitas pihak-pihak yang seharusnya dirahasiakan.
Bila informasi yang bocor sangat sensitif, hal ini bahkan dapat mengancam nyawa, baik bagi jurnalis sendiri, maupun narasumber dan pihak-pihak yang terkait.
Sementara bagi praktisi PR, data yang bocor dapat berdampak baik pada praktisi itu sendiri, agensi PR tempatnya bekerja, dan terutama kliennya. Dampak ini dapat berupa rusaknya reputasi, kerugian finansial, jatuhnya bisnis, dan permasalahan hukum karena terbongkar atau tersebarnya informasi rahasia.
Oleh karena itu, bila Anda bekerja di industri PR atau jurnalisme, Anda perlu melakukan praktik-praktik yang aman untuk menghindari serangan siber. Berikut beberapa cara yang dapat Anda lakukan.
Cara menjaga privasi digital
1. Menggunakan VPN online
Layanan VPN sangat berguna bagi jurnalis dan praktisi PR karena memberikan anonimitas di jaringan publik dan privat. VPN menjamin koneksi yang aman dengan mengenkripsi data secara point-to-point sehingga peretas tidak dapat membobolnya.
VPN juga melindungi Anda dari pengawasan pihak-pihak yang hendak memantau penelusursan atau mengintervensi investigasi atau kampanye PR Anda.
2. Memasang Antivirus
Instal software antivirus dan firewall dan rajinlah memperbaruinya agar peretas tidak mendapat kesempatan untuk memanfaatkan kelemahan sistem yang tidak diperbarui.
3. Mengamankan proses log in
Buat password yang panjang dan aman, dan gantilah password secara berkala. Bila perlu gunakan proses autentikasi dua langkah seperti Google Authenticator atau pengiriman kode OTP.
4. Mengamankan perangkat
- Mematikan lokasi, hotspot, bluetooth dan koneksi lain ketika tidak digunakan.
- Menghindari penggunaan Wi-Fi publik
5. Enkripsi komunikasi online
- Menggunakan aplikasi pesan yang terenkripsi
- Mengenkripsi email
- Menggunakan aplikasi telepon privat di smartphone agar identitas dan lokasi tidak terlacak
6. Mengamankan data rahasia
Gunakan software untuk mengenkripsi data rahasia klien/narasumber, dan jangan simpan data rahasia di cloud
7. Mengamankan diri dari phising
- Berhati-hati pada pesan mencurigakan, seperti greeting email atau email porno.
- Jangan mengunduh lampiran atau mengklik link yang disertakan
- Jangan memasukkan informasi pribadi seperti informasi login, kontak, dan data perbankan/kartu kredit.
8. Berhati-hati menggunakan media sosial
- Jangan membagi informasi/kontak personal, cukup kontak profesional
- Jangan membalas pesan atau melakukan posting di sosial media menggunakan akun personal ketika membuat pernyataan atas nama perusahaan/klien.*