PANITIA “ospek” mahasiswa jurnalistik UIN SGD Bandung meminta saya menyampaikan materi tentang jurnalistik radio, Jumat (28/11).
Tentu, waktu yang tersedia hanya sekitar 1-2 jam, sehingga tak mungkin cukup untuk menjelaskan semua hal tentang jurnalistik radio plus simulasinya.
Lha wong dalam perkuliahan aja, sekitar 13-14 pertemuan @ 1,4 jam, kagak cukup!
Bahasan lengkap tentang jurnalistik radio udah saya tulis di buku Broadcast Journalism: Panduan Menjadi Penyiar, Reporter, dan Script (Nuansa, Bandung, 2003).Yang saya tulis di sini sekadar pengantar, an introduction, atau pengenalan dasar-dasarnya aja.
Eh iya, di blog ini udah ada tuh tulisan “Jurnalistik Radio: Produksi Berita”, baca gih, lumayan lengkap tuh –pengertian, karekteristik, elemen, teknis penulisan, de el el. Baca itu ya.
Tapi tetep, saya tambahin deh nih, berupa tips yang saya sadur dari www.cgi.writersguild.force9.co.uk.
Tips Menulis & Membaca Berita Radio
Berikut ini kaidah, tips, dan cara menulis naskah dan menyampaikan berita di radio. Tips ini juga berlaku untuk siaran berita televisi dan podcast, serta vlog berita.
1. Jelas, mudah dipahami.
Tidak seperti media cetak, koran misalnya, yang bisa “baca ulang” kalo gak ngerti, pendengar radio mah kagak bisa “ngulang denger”.
Makanye, info atau berita radio mesti langsung jelas, mudah dipahami. “It has to be clear the first time, because there is no second chance,” kata cgi.writersguild.force9.co.uk. Kagak ada kesempatan kedua! Padahal ya, “Andai saja aku masih punya kesempatan kedua…” kata Tangga.
2. Menarik perhatian
Tidak seperti TV yang ada gambar untuk dukung kata-kata, di radio kagak ada tuh gambar. Itu artinya, naskah siaran/berita mesti bisa ngegambarin semua hal. Naskah juga harus menarik perhatian pendengar.
3. Sekilas
Tak seperti Internet, berita radio tidak tersedia dan terarsipkan dalam jangka waktu lama banget. Kita hanya punya satu, dan hanya satu, kesempatan untuk menyampiakan info itu. “You have one, and only one, opportunity to make an impact!”
4. Bahasa tutur
Radio is conversational. Radio itu obrolan. Jangan pernah sampaikan berita radio seperti orang yang sedang baca, terdengar kayak orasi ilmiah atau dosen baca buku teks di kelas yang pastinya bikin ngantuk. Sampaikan info dengan gaya ngobrol –bukan ngobral, tukang dagang kali ngobral…!
5. Ceritakan!
Radio is personal. Radio itu sifatnya pribadi. Kita, saat siaran, berbicara kepada satu orang pendengar. Itulah sebabnya naskah kita mesti “diceritakan” (to tell), bukan dibaca. “has to sound like it is “talked”, not read”.
6. Ringkas
Naskah radio mesti ketat, padat, tegas, lugas, dan di atas semua itu, menarik!
7. Bahasa sehari-hari
Use everyday language, gunakan bahasa sehari-hari, kata-kata yang biasa dipakai dalam obrolan.
8. Kalimat pendek
Write short sentences, tulis dalam kalimat pendek.
9. Satu ide per kalimat
Use one idea to a sentence, satu ide untuk satu kalimat.
10. “Sekarang”
Use the present tense if possible, gunakan “masa sekarang”, hindari kata-kata “telah”, “sudah”, “akan”, dsb.
Kalau kita sedang ngobrol dengan teman, sang teman bisa hentikan omongan kita untuk nanya yang gak ngerti.
Tapi saat kita bicara di radio, apa pendengar bisa bilang gini: “Tunggu, penyiar, tadi apa…? Coba ulangi…”! Ya nggak lah…! Paling juga pendengar pindah gelombag kalo siaran kita memusingkannya.
11. Jelas
Hati-hati jangan : “baca” terlalu cepat, “komat-kamit” (mumble) alias gak jelas pengucapannya (Sunda: ngagerenyem), monoton, tanpa nada kalimat (infleksi).
12. Penekanan
Beri tekanan pada kata-kata penting di tiap kalimat. Jika kita paham betul naskah yang kita sampaikan, sebenarnya kita akan secara otomatis menekankan kata-kata kunci. Maka, pahami dulu, baru sampaikan!
13. Antusias
Sampaikan info dengan antusias, jangan terdengar malas, gak mood, apalagi kayak kagak ngarti sama info yang disampaikan. Bloon ih, gitu nanti kata pendengar.
Demikian Jurnalistik Radio tentang Tips Menulis dan cara Membaca Berita Radio, siaran berita radio, atau cara menyampaikan berita dalam siaran radio. Wasalam. (www.romeltea.com).*